“Ma, Pa, apa seseorang akan datang berkunjung malam ini?” tanya Olvee ketika ia baru saja pulang setelah keluar bersama Zara menghabiskan waktunya.
Melihat asisten rumah tangga dan ibunya telah sibuk sejak sore hari seolah mempersiapkan tamu yang akan datang. Bahkan ayahnya sudah pulang lebih cepat dari biasanya.
“Vee, sebaiknya kau mandi dan bersiap-siap.” Alih-alih menjawab, sang ibu justru memberikan perintah padanya.
“Bersiap? Tetapi untuk apa?” Perkataan Flora, ibunya, tentu mengundang lebih banyak pertanyaan di kepala Olvee.
“Jihan dan keluarganya akan datang berkunjung.” Meski tidak menjelaskan sepenuhnya, Olvee langsung mengetahui arah pembicaraan ini. Ingatannya langsung tertuju pada apa yang dikatakan oleh Alvaro kemarin padanya.
“Vee … ” panggil sang ayah, tapi tidak ada gubrisan dari gadis itu.
“Olvee!” Suara ibunya yang setengah berteriak padanya membuat Olvee tersentak.
“I-iya, Ma?” tanya Olvee setelah tersadar dari lamunan singkatnya.
“Papa memanggilmu sejak tadi,” jawab Flora sambil menunjuk suaminya yang tak berada jauh dari putrinya dengan matanya.
“Ada apa, Pa? Maaf, Vee tadi sedikit melamun.” Olvee mengalihkan atensinya pada sang ayah, Zahir.
“Apa ada sesuatu yang kau pikirkan, Nak?” Zahir bertanya balik pada Olvee.
Olvee mengubah sedikit raut wajahnya sebelum menjawab, “Tidak ada, Pa. Vee hanya sedikit lelah setelah pergi bersama Zara.”
“Apa Jihan dan keluarganya datang untuk melakukan perjodohan dengan Alvaro?” Kali ini Olvee kembali bertanya pada ibunya.
“Darimana kau mengetahuinya? Ya, ini pembicaraan yang topik utamanya perjodohan Alvaro dan Jihan. Namun, tetap semuanya bergantung pada mereka berdua.” Flora menjelaskan. Olvee sudah mengetahui dengan jelas apa yang akan dikatakan oleh Alvaro nantinya karena ia sudah mendengar jawabannya langsung dari sang adik.
“Alvaro sudah mengatakannya padaku kalau ia akan menerima perjodohan ini. Kalau gitu, Vee ke kamar untuk siap-siap, Ma, Pa.” Olvee akhirnya berpamitan seraya melangkahkan kakinya setelah menyelesaikan pembicaraan mereka.
Tanpa Olvee sadari, seseorang yang sejak tadi sudah pulang, memperhatikan interaksi antara Olvee dan kedua orang tuanya. Orang itu bisa ditebak adalah Alvaro yang baru saja kembali dari Kantor lebih cepat dari biasanya. Tentu untuk menyempurnakan rencananya kali ini. Namun, sampai saat ini, kakaknya sama sekali tidak memberikan respon yang ia harapkan.
Jika ini berhasil, ia akan membatalkan hubungan dengan Jihan. Jika pun ini tidak berhasil bahkan sampai akhir, ia tetap akan membatalkan hubungan dengan Jihan. Dari awal semua ini hanya untuk memancing Olvee. Alvaro mempertaruhkan segalanya dalam rencana ini. Meski rencananya nanti akan membuat keluarganya malu atau tidak memiliki hubungan baik dengan keluarga Jihan, Alvaro tidak peduli jika tidak ada respon apapun dari Olvee.
“Alvaro, kenapa kau berdiri di depan pintu? Masuklah jika kau sudah pulang dan bersiap-siaplah,” perintah Zahir yang menyadari kehadiran putranya.
“Nak, Vee mengatakan jika kau akan menerima perjodohan ini. Apa yang dikatakan oleh kakakmu adalah benar?” Flora menghampiri mereka dan bertanya dengan raut wajah penuh harapan.
“Ya, kurasa. Jihan adalah gadis yang baik," jawab Alvaro dengan mata yang melirik ke arah anak tangga dimana Olvee masih berada.
“Tentu Jihan adalah gadis yang baik dan sudah kami kenal sejak perjamuan perusahaan. Ia akan menjadi gadis yang cocok menjadi istrimu," timpal Flora senang.
“Baiklah, kalau begitu aku akan pergi dan bersiap-siap menyambut Jihan.” Alvaro pergi setelah tak melihat lagi Olvee yang terakhir ia lihat hendak menaiki tangga.
~
“Tuan dan Nyonya Marveen, senang Anda mengundang kami untuk makan malam di rumah Anda. Kami berterima kasih." Ayah dari Jihan, Tuan Handreson, berkata dengan senyum ramahnya. Memulai pembicaraan di tengah-tengah makan malam mereka.
“Kami juga senang Anda mau menerima undangan kami,” jawab Zahir.
Masing-masing orang tua mulai berbicara basa-basi. Jihan sejak tadi terus menerus melirik ke arah Alvaro yang tenang memakan makanannya. Siapapun bisa mengetahui dengan jelas jika putri keluarga Handreson menyukai Alvaro. Tentu saja tidak akan ada yang bisa menolak pesona dari putra semata wayang keluarga Marveen itu. Olvee mengetahui itu dan menyadari sikap Jihan sejak awal. Ia melirik ke arah adiknya yang berada di sampingnya, yang masih terlihat biasa. Olvee yakin jika Alvaro bukan tidak menyadari Jihan sejak tadi.
