Seorang pria berpenampilan layaknya seorang pendeta itu kini tengah terlihat sedang mencari masalah dengan sang pendongeng.
"Aku tanya padamu, siapa yang menyuruhmu membuka stan di sini? Cepat minggir!"
"Tunggu, ada apa? Kau ingin membuka stan di sini, kan?" Sontak saja pertanyaan sang pendongeng mendapatkan tatapan tajam dari si 'pendeta'.
"Sobat, dengarkan aku. Aku melihat wajahmu, dahimu menghitam. Jika kau membuka stan di sini, kau akan menimpa mala petaka besok"
"Percaya atau tidak?" Tanya si pendongeng.
"Heh, aku tidak peduli kau peramal atau pendongeng, jika mengambil wilayahku, maka enyahlah!" Ujarnya dengan tangan yang bersiap menghancurkan meja. Namun, dihalang oleh si pendongeng.
Karena gagal dia berusaha menghancurkan tihang kayu penyangga di belakang. Namun, kembali di hentikan "Dasar tidak tahu diri! Tidak tahu aturan langit!" Sungutnya kesal.
"Aku lihat wajahmu, kau pasti perampok makam dari generasi ke generasi"
"Sampai di generasimu, hanya ada nama tanpa hasil, kan?"
"................" Mendengar perkataan si pendongeng membuat si 'pendeta' terdiam.
"Kau ini disebut tidak memiliki ajaran keluarga--!" Belum sempat ucapannya selesai, kerahnya terlebih dahulu ditarik oleh si 'pendeta'.
"Katakan sekali lagi?" Ujarnya menahan emosi.
"Apa yang aku katakan? Apakah aku mengatakan yang sebenarnya? Kata-kataku mengenai lukamu?" Pertanyaan yang beruntun itu membuat amarah si 'pendeta' semakin jadi.
"So-sobat... Aku punya penyakit arthritis. Lepaskan tanganmu, sakit. Asal kau melepaskan tanganmu, aku akan mengajarimu cara menghasilkan uang" si pendongeng berusa bernegosiasi dengan si 'pendeta' dan itu membuahkan hasil, terlihat dari si 'pendeta' yang mulai melepaskan tangannya dari kerah si pendongeng.
"Sudahlah. Jika kau benar-benar memiliki cara menghasilkan uang. Lebih baik ajari dirimu dulu"
Buru-buru si pendongeng meringkuk kebelakang dan menenangkan si 'pendeta' "Ada pepatah, tanah bisa menyembunyikan emas, juga bisa mengubur orang. Dalam keadaan hidup dan mati, antara kebaikan dan kejahatan, kau harus melepaskan bekas luka"
"Terus memperkuat diri, hanya dengan begini. Kau baru bisa memegang takdirmu dengan kuat di tanganmu sendiri" si pendongeng mengatakannya dengan begitu puitis, sebelum...
"PETUGAS DATANG!" Dengan suaranya yang keras menunjuk ke arah belakang si 'pendeta'. Namun, ketika si 'pendeta' menengok tidak ada petugas sama sekali.
!?
"Huh? Sihir apa ini?" Beo 'pendeta' dengan bingung, lantaran hanya dalam sekejap si pendongeng dan peralatannya telah menghilang begitu saja, seakan memang tidak pernah ada.
Namun, itu tidak lama sebelum senyum pongah terlihat dari sudut mulut si 'pendeta'. Segera saja dia menggelar sebuah kain dan menata barang-barangnya di sana.
"Batu batu Es Li yang terakhir, satu jilatan akan menambah energi, makan sepotong, kekuatanmu tidak akan terbatas. Menyembuhkan penyakit" dengan lihai dia segera menjalankan bisnisnya. Mengeluarkan kata-kata yang manis.
"Pendeta, Batu batu Es Li adalah harta yang langka, apakah ini asli?" Tanya seorang pembeli padanya.
"Sangat berkilau. Rasanya manis. Aku akan membiarkanmu mencicipinya secara gratis"
"Aku mempertaruhkan nyawaku di awal bulan untuk menerobos sembilan rintangan di makam Raja Agung. Menaklukkan empat ratus mayat" Sambungnya dengan senyuman.
Dia menunjuk pada Batu batu Es Li yang di pegang si pembeli "Ini di temukan di bawah makam. Hanya tersisa satu ini, aku melihatmu juga berjodoh, aku jual 15 tael untukmu" tawar si 'pendeta'.
Cring ~~
Sekantong penuh uang di terima sang 'pendeta' " Datang lagi jika ada waktu!" Ujarnya sedikit berteriak.
"Tentu!"
"Heh" senyum mencurigakan terlihat dari si 'pendeta' membuat kumisnya yang ternyata palsu melorot, buru-buru dia membenarkannya, dan kembali tertawa puas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments