5. Pulang

Beberapa hari telah di lalui oleh Syura dan Adnan tanpa hadirnya lintang. Mereka hidup bersama bak sepasang kekasih yang saling melengkapi satu dengan yang lain.

Kini, tibalah hari pernikahan Syura dengan Adnan yang di adakan tampak hadirnya orang tua Syura ataupun Adnan.

Di dalam hutan yang rindang, tampak hias bergelantungan di segala sisi, lampu dan bunga tertata rapi dan sangat cantik. Tampak Adnan duduk di atas pelaminan untuk menunggu kedatangan Syura sang mempelai wanita. Dia sangat tampan dan gagah dengan pakaian yang di pakainya.

Raut mukanya tampak berseri seri dan kebahagiaan terpancar jelas di wajahnya.

Disisi lain, Syura berdiri di belakang semak belukar dengan gaun pengantin. Dia bertemu dengan laki laki tua sekitar usia 60 tahun dan membawa tongkat berbentuk ular. Dia adalah Dewa ular yang menemui Syura untuk memberi peringatan kepada Syura kalau dirinya adalah siluman ular yang tidak pantas untuk jatuh cinta dengan manusia.

"Syura, kamu harus ingat. Semua ini adalah kutukan. Pernikahan kamu dengan laki laki itu tidak akan pernah di terima di dunia manusia ataupun di dunia ular. Aku menyetujui rencana kamu kali ini hanya agar kamu bisa membalas dendam dan merebut kembali permata bulan dari tangan pawang itu!" ucap Dewa ular dengan tegas kepada Syura.

"Baik Dewa, terimakasih sudah percaya dengan Syura," jawab Syura dengan baik.

Dewa ular pun pergi dari tempat itu dan dia menunjuk ke pelaminan dengan berjalan perlahan dan anggunnya.

Saat Syura sudah keluar dari persembunyiannya dan menuju ke pelaminan, Adnan sangat terpanah dengan kecantikan yang di miliki oleh Syura.

Dia yang melihat kedatangan Syura, bergegas bangun dari duduknya dan menghampiri Syura. Dia menyambut Syira dengan sangat baik.

Waktu berlalu begitu cepat, akhirnya pernikahan antara Syura dan Adnan pun terjadi. Saat itu semua berjalan normal tanpa ada halangan satu pun.

Malam hari pun tiba, di rumah Abdi Namira tengah duduk di sofa bersama dengan keluarganya. Dia mempertanyakan hubungannya dengan Adnan kepada Abdi.

"Om, Gimana sekarang? Apa Adnan masih belum pulang?" tanya Namira dengan lantang kepada Abdi.

"Maaf Mira, Adnan masih belum pulang hingga saat ini. Mungkin dia segera pulang ," jawab Abdi berusaha untuk menenangkan Namira.

"Dengar Pak Abdi, saya sangat bahagia ketika saya mengetahui kalau Adnan akan menikahi anak saya, tapi kalau pada akhirnya Pak Abdi mempermainkan saya seperti ini lebih baik kita batalkan saja semua rencana kerja sama kita," sahut Ayah Namira dengan marah kepada Abdi.

"Pak Andi, tolong Pak jangan lakukan ini. Saya yakin, Adnan pasti akan segera pulang. Dia pasti akan menikahi Namira, saya janji itu!."

Ting tong...

Tiba tiba suara bel rumah berbunyi, menyadari hal itu, istri dari Abdi membuka pintu rumahnya. Ketika pintu sudah terbuka, dia tampak sangat terkejut dengan tamu yang datang ke rumahnya.

Melihat sikap istrinya yang tiba tiba berubah, Abdi dan keluarga Namira bangun dari duduknya dan menghampiri ibu Adnan. Mereka berdiri di dekat pintu dan tampak terkejut karena melihat Adnan berdiri di depan pintu.

"Lihat Pak Andi, Adnan sudah kembali pasti dia akan menikahi Namira!" ucap Abdi dengan raut muka yang sangat bahagia. Dia berpikir kalau Adnan kembali untuk menuruti apa yang di inginkan olehnya.

Setelah mengatakan hal itu, Syura yang berdiri di balik Adnan dengan memakai gaun pengantin. Dia keluar dari persembunyiannya dan menatap tajam Abdi.

Melihat hal itu, Abdi sangat terkejut. Dia tidak percaya kalau anaknya sudah menikah dengan wanita yang bukan pilihannya. Tidak hanya Abdi, ibu dan keluarga Namira yang melihat kalau Syura dan Adnan sudah menikah tanpa restu dari orang tua, mereka tampak sangat terkejut dan tidak percaya dengan yang di lihatnya .

"Maaf Pah, aku datang kemari tidak untuk menuruti apa yang Papa inginkan. Aku datang kemari ingin memperkenalkan kepada Papa, menantu baru Papa," jawab Adnan dengan nada tegas.

"Aku tidak peduli, mau Papa terima Syira atau tidak. Tapi Papa harus ingat, kalau Syira tidak Papa terima untuk menjadi menantu di rumah ini, maka aku meminta warisan kepada Papa. Aku minta hakku sebagai anak kepada Papa," ujar Adnan melanjutkan ucapannya yang sebelumnya.

Mendengar ucapan itu keluar dari mulut Adnan, Abdi benar benar tidak percaya. Dia hanya dapat diam dan membiarkan Syura dan Adnan masuk ke dalam rumah.

"Namira, kita pergi sekarang!" bentak Ayah Namira yang melihat dirinya di permalukan oleh Abdi dengan memberikan janji palsu.

Akhirnya mau tidak mau Namira pun pergi dengan hati yang patah. Setalah kepergian Namira dan keluarganya, perdebatan antara ayah dan anak terjadi semakin sengit.

Abdi bersikukuh mengatakan kalau Syura adalah siluman ular, dan berbahaya. Namun di sisi lain, Adnan justru membela Syura kalau dirinya bukanlah siluman ular yang mengerikan. Adnan justru mengatakan kalau ayahnya lah yang menurutnya sangat mengerikan karena dia dapat berubah menjadi siluman elang.

"Papa, jangan pernah menghina istri ku lagi. Kalaupun Syira adalah siluman ular, aku akan tetap mencintai dirinya aku tidak akan membiarkan dia di sakiti oleh siapapun, terutama Papa!." Tegas Adnan..

Saat itu Syura terus berusaha untuk menenangkan Adnan, dia memegangi bahu Adnan dengan penuh kasih sambil mengelus bahu Adnan. Menyadari hal itu, Adnan yang saat itu sangat marah besar dengan ayahnya perlahan mulai tenang.

Melihat kalau Syura dapat menenangkan Adnan ketik marah, Ibu Adnan tersenyum kepada Syura, namun tidak satu orang pun yang menyadari senyuman itu. Dia benar benar tidak percaya karena Syura dapat membuat Adnan luluh.

"Syira, kamu ajak Adnan masuk ke dalam kamar," perintah Ibu Adnan setalah itu Syira memegangi Adnan dan membawa Adnan masuk ke dalam kamar.

"Papa, tenang Pah.  Kenapa Papa sangat marah dengan Adnan yang menikah dengan Syira? Apa salahnya pernikahan itu?" tanya Ibu Adnan setelah Syura mengajak Adnan masuk ke dalam kamar.

"Mama, kenapa tidak mengerti wanita itu bukan manusia, dia itu seorang siluman?" jawab Abdi dengan tegas.

"Apa ucapan Papa terbukti? Apakah ketika Papa meniup seruling dan mengelilingi Syira, Syira berubah menjadi ular?" jawab ibu Adnan dengan sangat marah kepada Abdi. "Papa, ada apa dengan Papa? Kenapa Papa bisa bersikap seperti ini dengan Adnan? Papa kenapa menekan Adnan? Mama mohon Pah, jangan tekan Adnan lagi!."

Saat itu Abdi hanya diam, di hanya mendengarkan setiap ucapan yang di katakan oleh Ibu Adnan. Setelah mengatakan hal itu, Ibu Adnan pergi. Dia meninggalkan Abdi di ruang tamu.

"Apakah benar Syira bukanlah seorang siluman? Apa mungkin memang aku yang salah, aku yang terlalu takut dengan kembalinya siluman ular itu? Mungkin aku yang terlalu takut dengan kembalinya ular itu," ucap Abdi dengan ragu dengan jati diri Syira yang sebenarnya.

Di dalam kamar, Syura dan Adnan duduk di atas tempat tidur. Saat itu, Adnan masih terlihat sangat marah. Melihat hal itu, Syura mencoba menenangkan Adnan. Dia memegangi salah satu bahu Adnan.

"Mas, maaf ya. Maafkan aku, gara gara aku, hubungan Mas dan ayah Mas jadi merenggang," ucap Syura dengan nada lirih.

Adnan yang saat itu tengah marah besar, perlahan mulai tenang. Dia membalas pelukan Syura dengan pelukan yang penuh dengan kasih sayang setelah mendengar perkataan Syira. Ketika Syura di peluk oleh Adnan, dia menatap dengan tajam. Matanya berubah menjadi sepasang mata ular yang penuh dengan hasrat untuk balas dendam kepada keluarga Abdi.

Waktu berlalu begitu cepat, pagi hari tiba. Adnan terlihat tertidur pulas dengan posisi tengkurap dan tidak memakai kaus.

Beberapa saat kemudian, Syura keluar dari kamar mandi. Di saat yang bersamaan, suara ketukan pintu dan suara seorang wanita samar samar terdengar dari luar kamar. Dia memanggil manggil nama Syura. Syura yang menyadari hal itu, dia membuka pintu dengan keadaan handuk yang masih menempel di kepalanya.

"Iya Tante. M ... Maaf, maksud Syira Mama," jawab Syura dengan nada tidak enak karena dia salah memanggil ibu mertuanya.

Ibu Adnan yang mendengar ucapan itu, dia hanya tersenyum dan memaklumi kesalahan yang di lakukan oleh Syura, hal itu dia lakukannya karena Ibu Adnan sadar kalau Syura adalah menantu baru di rumah Abdi.

"Tidak papa Syira, oh ya habis kamu merapikan diri kamu. Mama minta kamu bangunkan Adnan, soalnya Mama ingin kita makan bersama!" ujar Ibu Adnan.

"Baik, " jawab Syura, setalah itu ibunya pergi dari depan kamar Syura.

Melihat hal itu, Syura kembali masuk ke dalam kamarnya. Dia berjalan perlahan mendekati Adnan yang tampak sangat kelelahan. Ketika dia sudah berada di dekat Adnan, dia merundukkan tubuhnya dan mencium pipi Adnan dengan perlahan.

Di kecupan pertama, Adnan masih tidak bangun dari tidurnya. Dia masih terlelap dalam mimpi indahnya.

Menyadari hal itu, dia mendekatkan dirinya ke telinga Adnan. Dia berbisik di telinga hingga Adnan langsung terbangun dari tidurnya.

"Aku cinta kamu Mas Adnan!" ucap Syura dengan lirih dan berbisik di telinga Adnan. Syura mengatakan hal itu dengan tulus dari dalam hatinya.

"Aku juga mencintaimu," jawab Adnan dengan nyawa yang masih setengah terkumpul.

Menyadari hal itu, Syura hanya tersenyum dan setalah itu dia menjauhkan dirinya dari Adnan. Dia memandang Adnan dengan penuh kasih sayang yang benar benar tulus di matanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!