Dalam perjalanan pulang ke rumah, Kyo masih tetap tak memakai jaketnya. Jaket itu masih berguna untuk menutupi kedua paha mulus Flo. Cuaca mulai mendung, Kyo melajukan motornya lebih cepat dibandingkan sewaktu berangkat dari toko kue Mama Flo.
"Gludug" "Gludug" "Jleggar"
Awan mulai gelap dan bersahut - sahutan dengan bunyi petir. Yang awalnya hanya rintik - rintik hujan kini berubah menjadi lebih lebat turunnya seolah sedang mengguyur bumi dengan tumpahan dari atas sana.
Flo mengambil jaket Kyo yang sedari tadi melapisi hotpantnya dan menaruhnya di punggung Kyo. Kyo menepikan motornya lalu memasuki pelataran Cafe yang ada di pinggir jalan.
"Kita disini dulu ya sekalian berteduh, kalau tetap dilanjut sampai rumah pasti kita bakalan basah kuyup. Gimana?"
"Iya, nggak apa - apa. Udah sampai sini masa mau nolak kan nggak mungkin." Ucap Flo kemudian mencari tempat duduk yang berada di bagian paling ujung, diikuti Kyo di belakangnya.
Setelah mendapatkan tempat duduk, datang seorang pelayan menghampiri mereka dan memberikan buku menu. Kyo segera memilih pesanannya. Flo belum sempat memilih, dan pelayan itu sudah disuruh pergi.
"Lah gue kan belum milih! Kok udah disuruh pergi sih mbaknya?" Gerutu Flo.
"Kelamaan lo milihnya, milih tuh cepet nggak usah pakek perasaan, kan kasihan mbaknya digantungin..."
"Apaan sih, rese lo.."
'Ini anak mulai kumat lagi deh mode nyebelin bin ngeselin, gue kan haus sama laper juga. Eh, laper? Kalau diingat - ingat tadi kan gue udah ngemil kue di tempat Mama yak, hehehe. Suka lupa deh gue. Hehehe.'
"Kenapa lo? Stres apa kok senyum - senyum sendiri?" Kyo membuyarkan gumaman Flo yang cengar - cengir sendirian.
"Emang ada cewek cantik stres?"
"Ada!"
"Mana ada coba?"
"Lah ini di depan gue apa?"
"Wah, berarti lo ngakuin kalau gue cantik ya? Hayo ngaku..."
"Cih, geer banget, yang bagian stres itu maksudnya, kalau cantik tuh relatif tergantung dari mata dan hati. Kalau mata bilang cantik tapi tidak didukung dengan hati yang baik, buat apa? Kayak gitu banyak, bahkan dari sekian cewek yang pernah nembak gue bisa ditemukan spesies itu didalamnya."
"Bentar - bentar, lo ceritanya lagi ngasih ceramah buat gue atau curhat nih?"
"Ah udahlah, ngomong sama lo nggak guna. Kayak ngomong sama tembok, mental terus."
"Hehehe. Nggak apa - apa yang penting tetep stay cantik, stres dikit don't worry lah, masih bisa dibenerin dan banyak yang suka." Flo masih tetap pasang gaya percaya diri di depan Kyo, entah keberanian darimana yang ia dapatkan bisa berkata hal yang jarang dilakukannya itu. Cukup diingat saja, Flo bukan cewek se Pede itu.
Tak perlu menunggu lama, pelayan tadi sudah membawakan pesenan Kyo. Jahe susu untuk Flo dan Spaghetti Bolognaise, kentang goreng ukuran Large dan segelas lemontea hangat untuknya.
"Makasih, Mbak." Ucap Kyo setelah pelayan tersebut selesai menyajikan pesanan mereka berdua.
"Sama - sama, Mas. Oh iya, hampir lupa. Mas dan mbak pasangan kan ya?" tanya pelayan itu yang diketahui bernama Dewi sesuai dengan nametag di bajunya.
"Pasangan?" Flo mengernyitkan dahi tanda tak mengerti.
"Iya kan mas mbak? Soalnya hawa - hawanya gimana gitu. Masih anget - angetnya. Hehehe. Btw, begini mas mbak Cafe kita ini lagi ada sayembara foto berpasangan gitu. Foto yang paling romantis dan dapat feel nanti jadi pemenangnya. Hadiahnya lumayan loh, voucher makan Rp. 500.000,- di bulan ini. Kan bisa buat berdua atau traktir temen - temen gitu. Kalian Couple kan ya? " Mbak Dewi nyerocos menjelaskan tak ada titik koma mencoba memastikan, untunglah dua manusia di depannya itu bisa memahami ucapannya.
" Harus pasangan gitu? " Flo menimpali sambil mengetukkan telunjuknya di meja hingga menimbulkan bunyi tuk tuk.
"Harus pa - sa - ngan. Kalau bukan pasangan, nggak bisa ikutan. Maklum ini ide si *Bi*g Boss."
"Ok mbak. Kita ikutan. Fotoin aja, mau ambil berapa kali aja hayuklah, syukur - syukur bisa jadi model beneran." Kyo tersenyum manis memperlihatkan deretan gigi putihnya yang tertata rapi saat mengiyakan kata - kata mbak Dewi, sekilas Flo terpana lalu ia membuang muka.
"Iya mas, tapi harus ada unsur yang menandakan kalau kalian pacaran ya. Paham kan maksud saya? Sampai disini apa ada yang mau ditanyakan?"
Cih, Flo melengos pelan. 'Mbaknya dulu cita - cita pengen jadi guru apa gimana sih? Udah pede banget pula, sok kenal sok deketnya tuh gimana gitu. Tapi, dilihat - lihat seru juga ini orang.'
"Oh, itu tenang aja mbak. Pasti romantis lah." jawab Kyo enteng, Flo kebingungan dengan sikap manusia unik ini.
Mbak Dewi pergi sebentar untuk mengambil kamera dan tak lama kembali lagi. Flo dan Kyo segera berdiri dan pasang gaya untuk difoto. Flo terlihat kikuk, tapi anehnya Kyo bisa menguasai keadaan. 'Apa jangan - jangan selama ini dia penganut paham Narcisme?'
"Mbak nggak usah malu - malu, biar natural gitu mbak. Biar feel dapat ya. Coba lebih deketan lagi." Mbak Dewi mengomentari gaya Flo dan menjadi fotografer dadakan, Kyo yang tanggap segera buka suara.
"Nggak usah malu sayang. Sini." Kyo dengan pede nya merangkul pundak Flo dan tersenyum manis pada gadis yang tengah kikuk di sampingnya.
'Demi apa coba gue mau difoto kayak gini? Ampuunn dah...' Teriak Flo dalam hati, ia dongkol sedongkol dongkolnya.
"Ok, sudah cukup. Makasih ya mbak mas atas kerjasamanya. Hehehe. Silakan dilanjutkan kembali makannya. Semoga beruntung. Langgeng - langgeng ya. " Mbak Dewi segera pergi dan meninggalkan mereka berdua.
"Lo nggak takut apa kalau sampai ada anak sekolah kita tahu foto barusan?" Tanya Flo sambil mencomot kentang goreng masuk ke dalam mulutnya.
"Takut kenapa? Orang gue aja nggak ngelakuin kesalahan kok, kalau gue maling lah baru takut." Jawab Kyo santai, lalu melanjutkan makan Spaghetti nya yang tinggal separuh.
"Ntar cewek - cewek yang pada ngefans sama lo pada kabur loh..." Goda Flo, Kyo menatapnya. Sejenak mereka beradu pandang.
"Gue nggak peduli. Atau jangan - jangan malah lo yang takut kalau nanti cowok - cowok yang ngedeketin dan suka sama lo patah hati?" balas Kyo tak mau kalah.
"Apaan sih! Ya, nggaklah!" Flo mengelak.
"Atau lo ada gebetan ya?"
"Nggak, nggak ada! Kyo, udah deh. Nggak usah mulai bikin ribut. Nggak bikin masalah sehari aja sama gue nggak bisa ya? Kayanya mulut lo kebiasaan deh, jadi gatel ya kalau nggak bikin kesel gue. Lo tuh ya, kalau nggak jutek, mesti gini nih, rese!" Flo emosi dan Kyo pun menanggapinya dengan tertawa terbahak - bahak. 'Berasa kayak emak - emak nggak dapat jatah bulanan dari suami! Emosi tingkat dewa. Eh, bentar, Suami?'
"Lo bisa ngelawak juga ya?"
"Ngelawak pala lo peyang! Gue bener - bener kesel nih. Lo kalau ngomong yang bermutu dikit dong. Garing, tau?"
Kyo masih tertawa sepertinya puas menggoda Flo. Flo yang melihat itu terlintas mendapatkan ide brilliant dadakan.
"Aduh, duh, awww...." Teriak Flo seraya memegang kakinya yang terdapat luka bekas terantuk meja di rumah Aiko.
"Kenapa, Flo?" Kyo mulai panik.
"Sakit..."
Kyo beranjak dari tempat duduknya dan mendekati Flo. Segera memegang kaki Flo untuk mengecek apakah terjadi sesuatu.
"Jempol kakinya masih sakit ya?"
"Iya, tapi bo - hong. Hahahaha." Giliran Flo tertawa puas mengerjai Kyo yang panik. Kyo mendengus kesal dan menatap sinis ke arah Flo. Flo seketika menutup mulutnya melihat ekspresi Kyo.
"Dah, gue balik." Kyo berjalan mendekati meja kasir untuk membayar tagihannya. Flo mengekor di belakang Kyo.
"Maaf deh, jangan marah ya. Kan gue nebeng lo, ntar kalau lo marah gue ditinggal disini dong? Dimaafin ya.."
"Dah lo diem aja, nggak usah bikin mood gue tambah ancur deh! Buruan jalannya, jangan kayak siput. Apa mau gue gendong nih?" Kyo mulai menggoda Flo lagi. Dia memang pintar membolak - balikkan moodnya. Habis marah terbitlah jahil bin usil. Aneh...
"Gue masih bisa jalan! Minggir lo!" Flo melenggang bebas meninggalkan Kyo yang masih tersenyum ke arahnya.
Tanpa mereka berdua sadari, benih - benih cinta mulai bersemi yang entah nantinya akan mereka hindari atau perjuangkan... Let's See
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Ney Maniez
😁🤔
2022-06-16
0
🌞nuiinur
lets see
2021-01-12
1
♋ᴹᴿ᭄ 𝐑𝐞𝐦𝐩𝐢𝐬_𝟎𝟑
like this kak...
lanjutt..
salam dari "Bukan romeo"😅🙏
2020-10-11
2