Kedekatan Syura dan Adnan pun benar benar terjalin, mereka jatuh cinta antara satu dengan yang lain. Bahkan sampai membuat Syura lupa bahwa dirinya adalah siluman ular yang mana dirinya tidak pantas bersama dengan manusia.
Hari ulang tahun Adnan pun tiba, saat itu terjadi kemeriahan dan kemegahan di rumah Adnan. Terjadi sebuah pesta yang sangat megah, banyak tamu penting yang hadir di acara Adnan, salah satunya adalah Namira.
Namira adalah wanita yang di jodohkan oleh Abdi dengan Adnan, namun Adnan menolaknya karena dia tidak mencintai Namira dan hanya ingin menentukan cintanya sendiri.
Acara pun dimulai, namun Adnan tampak menunggu seseorang yang spesial. Dia menunggu kedatangan Syura, wanita yang akan di lamarnya di hadapan tamu dan keluarganya.
Tarian dan nyanyian pun di tampilkan, kini tinggal pemotongan kue yang harus di lakukan oleh Adnan, namun Adnan masih cemas. Dia ragu untuk memotong kue tanpa kehadiran Syura, tamu spesialnya.
Melihat kecemasan Adnan, seorang wanita paruh baya menghampiri Adnan dan memegangi salah satu bahunya. Dia adalah Ibu Adnan.
"Ada apa Adnan?" Tanya Ibu Adnan, ketika melihat anaknya yang tampak cemas.
"Aku menunggu kedatangan seseorang ibu, aku tidak akan memotong kue sebelum dia datang," jawab Adnan.
Mendengar ucapan itu, Namira menghampiri. Dia mengira kalau orang yang di maksud Adnan adalah dirinya.
"Aku ada di sini Adnan!" Sahut Namira, namun saat itu Adnan tidak menggubrisnya.
Melihat hal itu Namira marah dan kesal, kemarahannya seketika menghilang ketika secara tiba tiba lampu mati, hal itu membuat semua orang kebingungan. Menyadari hal itu Abdi meminta penjaga memeriksa saklar, namun saat penjaga baru berjalan beberapa langkah, salah satu lampu menyala dan menyorot ke arah panggung. Saat itu di atas panggung terlihat seorang wanita berpose dengan lentiknya dan siap untuk menampilkan sebuah pertunjukan tari.
"Aku Datang!!!" Suara Syura pun bergema ketika dia berbicara. Melihat hal itu, Abdi tampak kebingungan dan heran dengan penari yang tiba tiba hadir di acara Adnan dan keluarganya.
Berbeda dengan ayahnya, Adnan justru mendekati wanita itu dengan senyum di bibirnya. Dia mendekat bukan karena sebab, dia menghampiri penari itu karena dia mengetahui kalau penari itu adalah Syura.
"Aku.... Datang....." Ucap Syura lagi lalu dia menolah ke arah para tamu dengan tatapan mata yang tajam dan penuh dengan kemarahan.
Setelah penari itu berbalik, Abdi terkejut, dia tidak percaya kalau penari itu memiliki wajah yang sama persis dengan siluman ular yang sudah di habisinya.
Menyadari wajah Abdi terkejut, Syura tersenyum dan kemudian musik pun di putar. Dia mengambil satu langkah setelah itu dia menari mengikuti ketukan irama dari musik. Dia tampak meliuk-liukkan bak seekor ular.
Melihat tarian yang di tampilkan penari itu, Abdi tampak gugup. Tangannya gemetar bahkan sampai gelas yang di pegang nya terjatuh ke tanah tanpa di sadarinya. Tidak ingin terjadi sesuatu di acara anaknya, Abdi pun pergi dari acara itu. Dia pergi menuju ke kamarnya dengan keringat sebiji jagung mengucur deras membasahi tubuhnya. Dia tampak tidak percaya kalau siluman ular yang sudah di bunuhnya beberapa hari lalu kembali hidup dan berada di rumahnya.
"Tidak mungkin, tidak mungkin ular itu kembali hidup setelah apa yang aku lakukan dengan dirinya," ucap Abdi dengan kebingungan dan merasa tidak percaya. Dia berjalan ke sana kemari dengan sangat gelisah dan cemas dalam kamarnya.
Dia tampak membayangkan adegan demi adegan yang pernah di lakukannya kepada siluman itu.
"Dia tidak mungkin melakukan balas dendam, dia bukan siluman ular itu ... Bukan!" Ucap Abdi untuk menenangkan dirinya.
Setalah beberapa kali berjalan mundar mandir di dalam kamarnya. Dia mengambil ponsel di kantung celananya dan menghubungi seseorang di ponselnya. Dia memberi tahu orang yang ada di ponsel itu kalau siluman ular yang pernah di bunuhnya kembali hidup dan ingin melakukan balas dendam.
Ketika panggilan sudah berakhir, Abdi berusaha untuk bersikap tenang. Dia terlihat kembali turun dari kamarnya, dengan senyum di bibirnya dan seolah tidak merasakan sebuah kekhawatiran.
Tarian yang di lakukan oleh Syura pun sudah berakhir, tepukan tangan dan sorakan terdengar keluar dari para tamu. Mereka seolah mengapresiasi apa yang di lakukan oleh Syura.
Adnan yang melihat apresiasi itu, dia menghampiri Syura yang masih berdiri di atas panggung. Dia tersenyum kepada Syura dan juga mengapresiasi tarian yang di lakukan oleh Syura.
"Wah, sungguh indah tarian kamu. Aku tidak percaya kalau kamu bisa menari sebagus ini," puji Adnan di hadapan Syura.
Syura yang mendengar ucapan itu, dia tampak sangat bahagia. Dia tersenyum kepada Adnan atas pujian yang di lontarkan Adnan.
Tiba tiba Adnan mengulurkan tangannya untuk mengajak Syura bertemu dengan keluarganya. Dia berniat untuk memperkenalkan Syura kepada keluarganya.
Di saat itu, Ayah Adnan juga sudah tiba dan berdiri di samping istrinya. Melihat itu Syura tersenyum, dia berjalan menghampiri Abdi dengan tatapan mata yang terus melihat ke arah Abdi.
"Wah, tarian kamu sangat bagus, kamu sangat pandai menari," puji Ibu Adnan dengan baik kepada Syura. Syura yang mendengar ucapan itu, dia tersenyum dan mengucapkan terimakasih kepada Ibu Adnan.
"Oh iya, Mama, Papa. Perkenalkan ini Syira," ucap Adnan untuk memperkenalkan Syura kepada orang tuannya. Mendengar Adnan memanggil Abdi papa, Syura sangat terkejut karena dia jatuh cinta dengan anak pembunuh. Dia benar benar tidak percaya kalau Adnan adalah anak Abdi. Dia yang tidak percaya dengan hal itu, berusaha untuk menutupi ketidakpercayaannya dengan senyum kepada orang tua Adnan.
"Halo, Om, Tante. Nama saya Syira." Sahut Syura memperkenalkan diri. Setalah itu, dia mengulurkan tangannya ke arah Abdi dengan melanjutkan "dan seorang penari ular!."
Mendengar kata ular di sebutkan oleh Syura di hadapan Abdi, tubuh Abdi gemetar. Dia tampak ketakutan dengan hal itu, dia hanya melihat ke arah Syura dengan sesekali menelan ludahnya sendiri.
"Ada apa Om? Kenapa Om seperti ketakutan melihat saya? Apakah sebelumnya Om pernah melihat saya?" Tanya Syura.
Mendengar pertanyaan itu, dia tersenyum dan berusaha untuk tidak khawatir. Dia mencoba menenangkan dirinya.
Momen perkenalan antara Syura dan keluarga Adnan pun sudah berlalu, saat itu Syura menangis di sudut ruangan yang tampak gelap. Dia menjauhi tempat acara dan meluapkan kesedihannya.
Dia tidak percaya kalau dia membuat kesalahan dengan jatuh cinta dengan Adnan dan berharap bisa bersama dengan Adnan. Semenjak hari itu, Syura pun menekankan diri untuk melupakan Adnan aki laki yang di cintainya. Namun, cinta pertama adalah cinta yang sulit untuk di lupakan, setiap kali dia ingin melupakan cintanya dia akan merasakan sakit dan siksa di dalam hatinya.
Di kala kesedihan melanda hatinya, tiba tiba seseorang berjalan mendekati dirinya. Dia berjalan perlahan, mendekati Syura.
Ketika orang itu berada di dekat Syura , dia memegangi salah satu bahu Syura. Syura mengira kalau orang itu adalah orang jahat, yang ingin menyakiti dirinya.
Dia bersiap untuk menunjukkan wujudnya yang seekor siluman ular dan mengejutkan orang itu, namun ketika dia menyadari kalau orang yang memegangi bahunya adalah manusia. Syura pun membatalkan dirinya untuk menunjukkan wujudnya.
"Syura! Are you oke?" Panggil Namira dengan perlahan.
Menyadari kalau suara itu adalah tamu dari Adnan, Syura pun menenangkan dirinya. Dia tidak mengubah wujudnya.
"Iya, saya baik baik saja!" Jawab Syura lalu dia pergi dari kegelapan dan meninggalkan Namira.
"Aneh, tadi dia nangis nangis seperti orang berduka, tapi sekarang ... Sekarang dia serius dan tegas, dia memang penuh dengan misteri!."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments