Part 4
Flasback
"Fasya! Cari laki-laki ini, dan nikahi putrinya." titah Malik pada putranya sambil memberikan selembar Foto laki-laki yang berpakaian jubah dan di sampingnya berdiri seorang gadis bercadar.
"Apa! kenapa papa memintaku menikah lagi, aku sudah punya Saera. Pa," bantah Fasya. Tentu saja Fasya kaget mendengar permintaan Malik papanya.
Sekilas Malik menatap lurus pada putranya. Laki-laki pemilik wajah tampan dan tubuh atletis itu menarik nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannnya.
"Jika kamu tidak berhasil mencari laki-laki itu dan menikahi putri. Siap-siap saja jadi miskin," ancam Malik pada Fasya.
"Tapi Pa!"
"Papa tidak ingin ada bantahan," ujar Malik mengibaskan tangannya ke arah Fasya.
Kalau sudah begitu tak seorangpun berani membantahnya, termasuk Fasya. Fasya hanya bisa menarik nafas panjang, pikirannya mulai kacau, bagaimana mungkin dia menikah lagi. Pasalnya Fasya sudah beristri.
Masih dalam pikiran kalut, Fasya mendudukkan bokongnya di kursi, dia menopang dagu dengan dua tangan yang sikunya bertumpu pada paha, lalu perlahan meraup wajah dengan kedua tangannya.
"Saera pasti sangat marah, jika dia tahu aku menikah lagi," gumam Fasya lirih.
Pikiran Fasya kali ini benar-benar kacau. Jika dia menolak permintaan Malik, resikonya semua fasilitas yang diberikan papanya bisa saja ditarik dan dia akan bangkrut dan jadi gelandangan, karena Fasya tahu betul kalau Malik tidak akan membiarkan hidup tenang bagi orang yang menolak permintaannya.
"Pa! Fasya akan melakukan apa pun permintaan papa, tapi jangan suruh Fasya menikah lagi." Fasya memberanikan diri memberikan penawaran.
"Papa sudah bilang, tidak ada bantahan." Malik mengulang ucapannya dengan jelas.
Mendengar ucapan Malik. Fasya tertunduk menekuri lantai, jika itu yang diucapkan papanya, berarti tidak ada pilihan lain. Sekali lagi Fasya meraup habis wajahnya.
"Apa kau tidak ingin menenuhi permintaan papa yang terakhir?" tanya Malik dengan suara datar. Dia menatap intens pada Fasya.
Malik memang selalu begitu, bicara santai tapi penuh penekanan, saat dia bicara datar saja, tak ada yang berani membantah, apalagi jika dia bicara sedikit meninggi pasti lawan bicaranya akan ketakutan.
Dari awal perpacaran Malik memang tidak pernah menyetujui Fasya berhungan dengan Saera. Namun Fasya tidak ambil pusing. Karena ada restu atau tidak, dia akan tetap menikahi Saera. Wanita cantik yang di kenalnya waktu sama-sama kuliah dulu.
"Apa papa sekarang sengaja ingin menyakiti Saera dengan memintaku menikah lagi," batin Fasya dalam hati.
Kali ini Fasya diam seribu bahasa, tidak membantah dan juga tidak mengatakan iya. Perasaannya sekarang sangat sulit untuk diterjemahkan.
"Papa akan mencoret namamu sebagai ahli waris tunggal, jika kamu menolak permintaan papa," ancam Malik lagi, penuh penekanan.
"Kenapa papa ingin sekali aku menikahi gadis bercadar itu?" Tanya Fasya, dia ingin papanya memberikan alasan yang akurat.
"Nanti kau akan tahu," ucap Malik tanpa menjelaskan apapun pada putranya.
Malik walaupun sudah berusia lima puluh lima tahun, aura ketampanannya masih memancar, kulitnya yang bersih, hidung mancung dan rahang yang kokoh semakin membuat gagah dan mempesona. Malik tipe laki-laki setia pada satu pasangan. Sejak istrinya meninggal satu tahun lalu, banyak para wanita berusaha mencari perhatiannya. Namun sampai saat ini Malik belum menjatuhkan hatinya pada siapa pun.
"Baiklah, kalau itu yang papa inginkan. Fasya akan mencari laki-laki itu dan menikahi putrinya." jawab Fasya mengalah, percuma dia berdebat dengan Malik. Ujung-ujungnya tetap dia yang mengalah.
Malik sudah menduga, kalau perhubungan dengan warisan, pasti Fasya tak berkutik. Toh, selama ini Fasya hidup dari hasil keringatnya. Sampai saat ini Malik belum mau menyerahkan peeusahaan sepenuhnya pada Fasya, bukan karena dia meragukan kemampuan putranya. Tapi ada rahasia besar yang sedang disembunyikannya.
"Sekarang pergilah! Cari sampai dapat di mana laki-laki itu berada," titah Malik.
Fasya memang satu-satu anak Malik, jika Malik mencoret nama Fasya dari daftar ahli waris, tak ada yang bisa Fasya banggakan lagi dalam hidupnya. Teman-temannya pasti meninggalkannya.
"Aku akan bicara dulu sama Saera, dia setuju atau tidak jika aku menikah lagi." ujar Fasya seraya menghembuskan pelan nafas, Fasya melangkah ke arah jendela, terlihat dari tatapannya, kalau dia sekarang sedang ambigu.
"Tidak perlu minta persetujuan Saera," celetok Malik di ikut berdiri di samping Fasya.
Hening sejenak. Fasya tidak merespon ucapan Malik, dia malah lebih fokus memandang keluar. Lalu Fasya memutar tubuhnya, menatap laki-laki yang berdiri di sampingnya.
"Tapi. Pa!"
"Tidak ada yang perlu kamu bicarakan pada Saera, karena dia bukan penentu hidupmu," ujar malik lagi.
"Bagaimana jika Saera marah?" sekali lagi Fasya berguman.
"Ceraikan saja dia!" ujar Malik enteng.
"Cerai? Kenapa papa berkata begitu?" Tanya Fasya gundah.
"Kamu pikirkan saja sendiri," ucap Malik merespon pertanyan Fasya.
Malik memang tidak mau berpisitif thingking pada Saera mantunya
Fasya terdiam mendengar ucapan Malik. Fasya kira dua tahun setelah Saera menjadi menantunya, Malik sudah bisa menerima dia apa adanya, ternyata Fasya salah. Sampai saat ini Malik belum bisa menerima Saera.
"Apa kamu mencintai Saera?" Tanya malik pada putranya.
Pertanyaan Malik, membuat Fasya terdiam. Cintakah dia pada Saera?
"Iya pa! Aku sangat mencintai Saera, dia wanita satu-satunya dalam hidupku," ujar Fasya penuh keraguan. Fasya sendiri tidak bisa memastikan apakah dia menikahi Saera berdasarkan rasa cinta. Yang dia tahu, karena Saeralah dia bisa move on dari wanita bernama Carla. Gadis yang dicintanya waktu masih berseragam putih abu-abu. Fasya mengatakan itu pada papanya, agar Malik mau merubah keputusan dan tak memaksanya menikah dengan wanita bercadar itu.
"Papa tak perduli dengan istrimu, sekarang kamu pergilah cari dan nikahi gadis itu," ujar Malik lagi. Sedikitpun dia tak terpengaruh dengan pengakuan Fasya.
Sekali lagi Fasya tertohok ucapan papanya. Malik seperti akan merubah kehidupannya sekarang. Sekali lagi Fasya hanya mampu menarik nafas panjang.
"Kenapa pa? Kenapa papa tidak pernah mau belajar menerima Saera?"
"Fasya! Saera bukan istri yang baik untukmu." Perdebatan terjadi lagi. Malik mulai emosi mendengar ujaran putranya.
Fasya sudah tidak tahu lagi, bagaimana caranya meyakinkan Malik, bahwa apa yang dipikirnya papanya itu tentang Saera sangatlah tidak benar, dua tahun hidup satu atap dengan Saera, Fasya tahu luar dalam istrinya. Tentu saja dia tidak terima saat Malik mengatakan kalau Saera bukan wanita baik.
"Semua terserah padamu. Kalau tidak menenuhi permintaan papa. Kamu boleh pergi dari sini!" Suara Malik terdengar meninggi.
"Apa istimewanya gadis bercadar ini. Kenapa papa memaksaku menikah dengannya," batin Fasya seraya membayangkan wajah gadis bercadar di dalam foto itu.
"Baik pa! Aku akan mencari laki-laki ini dan menikah dengan putrinya," ujar Fasya pasrah.
"Jika kau berhasil menemukan laki-laki itu dan menikahi putrinya. Papa akan menghadiahkan dua milyar untukmu dan menyerahkan perusahaan sepenuhnya padamu."
Mendengar ucapan Malik tentu saja Fasya sangat senang. Uang dua milyar dan perusahaan akan jadi miliknya. Saera juga pasti senang mendengarnya.
"Aku harus bisa menemukan laki-laki itu dan menikah dengan putrinya," batin Fasya di sudah membayangkan, kehidupannya dan Saera akan bergelimangan kekayaan. Dan akan segera memenuhi permintaan istrinya itu, untuk mengganti mobilnya dengan keluaran terbaru.
"Pasti gadis bercadar ini sangat istimewa bagi papa. Hingga demi dia papa mau memberi hadiah dua milyar untukku, setahuku papa sangat pelit," batin Fasya lagi.
Dulu saja Saera pernah memberi usul pada Fasya, agar meminjam uang pada Malik untuk membeli mercy yang dia inginkan. Namun apalah daya, Malik tidak mangeluarkan sesenpun uangnya, saat Fasya merengek meminta pinjaman.
"Fasya untuk apa beli mobil lagi, mobilmu kan masih bagus. Mubazir," ucap Malik kala itu.
"Mercynya untuk Saera. Pa! kasian dia kalau pulang pergi kantor selalu kepanasan."
"Itu alasan saja, jarak tempat kerja Saera kan dekat, paling sepuluh menit dari rumah." celetokan Malik cukup pedas didengar.
Itu ucapan Malik tiga bulan yang lalu. Bahkan selama dua tahun Fasya bekerja di perusahan papanya. Walaupun dia yang menjadi CEO perusahaan. Namun, hanya namanya saja Fasya sebagai CEO, kenyataannya papanyalah CEO sebenarnya. Dan malik hanya mengaji Fasya perbulan sebesar tujuh juta.
"Sekarang pergilah! Papa kasih waktu tiga hari."
"Tiga hari? Apa tidak terlalu singkat. Pa!"
"Pergilah! Di dalam kartu ini ada uang tiga ratus juta, gunakan untuk pernikahanmu nanti. Pinnya tanggal lahirmu," ucap Malik lagi seraya menyerahkan sebuah kartu.
Setelah menerima kartu itu, Fasya pun pergi meninggalkan rumah sakit tempat papanya dirawat karena jantungnya bermasalah dan Fasya kembali ke kantornya.
"Dea! Panggil Roy dan suruh ke ruanganku," perintah Fasya pada sekretarisnya. Kala sudah berada di kantornya.
"Baik. Pak."
Seperlima menit kemudian, Roy masuk ke ruangan Fasya.
"Cari laki-laki dan gadis yang ada di dalam foto ini," titah Fasya pada asisten pribadinya itu.
"Sekarang. Bos?" Tanya Roy sambil memperhatikan foto yang diserahkan Fasya padanya.
"Ya sekaranglah. Masa tahun depan," ucap Fasya melotot.
"Jika kamu bisa menemukannya hari ini, aku akan beri bonus sepuluh juta. Jika tidak kamu akan saya pecat." Ancam Fasya pada Roy.
"Hah!" Roy terkejut mendengar ucapan Fasya. Tega sekali Fasya ingin memecatnya, pada hal dia bukan asisten saja tapi sahabat Fasya dari kecil.
"Sudah pergi sana. Kerjakan perintahku," titah Fasya lagi.
Roy keluar dari ruangan Fasya, lalu menelepon beberapa temannya, menyebarkan foto yang tadi diterimanya dari Fasya. Bagi Roy tidak sulit, kalau hanya mencari info seperti itu. Tak menjelang satu jam dia sudah mendapatkan info akurat.
"Apa kamu yakin. Kalau itu benar laki-laki dan gadis yang ada di foto itu?" Tanya Roy saat sipemberi info meneleponnya.
"Iya. Seratus persen," jawab sang penelepon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments