Bab 4 : Perasaan Asing

Olvee terus mengoleskan berbagai macam warna cat yang berwadah palet pada kanvas putih yang sudah sebagian tertutupi oleh berbagai warna. Perlahan-lahan, warna-warna yang sudah ia isikan pada pola yang sudah ia gambar sebelumnya, membentuk sebuah lukisan yang sempurna. Ia meletakkan palet dan kuas yang dipegangnya dan mengangkat kedua tangannya di depan wajah. Memeriksa kembali lukisan tersebut melalui celah kotak yang ia buat menggunakan jarinya sambil menutup sebelah matanya. Setelah memastikan, ia mengambil palet dan kuasnya kembali untuk melengkapi bagian yang ia rasa kurang.

“Perfect,” pujinya menilai hasil karyanya sendiri yang lagi-lagi berhasil ia buat.

Melukis bukan hanya sekedar pekerjaan atau hobi. Namun, juga adalah sebagian jiwa dan hidupnya. Setiap karya seni yang ia buat, mengandung berbagai macam emosi, jiwa, dan seluruh kemampuan dari sang pelukis atau bisa dikatakan ia sendiri sebagai pelukis. Kepuasan setelah menyelesaikan kerja kerasnya, tidak bisa dibayar oleh nominal mata uang mana pun. Olvee benar-benar mencintai pekerjaan sekaligus hobinya.

Suara dering ponsel milik Olvee membuat ia menoleh ke arah kamar yang tepat di luar galerinya. Setelah memastikan hasil karyanya yang baru terlahir itu aman, Olvee keluar dari galerinya dan masuk ke dalam kamarnya untuk mengangkat telfon. Tanpa mengambil ponsel, ia menggeser touch screen ke arah warna hijau dan mengaktifkan loud speaker.

“Halo, Kak Celine. Bagaimana kabarmu dan Kakak ipar?” sapa Olvee lebih dulu begitu telfon tersambung.

“Hola, Ma Sister. Kakakmu ini baik-baik saja di sini. Bagaimana denganmu dan yang lainnya?" timpal seseorang di sebrang telfon yang juga melempar pertanyaan. Celine, kakak perempuan Olvee dan Alvaro sekaligus anak pertama dari Zahir Marveen dan Flora Marveen.

“Kami semua baik-baik saja, Kak. Ngomong-ngomong, apa Kakak ipar tidak keberatan selama ini kau selalu bekerja?” tanya Olvee.

“Apa maksudmu keberatan? Selama ini ia sama sekali tidak keberatan dan selalu mendukungku,” jawab Celine yang Olvee yakini tengah menyerngitkan dahinya.

“Tentu saja karena Kakak terlalu lelah sehingga belum juga memiliki keponakanku.” Olvee tertawa puas menggoda kakaknya.

“Dasar!” seru Celine kesal ketika mendengar tawa adiknya.

“Seharusnya kau yang segera menikah dan memberikan aku Adik ipar. Bukannya terus berkutat dengan pekerjaanmu dan selalu jatuh cinta dengan karyamu sendiri!” lanjutnya membalas ejekan Olvee.

“Melukis bukan sekedar hobi atau pekerjaanku, Kakak.” Olvee berkata tak mau kalah dan dengan nada kesal membantah.

“Melukis adalah bagian dari jiwaku, hidupku, dan cintaku. Ia adalah pasangan jiwa, hidup, dan cintaku juga. Tidak ada yang lebih cocok menjadi pasanganku selain melukis,” ucap Olvee melanjutkan dengan nada yang dramatis.

“Olvee Ranasya Marveen, sadarlah! Kau tidak akan bisa menikahi pekerjaanmu." Alih-alih ikut terbawa suasana, Celine menertawakan adiknya.

Olvee mendengus sebal, mendengar suara tawa penuh ejekan kakaknya. Tidak ada yang bisa memahami dirinya yang mencintai seni lebih dari siapapun. Termasuk saudara-saudaranya. Mungkin, sama halnya dengan Alvaro yang menyukai bisnis dan ekonomi sebagai pekerjaannya. Begitu pun Celine dengan bebauan obat dan pasiennya. Ia tidak bisa menyukai salah satu di antara keduanya atau memahaminya. Termasuk mereka berdua yang tidak menyukai atau memahami dirinya.

“Ngomong-ngomong soal pernikahan, kau akan segera mendapatkan Adik ipar. Apa Kakak sudah mengetahui perjodohan Alvaro dan Jihan?" Olvee mengalihkan pembicaraan mereka. Ia yakin Celine adalah orang yang terakhir kali mengetahui informasi penting dalam keluarga karena mereka tinggal di kota yang berbeda.

“Apa?!” Suara Celine di sebrang telfon naik satu oktaf.

“Kau masih belum mengetahuinya, Kak? Kau orang terakhir yang mengetahuinya,” ujar Olvee menimpali.

“Siapa gadis itu?” tanya Celine setelah mengendalikan dirinya kembali.

“Apa Kakak ingat gadis pertama yang menjadi teman Alvaro dan Evan?” Olvee bertanya balik.

Ia tidak yakin apakah Jihan adalah teman gadis pertama Alvaro, tapi ia bisa berada di sekitar adiknya yang dingin itu berkat Evan. Meski itu terlihat lebih pada Jihan adalah teman Evan daripada Alvaro. Namun, ia tetap seseorang yang dekat dengan Alvaro, kan?

“Siapa?” Celine pun bertanya dengan bingung karena setahuanya, adiknya yang menjengkelkan itu tidak memiliki teman gadis seorang pun.

“Jihan, ia dari keluarga Handreson. Gadis yang pernah dibawa Alvaro bersama Evan.” Olvee memperjelas.

“Gadis itu? Ada angin apa bocah menjengkelkan itu menerima perjodohan yang sejak dulu ditentangnya dengan keras?” tanya Celine terkejut karena tidak habis pikir.

“Aku juga tidak mengetahuinya, tetapi itu merupakan hal yang bagus. Aku sempat khawatir ia tidak akan menikah karena sifatnya itu. Namun, syukurlah dia akan menikah segera.” Nada bicara Olvee melirih ketika mengatakannya.

“Aku juga berpikir demikian sama sepertimu. Aku turut senang dan bersyukur jika dia mau menerima seorang gadis di hidupnya. Vee, apa kau tidak ingin lebih dulu menikah sebelum si bajingan kecil itu?” Celine kembali menggoda Olvee dengan melemparkan candaan seperti biasanya. Namun, kali ini tidak terdengar respon apapun dari Olvee dalam waktu yang cukup lama.

“Vee? Kau masih di sana, kan?” tanya Celine membuyarkan lamunan singkat Olvee.

“Te-tentu aku masih di sini, Kak.” Olvee segera menjawab.

“Apa semua baik-baik saja? Ada sesuatu yang kau pikirkan?" tanya Celine kembali. Kali ini tampaknya, kakaknya mulai merasa aneh dan khawatir pada Olvee.

“Tidak ada, Kak. Ngomong-ngomong, aku harus kembali mengerjakan beberapa karyaku yang belum selesai. Aku akan menutup telfonnya, Kak." Olvee mulai berpamitan pada Celine yang sudah tidak bisa mengatakan apapun pada adik kecilnya yang masih tetap ia khawatirkan.

“Baiklah… Jika ada kabar apapun, segera beritahu aku. Sampai jumpa, Vee." Celine lebih dulu mematikan sambungan telfon.

Olvee mengelap tangannya yang baru saja bersih lantas mengambil ponselnya dan membuka galeri di ponselnya. Layarnya menunjukkan sebuah foto dirinya dengan seseorang. Ia begitu mengkhawatirkan pria yang ada di foto tersebut. Tepatnya mengkhawatirkan keputusan yang diambil oleh adiknya. Ia berharap, Alvaro tidak main-main dengan perjodohan ini.

“Alvaro … ”

“Vee … ”

Olvee yang terkejut dan terkesiap, segera menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya. Ibunya berdiri tak jauh dari ranjang yang ia tempati. Olvee segera berdiri dari duduknya dan mematikan ponselnya.

“Ma-ma? Ada apa?” tanya Olvee.

“Apa ada sesuatu yang kau pikirkan, Sayang? Kau terlihat sedih dan murung tadi Mama perhatikan,” ucap Flora menatap khawatir putrinya.

“Tidak ada yang dicemaskan, Ma. Kak Celine baru saja menghubungi dan aku memberikan kabar mengenai perjodohan Alvaro dan Jihan.” Segera Olvee mengubah ekspresi wajahnya dan berusaha berbicara dengan normal kembali pada sang ibu.

“Benarkah? Mama sampai lupa untuk mengabari Celine.” Flora menepuk dahinya sendiri.

“Aku sudah mengabarinya dan aku akan mengabari perkembangannya,” jawab Olvee.

“Bagus, Vee. Sebentar lagi pertunangan Alvaro dan Jihan akan segera digelar. Kau nanti kabari Celine.” Olvee sedikit terkejut dengan kabar yang baru ia dengar. Baru beberapa minggu yang lalu sejak pertemuan keluarga diadakan. Namun, kedua orang tuanya sudah mempersiapkan segala hal.

“Vee?” Flora kembali memanggilnya yang lagi-lagi menyadarkan Olvee dari lamunannya.

“Iya, Ma? Jadi, kapan Alvaro dan Jihan akan bertunangan?” tanya Olvee mengubah pembicaraan.

“Secepatnya. Namun, jika pernikahan, kami sepakat untuk menyerahkannya pada mereka berdua.” Flora menjawab dengan semangat yang dibalas senyuman oleh Olvee.

“Mama akan melanjutkan pekerjaan yang lain. Ingat untuk beristirahat dari pekerjaanmu, Vee.” Olvee membalas dengan gestur hormat untuk menjawab sang ibu.

Entah ibunya mendengarkan dan memperhatikan dirinya sejak kapan. Semoga itu baru saja. Olvee khawatir, ibunya akan mengetahui dirinya atau Alvaro yang sebenarnya. Tunggu, kenapa ia harus mengkhawatirkan dirinya?

