Istri Nakal Tuan Brian

Istri Nakal Tuan Brian

Menawarkan diri

"Ibu, kenapa bukan aku saja yang Ibu jadikan gadis penebus hutang? Bukankah aku juga cantik bila berdandan. Iya, kan."

Sebut saja namanya, Lilian. Sejak kecil dia dipaksa bekerja untuk menghasilkan uang. Hingga pagi tadi, dia masih membantu orang tuanya menghasilkan uang. Kini, matahari telah terbenam, dan Lilian baru saja disiksa oleh Ibunya. Ya, Ibunya, Ibu kandung yang tega menyiksa putrinya sendiri.

Ayah Lilian menikah lagi setelah enam bulan usia Lilian. Hingga saat ini, dia tak mempunyai anak dari istrinya, atau lebih tepatnya istrinya mandul. Sekalipun begitu, pernikahan mereka masih awet hingga kini. Nama Ayah Lilian adalah Dulke. Dulke tinggal bersama istri tercintanya dan juga anak mereka dari suami pertama Mora–istri kedua Dulke.

Manta terdiam, memikirkan tawaran Lilian. Belum matang untuk mengambil keputusan, suaminya datang menggurui. "Sayang, benar apa kata, Lilian. Daripada kita menjual Alma pada pria tua itu, lebih baik kita jual Lilian padanya. Dama tidak akan menolak bila melihat kecantikan Lilian, aku yakin seratus persen."

Mengangguk meyakinkan, Sarli–suami kedua Manta menatap penuh harap agar istrinya itu setuju. Karena pada dasarnya, Sarli tidak setuju bila putri kesayangannya harus dijual oleh Ibu kandungnya sendiri.

"Baiklah, aku terima tawaranmu. Mulai sekarang kamu harus menjaga kulitmu, pastikan tak ada bekas di sana." Tanpa menunggu persetujuan dari Lilian, Manta menarik suaminya pergi dari kamar Lilian.

Waktu pun tiba, Lilian dengan dress merahnya berjalan keluar dari kamar. Malam ini dia dan Manta akan ke hotel bertemu dengan pria bernama Dama. Lilian tidak pernah melihat Dama, bahkan dia tidak tahu, usia Dama berapa puluh tahu.

Manta menatap Lilian dari ujung kaki hingga ujung rambut. Benar kata Lilian, dia jauh lebih cantik dibandingkan adik Lilian dari Ayah yang berbeda itu. Tak ingin membuang buang waktu, Manta membawa Lilian masuk ke dalam mobil menuju hotel One. Dalam perjalanan, Lilian nampak gugup namun dia sudah pasrah. Dia mau dijual karena dia dengar, pria bernama Dama itu sudah tua dan kata raya.

Kaya raya, dua kata itu yang Lilian suka. Dia hanya tergiur tentang uang, tanpa memikirkan apa yang terjadi setelah dia menjadi istri dari seorang Dama yang dikenal dingin dan hemat bicara.

Tiba di hotel One, Manta di jemput oleh bawahan Dama. Mereka diantar ke sebuah ruangan yang sepertinya itu restoran. Namun, tidak ada siapa siapa di sana selain seorang pria yang terlihat tampan, bermanik mata coklat, rambutnya rapih, hidungnya mancung, bibirnya apalagi, begitu seksi. Ah, pria itu katanya Asisten Dama.

"Silahkan duduk Nyonya Manta. Jangan banyak bicara, jadi langsung ke poinnya saja," ucap pria yang dikenal dengan nama Brian. Tanpa ekspresi, dia menatap Manta.

"Sesuai kesepakatan, aku membawa putriku sebagai gadis pelunas hutang. Ini dia, Lilian. Saat aku berdiri dari kursi ini, maka Lilian bukan lagi putriku, melainkan milik Tuan, Dama." Beranjak dari kursi, Manta menarik senyum. "Aku pergi dulu," ucapnya lalu berlalu tanpa rasa bersalah.

Brian menatap Lilian yang menunduk. "Kenapa jadi kamu yang jadi gadis penebus hutang?" tanya Brian dengan dingin.

"Aku sengaja menawarkan diri." Tanpa takut, Lilian menjawab seperti itu.

"Menarik," batin Brian.

"Jelaskan dengan detail, kenapa kamu menawarkan diri." titah Brian.

"Aku dengar, pria yang bernama Tuan Dama adalah orang kaya. Kaya, aku suka empat huruf itu. Sejujurnya aku lelah, lelah hidup dalam kemiskinan. Itu sebabnya aku menawarkan diri untuk menjadi gadis penebus hutang walau pria yang harus aku nikahi adalah pria tua yang konon katanya sedang sekarang di rumah sakit."

Menautkan kening? Brian menatap Lilian yang menjelaskan dengan jujur. "Bagaimana jika pria yang kamu maksud adalah aku?"

Lilian terkekeh. "Itu jauh lebih baik, Tuan," jawabnya tanpa beban.

Lilian memang gadis yang kurang kasih sayang–tapi dia seorang wanita pemberani yang berani mengambil keputusan. Seperti saat dia menawarkan diri, itu sudah dia pikirkan dari jauh jauh hari.

"Baiklah, untuk saat ini kamu akan tinggal di apartemen hingga pekan mendatang. Nanti aku hubungi kamu jika sudah waktunya kamu bekerja," ujar Brian lalu berdiri. "Ayo," ucapnya lalu diiyakan oleh Lilian.

Lilian di bawah ke sebuah kamar nomor 1003, dia akan tinggal di sana selama seminggu. Entah apa yang tela direncanakan oleh Brian, yang pasti itu adalah bagian dari rencana mereka.

"Selama seminggu, kamu akan tinggal di sini. Tugasmu hanya satu, yaitu rawat dirimu dengan baik karena Tuan Dama tidak suka wanita yang memiliki bekas tanda di seluruh bagian tubuhnya." jelas Brian.

"Cis! Sudah tua tapi masih pemilih. Dasar pria kaya," batin Lilian.

"Baik, Tuan," tersenyum, Lilian kembali tersenyum pada Brian yang selalu menghindari tatapannya itu.

Pergi meninggalkan Lilian, Brian kembali pulang menemui istrinya di Apartemen. Tak terasa, Minggu yang dinanti telah di depan mata. Setelah penuh pertimbangan, Brian kembali ke hotel One.

Membuka pintu kamar 1003, Brian masuk tanpa bersuara. Lilian yang sudah siap bertemu Dama, sudah berdandan cantik agar dirinya dapat memikat penglihatan pria tua bernama Dama itu.

"Dimana Tuan Dama?" tanya Lilian.

"Kamu akan tahu nanti, sekarang kamu harus ikut aku. Ini perintah dari Tuan Dama jadi jangan membantah!" tegas Brian.

Berjalan di belakang Brian, Lilian menguatkan dirinya, mengatakan bahwa keputusannya sudah benar. Dia tidak salah, dia sudah benar. Masuk ke dalam mobil bersama Brian, Lilian mendapati seorang pria yang dia duga adalah Tuan Dama karena parasnya yang tak lagi muda.

"Siapa nama kamu? Dan apa alasanmu mau menjadi gadis pelunas hutang?" tanya pria yang diduga adalah Tuan Dama.

"Nama Saya Lilian, usia saya 20 tahun, Minggu depan jadi 21 tahun Sebelumnya saya bekerja sebagai pengantar makanan. Berhubung orang tua saya memiliki hutang yang banyak, dan mendengar mereka akan mejadikan adik saya sebagai gadis pelunas hutang–saya memutuskan untuk menawarkan diri. Alasan saya hanya satu, saya tergiur dengan kekayaan yang Tuan Dama miliki," dengan penuh percaya diri, dan tanpa malu, Lilian menjawab seperti itu.

Brian hanya menggelengkan kepala. "Dimana mana selalu saja kekayaan yang wanita incar," gumam Brian yang masih bisa didengar oleh Tuan Dama.

"Lilian, apa tanggapan kamu mengenai apa yang tadi ucapakan asisten saya, Brian?" tanya Tuan Dama.

"Saya tidak menyalakan Tuan Brian atas kalimatnya. Karena kebanyakan wanita menyukai uang. Terlebih aku, aku begitu tergiur akan uang. Dengan uang, aku bisa menutup mulut mereka yang pernah menghinaku," jelas Lilian.

Brian terdiam, namun masih datar. Berbeda dengan Tuan Dama yang menyukai wanita seperti Lilian–berani dan jujur.

"Aku rasa dia pantas menjadi menantu dalam keluarga Closter," batin Tuan Dama.

Terpopuler

Comments

Siti Orange

Siti Orange

Mampir Ya Thor, Bagus Ceritanya

2023-07-21

0

Ucu Titin

Ucu Titin

hadir, salam kenal😉

2023-02-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!