“Ma, Pa, seperti yang Alvaro katakan tadi siang, Alvaro menerima perjodohan dengan Jihan.” Alvaro yang angkat suara membuat seluruh atensi tertarik padanya. Ia berbicara langsung pada inti pembicaraan acara makan malam ini.
“Sepertinya Nak Alvaro sudah mengetahui topik utama makan malam ini. Langsung berbicara pada intinya,” ucap Nyonya Handreson.
“Tentu, aku sendiri yang mengatakannya pada Jihan sebelumnya bahwa aku akan menerima perjodohan ini.” Alvaro menjawab dengan senyumannya.
“Baiklah, Nak. Kalau kau menerima perjodohanmu dengan Jihan, lalu bagaimana dengan Jihan sendiri?” tanya Zahir beralih pada gadis yang sejak tadi sudah menunduk malu.
“A-aku juga sudah setuju dengan Alvaro," jawab Jihan.
Alvaro tersenyum puas dengan apa yang dikatakan oleh Jihan. Ia melirik ke arah kakaknya yang hanya diam sejak tadi. Kemudian, bibirnya perlahan membentuk sebuah seringaian.
“Meski perjodohan, aku harap kita bisa selamanya bersama dan belajar saling mencintai.” Terdengar sangat jahat. Namun, ini semua ia lakukan demi melihat bagaimana respon Olvee dengan perkataannya yang terdengar benar-benar serius pada Jihan.
Alvaro semakin menyeringai dan menambahkan aksinya dengan memegang tangan Jihan, melihat kakaknya terus melirik ke arahnya. Mungkinkah rencananya akan berhasil pada tahap awal ini?
“Aku juga menginginkan hal yang sama dengan yang kau pikirkan, Alvaro.” Jihan kali ini menatap Alvaro dengan pipi memerah padam.
Olvee berdehem dan meminum air dari gelasnya. Itu membuat suasana romantis yang mendadak tercipta di meja makan menjadi lenyap seketika. Cukup puas dengan melihat respon Olvee yang terlihat jelas cemburu. Namun, ia masih tidak yakin dengan Olvee yang mau jujur pada perasaannya.
“Aku senang adikku akan menikahi gadis baik sepertimu, Jihan," ucap Olvee angkat suara sambil menatap Jihan dengan senyuman hangatnya.
“Aku yang beruntung mendapatkan adikmu, Kak Olvee.” Malangnya nasib Jihan yang hanya dijadikan bahan rencana Alvaro saja.
“Sepertinya pernikahan kalian akan segera digelar dalam waktu dekat,” ucap Olvee kembali masih dengan senyumannya.
“Tentu saja, segera setelah aku mengenal lebih dalam Jihan, kita akan menggelar pernikahan yang mewah.” Jawaban Alvaro membuat senyum di bibir Olvee menghilang. Namun, senyum di bibir Alvaro terus berkembang sambil menatap pada Jihan.
“Aku menunggunya,” timpal Olvee.
“Seharusnya yang menikah dalam urutan adalah kau terlebih dahulu sebelum Alvaro, Vee. Haruskah aku menjodohkanmu seperti Alvaro?” tanya Zahir mulai menggoda Olvee. Salah satu kakak Alvaro, sekaligus putri kedua Zahir justru terlihat enggan dan seperti tidak ada niatan untuk menikah, seperti halnya sang kakak pertama.
“Akan aku pikirkan,” jawab Olvee sambil tersenyum. Jawaban Olvee kali ini diluar ekspektasi Zahir.
“Segera jodohkan Kakak, Pa. Agar kita berdua menggelar pernikahan di hari yang sama.” Lagi-lagi perkataan Alvaro membuat Olvee kesal.
“Ya, sepertinya begitu.” Zahir tertawa yang mengundang tawa orang-orang yang lain.
“Vee sudah kenyang, kalian lanjutkan saja obrolannya. Aku permisi dulu untuk ke kamar lebih dulu.” Olvee berpamitan setelah menghabiskan makanannya pada orang-orang yang masih sibuk mengobrol itu.
“Selamat beristirahat, Vee.” Nyonya Handreson berkata.
Alvaro melepaskan tangan Jihan dan mulai menghabiskan makanannya. Sikap Alvaro menjadi lebih dingin setelah kepergian Olvee. Ia menjadi lebih banyak diam sampai makanannya habis.
“Alvaro juga akan ke atas duluan,” ucap Alvaro singkat seraya berdiri dari duduknya.
“Alvaro, bukankah kau akan mengenal Jihan lebih dalam? Ajak Jihan mengobrol lebih lama,” tanya Flora berusaha mencegah Alvaro yang hendak meninggalkan meja makan.
“Itu bisa dilakukan lain waktu, Alvaro sudah mengantuk dan lelah karena bekerja. Jadi, Om, Tante, mohon maaf sebesarnya.” Alvaro menatap kedua orang tua Jihan sebelum akhirnya pergi meninggalkan meja makan dengan tidak sopannya.
“Alvaro!”
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments