Jim menghabiskan banyak waktu bercerita dengan Julius, Julius juga banyak bercerita tentang dirinya selama dia tinggal di desa ini. Bocah itu mengaku kalau dia hanya mencuri makanan berupa roti dan buah-buahan, bukan yang lainnya. Dia bahkan berani bersumpah dengan sumpah apa pun yang dapat dipercaya oleh Jim.
Setelah mendengar kisah Julius, jim pun mengajak Julius untuk ikut dengannya. Julius bersikap waspada, dia menjauh dari Jim dan memandang tak percaya ke arah pria yang baru saja mengajaknya untuk bertualang bersama.
Jim pun menjelaskan banyak hal, dia juga mengatakan kalau semakin lama Julius hanya akan semakin susah untuk terus bertahan hidup dengan mencuri di desa ini. Lebih baik bocah itu ikut dengannya bertualang dan mencari pengalaman. Lupakan soal mencuri, Jim masih sanggup kalau hanya menambah satu pengeluaran untuk bocah kecil ke depannya.
Julius pun akhirnya setuju, tapi dia ragu kalau warga desa akan bersedia melepaskan dirinya pergi. Jadilah otak Jim berputar dan mengeluarkan ide agar dia bisa membawa Julius dengan mudah. Julius dan Jim pun membicarakan tentang rencana yang akan mereka lakukan untuk bisa pergi dari desa ini secepatnya. Julius hanya perlu mengikuti apa yang Jim katakan dan sedikit berpura-pura nantinya.
...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...
"Apa anda menemukan bocah pencuri itu?" tanya salah seorang warga begitu melihat Jim telah kembali.
"Sayangnya, tidak," balas Jim jelas berbohong. "Aku beberapa kali menyusuri hutan, tapi sama sekali tak melihat bocah tadi!" lanjut pria itu kembali berdusta. Padahal sudah jelas kalau tadi keduanya menghabiskan banyak waktu untuk berbincang.
"Breng*ek, sudah kukatakan kalau bocah itu terlalu licik untuk ditangkap!" umpat mereka kesal karena kali ini lagi-lagi mereka juga gagal melenyapkan pengganggu itu.
"Mungkin kita bisa membiarkannya saja," kata salah satu di antara mereka sambil menggaruk pipinya canggung. Jim menyeringai kecil melihat pria itu, dia yakin kalau dialah pencuri yang sebenarnya meresahkan desa ini.
"Kenapa kita harus membiarkan biang masalah?" kata yang lain tak setuju. "Kita harus melenyapkannya agar tak semakin merepotkan?!" lanjutnya lagi dengan amarah menggebu.
"Oh, aku hanya sedikit merasa tak tega karena dia masih kecil," katanya berniat melarikan diri dari masalah yang baru saja dia gali sendiri barusan.
"Meski kecil, tapi bocah si*l itu memiliki kebiasaan yang sangat buruk, tahu?!" bantahnya kesal.
"Benar, bagiamana pun bocah itu harus pergi dari sini, bukan?" timpal Jim mendukung. "Agar desa ini kembali tenang tanpa ada yang bisa MENCURI lagi," lanjut pria itu melirik warga tadi yang berusaha mencegah si bocah yang baru saja diberikan nama oleh Jim itu diusir dari desa mereka.
"Itu benar, aku tak peduli mau dia mati atau masih bernapas! Asalkan dia pergi dari sini, itu sudah cukup bagi kami?!"
Jim menguap lebar. "Ugh, aku sangat lelah. Aku akan naik ke atas sekarang," katanya pamit pergi.
"Anda tak makan malam dulu?" tanya pemilik penginapan menghentikan langkah Jim.
"Berikan saja aku beberapa potong roti yang hangat, aku akan memakannya saat lapar nanti," kata Jim dengan cepat.
Pemilik penginapan itu pun membungkus beberapa potong roti yang baru saja dipanggang. "Selamat beristirahat, tuan," katanya mengucapkan salam perpisahan.
Sampai di kamarnya, Jim segera mengemas barang-barang yang dia bawa. Dia sengaja berpura-pura mengantuk agar bisa mengemas semua barangnya, lalu kemudian dia akan menyelinap ke luar saat hari sudah semakin larut.
Lewat tengah malam, semua warga sudah tertidur. Bahkan dua warga yang berjaga pun tertidur seperti orang pingsan. Tentu saja itu semua kelakuan Jim, dia tahu kalau semua warga di sini saling berbagi makanan, makanya dia mencampurkan bubuk tidur yang dia buat dengan bahan makanan milik mereka. Entah kapan pastinya Jim melakukan itu, tapi dia suka rencananya berhasil.
"Oi, bocah!!!" seru Jim begitu dia sampai di tempat yang dia janjian untuk bertemu dengan bocah kecil itu. "Ayo, kita pergi!" ajak Jim sedikit terburu-buru. Mereka harus pergi sejauh yang mereka bisa sebelum fajar menyingsing.
"Kita akan ke mana? Dan di mana semua orang desa?" ucap bocah itu merasa heran.
"Jangan pedulikan mereka," balas Jim terus berjalan. "Mereka sibuk bermimpi dalam tidur mereka," katanya sambil mengambil kudanya. "Dan kita akan pergi ke mana pun kaki kita melangkah!" lanjut Jim membantu si bocah naik kuda, dia pun menyusul setelahnya. Mereka ke luar dari desa dengan cepat dan terus melewati daerah itu hingga desa di belakang mereka tak terlihat lagi.
"Selamat tinggal!" gumam si bocah menengok ke belakang.
"Ho, apa Juli kita merasa sedih meninggalkan desanya?" ucap Jim menimpali gumaman Julius.
"Jangan bercanda!" pekik Julius kesal. "Apa yang aku rindukan di sana?" dengusnya. "Makian orang-orang desa? Apa pukulan yang mereka berikan?" tambah Julius membuang pandangannya ke samping.
"Lupakan saja, kita akan bersenang-senang ke depannya. Kamu bisa makan apa pun yang kamu inginkan, asal aku memiliki uang untuk membelinya sebagai syarat penting," kekeh Jim mengalihkan topik.
"Kamu harus bekerja keras karena ada perut tambahan yang harus diisi, pak tua!" ucap Julius ketus.
"Sudah kubilang jangan panggil aku seperti itu! Aku belum terlalu tua, tahu?!" kini giliran Jim yang mendengus kesal. "Sudahlah, pejamkan matamu. Perjalanan kita masih jauh dan ini sudah sangat larut untuk seorang bocah beristirahat?!" kata pria itu menyuruh Julius tidur, sedangkan dirinya akan tetap menunggangi kuda hingga matahari terbit.
"Aku bukan bocah kecil yang butuh istirahat!" ketus Julius tak terbiasa menerima perhatian dari seseorang.
"Awas saja kalau kamu menyesal setelah dewasa kamu tak bertambah tinggi!" balas Jim sedikit usil. "Aku akan mengejek kamu setiap saat?!" katanya semakin usil.
"Itu tak akan terjadi!!!" pekik Julius emosi. "Aku pasti akan tumbuh tinggi dan semakin tampan saat dewasa!" katanya percaya diri.
"Tak ada yang bisa menjamin itu terjadi, bocah," kekeh Jim. Pria itu merasa perjalanannya akan semakin menyenangkan setelah ini, dia tak akan kesepian dan memiliki teman mengobrol. Yah, walau pun umur mereka terpaut sangat jauh. Tapi itu bukan masalah, mereka masih bisa berbincang dengan lancar tanpa peduli topik apa yang mereka bicarakan.
Kuda yang digunakan oleh Jim semakin lama berjalan semakin pelan, mungkin kuda itu sudah kelelahan membawa mereka berdua sejak tadi. "Kita akan berhenti di sini!" kata Jim mengelus leher kudanya. Seolah paham, binatang itu pun berhenti. Jim mengikat kudanya di pohon terdekat, biar kuda itu bisa makan rumput yang ada di sekitar sana.
"Apa sudah sampai?" tanya Julius terbangun dari tidurnya.
"Belum, kita akan beristirahat di sini. Dia kelelahan," kata Jim menunjuk kudanya. Julius mengangguk paham, melompat turun dari atas kuda Jim.
"Ini, makanlah!" kata Jim memberikan roti.
"Aku juga punya," balas Julius mengeluarkan roti yang dia punya.
"Ho, kupikir kamu telah menghabiskannya bocah!" ucap Jim.
"Makan ku tak sebanyak itu?!" gerutu Julius.
Jim terkekeh kecil, keduanya akhirnya makan bersama. Mereka beristirahat di sana selama beberapa jam, sebelum kembali meneruskan perjalanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments