5. ALEA SI TUKANG RUSUH

"Elo sudah gila ya, elo mau buat tangan gue mirip bakwan tahu, hah!" Alea yang mendapat teriakan dari Agus, langsung melihat apa yang sudah dilakukannya.

Ups.

Alea meringis karena tidak tahu kalau tangan Agus lah yang menjadi pelampiasannya.

Sorry, gue minta maaf." Alea membekap mulutnya dan langsung melepaskan genggaman yang sangat menyakitkan itu dari tangan Agus, hingga Agus juga langsung berhenti berdesis.

"Makanya, marah ya marah. Harusnya elu juga ingat kalau ada orang yang tersakiti hanya karena ulahmu, sungguh menyebalkan." Agus dengan tatapan yang sulit diartikan menatap Alea dengan seksama. Mungkin bisa jadi karena saking sakitnya, maka dari itu lelaki dengan rambut botaknya berkata dengan sesekali mendesis bak ular kobra ya siap memangsa, lalu tidak lupa meniupi jemari-jarinya yang hampir patah dibuat oleh Alea.

"Kan gue udah minta maaf, kenapa elu masih marah." Alea mendengus kesal karena Agus masih saja marah dengannya.

Ck … Ck.

Agus berdecak lalu mengelus tangannya yang hampir saja menjadi rempeyek. Akibat ulah Alea dengan tenaga jiwa raganya sedikit telat maka tangannya benar-benar jadi tulang lunak.

"Sepertinya elu butuh ngopi, biar otakmu tetap waras," ucap Agus pada Alea yang terlihat masih kesal.

Alea mendengus. Apa Agus pikir dirinya sudah gila? Atau hampir saja menjadi dukun karena terus merapalkan doa-doa yang membuat para dedemit melarikan diri. Sepertinya tidak, ia hanya kesal pada kondektur yang ada di bus tadi, dan itu membuatnya sungguh kesal, apalagi dengan orang-orang yang berada di dalam bus tadi. Sungguh sangat menguji kesabarannya.

"Ide bagus, gue mau ngopi dulu. Elu jagain ini motor biar nggak jalan," ucap Alea sambil tersenyum, lalu meninggalkan Agus, tidak lupa tangan yang sengaja di lambaikan sebelum, ia benar-benar pergi meninggalkan lelaki botak itu.

Sedangkan Agus hanya melongo menatap kepergian Alea, dalam benaknya motor kan tidak punya kaki, lantas mengapa bisa jalan.

"Ini gue yang goblok apa Alea yang terlalu pintar. Motor kan gak punya kaki yang ada juga roda? Tapi kok Alea bilang bisa jalan sendiri. Tau Ah,” gumam Agus karena pusing jika memikirkan kata-kata Alea yang sedikit tidak jelas, kosa kata yang selalu meleset dari ekspetasinya namun sedikit sering mengenai jika berucap.

Sedang Alea yang sudah berada di warung, menemuka beberapa teman seperjuangannya.

“Hye, Al. Baru datang elu?” tanya salah satu anggota dari pekerjaan bagi orang lain sangatlah menjijijkkan, namun bagi pria itu dan Alea sangatlah berarti, walau hanya seorang juru parkir.

“Apa elu gak liat kalau gue baru datang,” dengus Alea, menatap kesal ke arah pria tersebut.

“Syukur gak kamu kena semprot Alea,” ucap salah seorang temannya lagi pada orang yang ada di sampingnya. Dengan senyuman yang masih di tebar, ia berbicara.

“Pluk.” Bungkus rokok melayang di kening Yanto.

“Sialan lu,” ucap Yanto karena bungkus rokok mengenainya, meski tidak sakit tetap saja ia mengelus jidatnya, yang terkena lemparan itu.

Niat hati ingin ngopi, justru Alea melihat dua manusia layaknya seorag balita yang sedang merebutkan permen, dan itu membuatnya jengah kala melihat para temannya,

“Apa kalian akan menjadi bayi yang sedang berebut kue?" ujar Alea lalu menatap keduanya dengan cara bergantian.

“Hehehe … Kami lupa kalau di sini ada bidadari tak bersayap,” goda para teman Alea.

“Kalaupun ada bidadari bersayap, yang ada kalian bakal pingsan.” Alea berkata tanpa ekspresi, lalu duduk di antara kedua temannya dan.

"Tatto gede badan gede, tapi otak ke ayan." Alea membatin seraya memesan kopi, pada ibu pemilik warung.

“Bu, kopi hitam satu ya, gulanya tambahin biar hidup saya sedikit manis gak pait.”

Mendengar ucapan dari Alea membuat bu Tini tertawa.

“Kau ini ada-ada saja, lantas dengan minum kopi manis. Terus itu hidup bakal manis juga, ngimpi kali.” Bu Tini menimpali candaan Alea dengan sebuah lelucon, karena hanya Alea lah yang selalu bisa mengocok perutnya.

Akhirnya mereka berempat tertawa mungkin sedang menertawakan hidup mereka masing-masing, yang sedang ngenes alias kurang beruntung.

“Setidaknya kopi juga gak ikut-ikutan pait juga kan, Bu,” ujar Alea dengan mulut yang penuh oleh gorengan, makanan khas untuk orang jelata seperti dirinya.

“Ah iya, kamu betul juga.” Bu tini semakin tertawa dibuatnya, karena warung miliknya akan terasa rame jika ada Alea.

“Bu, buruan kenapa kalau buat kopi, ini gigi udah kering lho nungguin.” Ucapan Alea membuat bu Tini langsung menepuk jidatnya.

“Al, maaf nih, Ibu lupa kalau kamu tadi minta kopi.” Lalu bu Tini menepuk jidatnya karena benar-benar melupakan pesanan Alea.

“Astaga, Bu. Pantesan gak ada nyium racikan kopi yang di tuang,” ucap Alea dengan helaan nafas yang sedikit berat. Sedangkan teman-temannya hanya menatap iba kepadanya, niat mau minum kopi eh malah di ajak ngeingin gigi dengan sebuah lelucon.

...----------------...

Sedangkan tempat lain.

“Yok yang mau naik, silahkan di jamin amanah.” Seperti layaknya seorang yang sedang promosi lelaki itu berteriak, hanya sekedar mencari penumpang.

Lelaki dengan handuk kecil yang di taruh di antara pundaknya, sedang mencari penumpang. Dengan sesekali mengusap peluh yang berjatuhan di antara pelipis dan lehernya.

Tidak begitu lama, Di Halte ada beberapa penumpang yang sedang menunggu busnya untuk membawa mereka ke tempat tujuan. Penumpang mulai berdesakan dan itu membuatnya sangat puas, karena bisa mengumpulkan uang guna membayar kontrakan, yang sudah hampir tiga bulan dihuninya bersama teman beda profesi.

“Bang, hari ini lumayan rame ya,” ujar Aliando pada pak supir yang bernama pak Hadi.

“Iya, Al. Rezeki pas mau balik parkir," jawab pak Hadi dengan penuh kegirangan.

Akhirnya bus yang tadi di bawanya kini sudah kembali parkir, karena jam juga sudah menunjukkan angka sepuluh.

Aliando yang datang dengan menggunakan motor, gegas langsung pulang ke kontrakannya karena ia ingin segera makan mandi dan tidur.

"Sepertinya makan ayam goreng tidak terlalu buruk," ucapnya dalam hati seraya menatap ke arah deretan warung lesehan yang ada di kiri jalan.

Ali, nama panggilannya lelaki itu. Langsung menepikan motornya dan segera membeli apa yang ia inginkan untuk bekal tidur nanti, sampai keesokan paginya datang.

Tidak berapa lama kemudian, setelah mendapat satu bungkus nasi beserta lauknya. Ali pun menyalakan motornya lagi.

Bersamaan pulangnya Ali, Alea juga baru saja keluar dari parkiran. Itu karena mall juga tutup di jam sepuluh dan buka lagi jam 10 siang.

Alea berjalan menyusuri jalan yang terlihat masih rame namun tidak kunjung ditemukan angkutan,entah. Tidak biasanya angkutan hari ini betul-betul tidak ada yang lewat.

"Kalau sampai ini angkot gak ada yang lewat, bisa mati gue." Alea bergumam dengan perasaan harap-harap cemas, karena jalan yang akan dilalui memakan waktu 45menit, jadi kalau berjalan kaki bisa-bisa sampai satu jam lebih untuk bisa sampai di rumah.

Saat tengah asik berjalan dengan santainya.

Terpopuler

Comments

@Kristin

@Kristin

Dua bunga🌹🌹 buat mu Say, 🥰 Semangat SELALU 💪...

2023-04-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!