To be continued

Episodes
1 Bab 0 : Prolog
2 Bab 1 : Rencana Alvaro
3 Bab 2 : Menerima Perjodohan
4 Bab 3 : Bukan Saudara Kandung?
5 Bab 4 : Perasaan Asing
6 Bab 5 : Firasat Seorang Ibu
7 Bab 6 : Kesialan Olvee
8 Bab 7 : Benih Sudah Ditanam
9 Bab 8 : Kekhawatiran Keluarga
10 Bab 9 : Sebuah Pengorbanan
11 Bab 10 : Menyangkal Perasaan
12 Bab 11 : Pembenaran
13 Bab 12 : Langkah Awal Alvaro
14 Bab 13 : Saling Memanfaatkan
15 Bab 14 : Saling Mengakui
16 Bab 15 : Sama-sama Gila
17 Bab 16 : Bersikap Normal
18 Bab 17 : Kencan Pertama yang Buruk?
19 Bab 18 : Kecurigaan Jihan
20 Bab 19 : Awal Mula Sebuah Kebencian
21 Bab 20 : Rencana Masa Depan
22 Bab 21 : Alvaro Semakin Berbahaya
23 Bab 22 : Undangan
24 Bab 23 : Acara Reuni
25 Bab 24 : Pesta Besar
26 Bab 25 : Rasa Menyesal
27 Bab 26 : Kekhawatiran Alvaro
28 Bab 27 : Kebenaran Akhirnya Terungkap
29 Bab 28 : Penjelasan dan Keputusan
30 Bab 29 : Putus Hubungan?
31 Bab 30 : Mengakhiri Sebuah Hubungan
32 Bab 31 : Jebakan Seorang Sahabat
33 Bab 32 : Sisi Lain Alvaro
34 Bab 33 : Pertengkaran
35 Bab 34 : Niat Zahir
36 Bab 35 : Fakta mengejutkan
37 Bab 36 : Kunjungan Olvee
38 Chapter 37 : Kecemburuan Alvaro
39 Bab 38 : Pendukung Kuat
40 Bab 39 : Goyah
41 Bab 40 : Keras Kepala
42 Bab 41 : Meyakinkan Keluarga Olvee
43 Bab 42 : Kebenaran Bagi Celine
44 Bab 43 : Kedatangan Dylan
45 Bab 44 : Ikatan Batin
46 Bab 45 : Kemarahan Dylan
47 Bab 46 : Pertemuan Penuh Haru
48 Bab 47 : Kebenaran Pahit
49 Untuk Pembacaku
50 Bab 48 : Kesalahpahaman Panjang
51 Bab 49 : Undangan Pernikahan
52 Bab 50 : The Ending
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Bab 0 : Prolog
2
Bab 1 : Rencana Alvaro
3
Bab 2 : Menerima Perjodohan
4
Bab 3 : Bukan Saudara Kandung?
5
Bab 4 : Perasaan Asing
6
Bab 5 : Firasat Seorang Ibu
7
Bab 6 : Kesialan Olvee
8
Bab 7 : Benih Sudah Ditanam
9
Bab 8 : Kekhawatiran Keluarga
10
Bab 9 : Sebuah Pengorbanan
11
Bab 10 : Menyangkal Perasaan
12
Bab 11 : Pembenaran
13
Bab 12 : Langkah Awal Alvaro
14
Bab 13 : Saling Memanfaatkan
15
Bab 14 : Saling Mengakui
16
Bab 15 : Sama-sama Gila
17
Bab 16 : Bersikap Normal
18
Bab 17 : Kencan Pertama yang Buruk?
19
Bab 18 : Kecurigaan Jihan
20
Bab 19 : Awal Mula Sebuah Kebencian
21
Bab 20 : Rencana Masa Depan
22
Bab 21 : Alvaro Semakin Berbahaya
23
Bab 22 : Undangan
24
Bab 23 : Acara Reuni
25
Bab 24 : Pesta Besar
26
Bab 25 : Rasa Menyesal
27
Bab 26 : Kekhawatiran Alvaro
28
Bab 27 : Kebenaran Akhirnya Terungkap
29
Bab 28 : Penjelasan dan Keputusan
30
Bab 29 : Putus Hubungan?
31
Bab 30 : Mengakhiri Sebuah Hubungan
32
Bab 31 : Jebakan Seorang Sahabat
33
Bab 32 : Sisi Lain Alvaro
34
Bab 33 : Pertengkaran
35
Bab 34 : Niat Zahir
36
Bab 35 : Fakta mengejutkan
37
Bab 36 : Kunjungan Olvee
38
Chapter 37 : Kecemburuan Alvaro
39
Bab 38 : Pendukung Kuat
40
Bab 39 : Goyah
41
Bab 40 : Keras Kepala
42
Bab 41 : Meyakinkan Keluarga Olvee
43
Bab 42 : Kebenaran Bagi Celine
44
Bab 43 : Kedatangan Dylan
45
Bab 44 : Ikatan Batin
46
Bab 45 : Kemarahan Dylan
47
Bab 46 : Pertemuan Penuh Haru
48
Bab 47 : Kebenaran Pahit
49
Untuk Pembacaku
50
Bab 48 : Kesalahpahaman Panjang
51
Bab 49 : Undangan Pernikahan
52
Bab 50 : The Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!