Hari yang dinanti telah tiba, hari dimana Lilian akan menikah dengan Brian. Sejak saat dia mengetahui bahwa calon suaminya bukanlah Tuan Dama, Lilian tak lagi bertemu Brian hingga saat ini. Menghilangnya Brian menjadi tanda tanya besar bagi Lilian.
Siapa yang sebenarnya akan menika dengannya? Itulah yang terbesit dalam pikiran Lilian saat ini.
Menikah di hotel ternama dengan desain juga gaun pengantin dan MUA yang benar benar luar biasa, Lilian tak menyangka, dirinya akan menjadi putri hari ini. Tak pernah terbesit dalam benaknya dia akan menjadi salah satu dari wanita beruntung yang mengenakan gaun ternama yang hanya ada satu di negaranya. Gaun yang rancang langsung oleh Desainer ternama. Bahkan dia juga di makeup oleh MUA yang biasa mendandani orang-orang kaya melintir.
"Bagus ya, Kakak menikah tapi tidak mengundang kami," Jefry, adik Lilian yang tak lain adalah anak kandung dari Ibu tiri Lilian–Mora.
Lilian dan Jefry memang sangat dekat. Mereka sering bertemu saat Lilian pergi bekerja. Walau tak berasal dari rahim yang sama juga benih yang sama, Lilian tetap menyayangi Jefry karena pria itu selalu mengintai Lilian. Dia selalu memastikan Lilian sampai di rumah.
"Jefry Adiku ..." sorak Lilian. Impianku tercapai Jefry, hari ini aku akan menjadi seorang putri. Ah tidak, tapi seorang ratu." tersenyum lebar, Lilian ingin sekali memeluk adiknya itu–tapi dia tidak mau riasannya luntur. Padahal, mau dia hapus dengan air pun, makeup nya tidak akan luntur.
"Cis! Menikah dengan pria tua saja kamu bangga," sindir Manta yang ternyata menyaksikan Lilian bersorak.
"Ibu, aku berharap beberapa saat ke depan, Ibu tidak jatuh pingsan. Begitu juga dengan Ayah," ucap Lilian tersenyum. Dia harus tersenyum, dia tida boleh menangis. Dia telah bebas, dia tak lagi di siksa. Bahkan dia tidak akan lagi menyeka keringatnya akibat berdiri di bawah terik matahari hanya untuk mengantar makanan.
Manta tertawa. "Ingat tawa ini, Lilian. Tawa ini yang akan kau dengar saat kamu berjalan di depan altar nanti," tersenyum miring, Mantan berlalu meninggalkan Lilian.
Waktunya tiba, Lilian berjalan ke depan altar dimana tak ada pengantin pria selain pria yang akan menikahkan mereka nantinya. Terbesit tanya dimana cucu Tuan Dama, kemana perginya pria itu?
Berdiri seorang diri, Lilian nampak sedih. Ia menunduk dan menitikkan air mata. Manta dan suaminya tersenyum puas di bawa sana. Sementara Dulke ingin ke panggung memeluk putrinya. Walau pengantin pria tidak ada, pernikahan tetap berjalan dengan lancar. Setelah acara pernikahan, Lilian di minta mengganti guan pengantinnya karena saa ini juga dia harus ke rumah sakit.
Tuan Dama, pria itu mengalami kecelakaan. Sehingga Brian tak bisa hadir di acara pernikahannya. Walau begitu, sesuai permintaan Tuan Dama, pernikahan tetap dilangsungkan walau tanpa hadirnya pengantin pria.
Setibanya di rumah sakit, Lilian mendapati Tuan Dama bersama Brian. Lilian tak memperdulikan Brian karena dia masih belum tahu siapa Brian yang sebenarnya. Bagaimana tidak, beberapa puluh menit setelah Tuan Dama mengatakan bahwa dirinya bukanlah pengantin pria, Brian harus ke Luar Negeri melakukan pertemuan di sana. Pagi tadi, tepatnya pukul tiga dini hari, Brian tiba di kota A. Saat akan ke Hotel dimana acara pernikahannya akan dilangsungkan, dia mendapatkan kabar bahwa Tuan Dama mengalami kecelakaan saat akan ke Hotel.
"Kakek, kenapa bisa seperti ini?" menangis, Lilian meraih tangan Kakek Dama. Selama Brian tidak ada, Lilian selalu menemani Kakek Dama bercerita, sejak saat itu keduanya akrab.
"Lilian, sekarang kamu sudah menjadi bagian dari keluarga Closter. Kakek harap kamu menjaga cucu Kakek, bahagiakan dia seperti janji kamu pada Kakek. Apapun yang terjadi, teruslah bersamanya, jangan perna pergi apalagi sampai berniat pergi untuk selama lamanya," ujar Kakek Dama.
Menangis, Lilian semakin menangis. "Aku janji, aku akan mencoba membahagiakan cucu, Kakek."
Tersenyum, Kakek Dama merasa lega. "Brian, ayo sini," panggil Tuan Dama.
Brian segera mendekat. "Iya, Kakek," sahutnya singkat.
Lilian menatap Brian yang serius menatap Kakek Dama. "Kakek? Apa Tuan Brian adalah suamiku?" batin Lilian.
"Jaga Lilian dengan baik. Bahagiakan dia, dan jangan biarkan dia disakiti oleh keluarganya lagi," pinta Tuan Dama.
"Hmm," jawab Brian sesingkat singkatnya.
"Cis!" Berdecih, Tuan Dama memang tidak suka mengajak Brian bercerita. Cucu sialannya itu seperti kulkas lima belas pintu. "Cepat berikan aku cicit, lalu kamu boleh menghilang dari hadapanku–tapi usahakan cicit yang cerewet seperti istrimu, jangan dingin seperti kamu."
"Apa Kakek pikir buat anak itu semuda yang diucap!" gumam Brian dalam hati.
"Kakek tenang saja, aku dan Brian akan memberikan cicit yang cerewet melebihi cerewet ku." Lilian menyenggol lengan Brian. Mengedipkan mata lalu tersenyum mesum.
Menghela napas panjang, Brian ingin menghilang saat ini juga. Berhubung sudah malam, Brian membawa Lilian kembali ke rumah. Sementara Kakek bersama asisten Lenov di rumah sakit.
Setibanya di depan rumah, Brian meninggalkan Lilian yang terlelap di mobil. Saat langkah kaki Brian selangkah laki memasuki rumah, dia mengingat janjinya pada sang Kakek. Dengan terpaksa, dia kembali menggendong Lilian yang terlelap.
"Belum juga satu hari kamu jadi istriku, kamu sudah buat hidupku menderita!" batin Brian. Dia selalu cerewet dalam hati, namun tidak saat banyak orang. Beruntung ada lift, jadi Brian tidak perlu berjuang menaiki anak tangga.
Membawa Lilian ke kamarnya, membaringkan wanita itu dengan pelan, menutupi sebagian tubuhnya dengan selimut, lalu dia menarik langkah ke kamar mandi. Hanya beberapa belas menit saja, Brian keluar dengan handuk yang terlilit di pinggang. Bahkan percikan air masih saja turun dari rambutnya menyebabkan badan Brian sedikit basah.
Mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, kemudian mencari minuman untuk menemaninya malam ini. Membuka penutup botol anggur, menuangkannya ke dalam gelas, lalu meneguknya dengan pelan.
"Tuan Brian, ayo kita kabulkan permintaan Kakek," ucap Lilian lalu terkekeh.
Brian berdecih, mendekat dengan niat memberi peringatan pada Lilian. Namun, apa yang dilihatnya membuat dirinya menggelengkan kepala. "Saat tidur pun dia masih menyebalkan!" gumam Brian.
Brian mengambil ponselnya, menatap wallpaper di sana. Dimana ada seorang wanita yang mengenakan gaun pengantin. Di sampingnya ada seorang pria berwajah datar. Dialah Janet, dan pria itu adalah dirinya sendiri.
"Apa kabarmu di sana? Aku berharap kamu baik-baik saja. Janet, aku masih menunggumu kembali. Kau tahu, aku sudah menyiapkan sebuah rumah untuk kita berdua. Rumah itu jauh dari sini, jadi aman untuk kita berdua menjalani hari tanpa jangkauan Kakek," gumam Brian.
"Apa dia wanita yang kamu cintai?" tanya Lilian. Entah sejak kapan wanita itu membuka mata. Tanpa Brian jawab pun, Lilian sudah pasti tahu apa jawabannya.
"Aku istrimu, aku berhak meminta hakku. Sekarang ke marilah, aku ingin memeluk suamiku," tersenyum miring, dia ingin membuat Brian semakin kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Siti Orange
peped Terus Lillian Bryan Kamu Hrs Agresif K Suami Sedingin Kulkas 11 Pintu😁💪
2023-07-21
0