Gao masih memikirkan apa yang sebenarnya terjadi kepada Jia sehingga membuat dia berubah pagi ini dan tidak seperti biasanya, setelah dirasa cukup menggosok bajunya, Gao mematikan setrika kemudian mulai memakai kemejanya itu.
Gao melepaskan handuk yang terlilit di pinggangnya kemudian memakan celana hitam kerjanya serta kemejanya, kemudian memasang dasinya.
Satu ketidakbisaan Gao, dia tidak bisa memasang dasi, biasanya tanpa meminta, Jia akan memasangnya ketika Gao sudah menyelempangkan dasi itu di lehernya.
Setelah dirasa siap, dengan dasi yang belum di pasang, Gao berjalan keluar dari kamar untuk sarapan dengan membawa tasnya, namun yang dia dapati, tidak ada sarapan disana.
"Kamu gak masak?" tanya Gao yang membuat Jia menatapnya sejenak. "Sarapan buat aku, Mana?"
"Aku gak sempet, Kak, kamu makan di kantor aja yah," jawab Jia sepele sembari membereskan bekas makan Alea.
Emosi Gao sudah naik di ubun-ubun sepagi ini, dia memukul pelan meja agar tidak membuat Alea takut.
"Kamu pesan makanan buat Alea, kamu gak pesan buat aku?" tanya Gao menahan emosinya.
Jia tidak menggubris dan hanya menjawab. "Aku, lupa."
Gao rasanya akan meledak sekarang mendengar pernyataan Jia kepadanya, dia menarik tangan Jia pelan menuju kamar dan meminta Alea menunggu, sesampainya di kamar, Gao langsung mendudukkan Jia di ranjang.
"Kamu bilang apa tadi, kamu lupa? Kamu lupa kalau kamu punya suami! Bisa-bisanya kamu yah!" tanya Gao yang membuat Jia menatap nanar kepada Gao.
Jia berdiri kemudian menatap Gao dengan ekspresi sulit dijelaskan, jelas Gao bingung dengan ekspresi Jia barusan.
"Aku yang lupa, atau kamu yang lupa kalau kamu punya istri!?" tanya Jia balik yang membuat Gao mendelik.
Gao memegang kedua pundak Jia dan menatapnya dalam. "Kamu kenapa sih? Kamu berubah hari ini!"
Jia terkekeh, dia menunjuk dirinya sendiri kemudian menunjuk Gao. "Aku berubah! Kamu yang berubah, Kak!"
Jia menahan air matanya kemudian mendorong pelan dada Gao ke belakang. "Kamu yang ingin merusak pernikahan kita, kamu yang merubah segalanya, lantas kenapa sekarang kenapa kamu mempertanyakan dampaknya, aku harus gimana? Pasrah, nunggu Empat Belas Hari sebelum kita cerai!?"
"Gak! Kamu bakalan nyesel sama keputusan kamu, Kak!" lanjut Jia kemudian berjalan meninggalkan Gao yang terdiam di dalam kamar.
Jia menghampiri Alea di meja makan kemudian membawakan tasnya, dia membawa Alea keluar dari rumah, sesampainya di luar, Alea dan Jia langsung masuk ke mobil untuk mengantar Alea menuju sekolah.
Jika Gao memintanya hilang dari memori indahnya, jelas Jia tidak akan memaksa, namun jika ditanya bagaimana dia menjalani Empat Belas Harinya, biar Jia yang mengatur segala jalan kehidupannya, walaupun dia harus membohongi hatinya.
Sementara itu, Gao yang ada di kamar langsung melepas dasinya dan melemparkannya ke sembarang arah, untuk pertama kalinya, dia tidak memakai dasi ke kantor, dia keluar dari rumah, setelah mengunci rumah, Gao masuk ke mobil untuk berangkat ke kantor.
Gao tidak habis pikir apa yang terjadi Jia sehingga membuatnya menjadi bimbang begini, ia teringat temannya, dimana jika istrimu tidak menarik dimatamu, maka dia akan sangat menarik Dimata pria lain, apakah Jia akan memiliki pria lain.
Batin Gao bertanya-tanya, bukannya dia sudah bosan dengan pernikahannya, tapi kenapa dia malah merasa kesal dengan sikap Jia, harusnya dia senang, jika Jia juga tidak bersikap yang sama.
"Argh!" Gao memukul setir karena kesal dan meluapkan emosinya sendiri.
•
•
•
TBC
Assalamualaikum
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Sri Puryani
klo bosan itu buat kelg.tdk bosan bs healing atau apa kek mlh minta cerai gara" bosan ....
2025-01-28
0
uhuuyyyyyy
Naaah lhooo kapook
2024-05-30
1
Muajidah Firdausi
Bagus Jiah
2023-06-25
1