Bersembunyi di rumah sahabat terbaik

Nurul diam seribu bahasa, air matanya mengalir deras. Nurul masih tidak mau berbicara meskipun sahabat terbaiknya bertanya berkali-kali.

"Ruuuulll ayo ngomong sama aku, kamu kenapa? lihat itu di kaca coba, matamu udah besar banget"

Fina coba menghibur Nurul dengan candaan.

"Boni" kata Nurul singkat, Fina terdiam memegangi dagunya dan mengangkat sebelah alisnya.

"Haah.... Boni kucingku, kamu nyariin Boni si kucing Oren lagi?" Fina menyatakan dengan wajah senang karena akhirnya Nurul mau berbicara.

Sudah dari tadi siang Nurul ke rumah Fina hanya diam dan menangis. Saat di tawari makanan dia menolak bahkan sore ini Nurul juga belum mandi.

Tok tok tok

Terdengar suara pintu kamar Fina ada yang mengetuk. Ternyata suara dari luar itu adalah ibu nya Fina, namanya Ibu Atun.

Beberapa kali Bu Atun mengetuk pintu dan bertanya

"Fiin.. ibu dengar dari luar ada suara tangisan dari dalam kamarmu, Fina nangis kenapa?"

Fina segera membukakan pintu dan menjawab

"Bukan aku yang nangis Bu, ini ada Nurul ke sini, tapi dia gak mau cerita dari tadi sama aku" suara Fina lirih.

Agak beberapa lama Fina dan ibu nya berbisik-bisik, kemudian Bu Atun meminta Fina mengizinkan nya ikut menemani Nurul, barangkali Bu Atun bisa memberikan solusi.

Tanpa pikir panjang Fina menganggukkan kepala menandakan bahwa ia setuju.

Belum berapa lama sejak Bu Atun masuk ke dalam kamar, tiba-tiba Nurul bertanya pada Bu Atun tanpa basa-basi

"Bu Atun, apa ibu tahu saya ini anak siapa sebenarnya?"

Suaranya begitu pelan, sedih dan menyiratkan kesedihan yang ia alami.

Raut wajah Bu Atun sedih, matanya berubah menjadi sayu. Ikut meratapi kesedihan Nurul. Ini berarti bahwa ia mengetahui kebenaran yang ada, tapi Bu Atun menggelengkan kepala dan memeluk Nurul.

"kamu yang sabar ya Nurul" ucapnya.

Sedangkan Nurul yang tadinya mulai tenang kini menangis lagi di pelukan Bu Atun. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka.

Fina yang kebingungan dengan kondisi itu hanya terdiam bingung. Apa yang di katakan Nurul, dan apa yang sedang terjadi ia tak tahu.

Bu Atun membantu usap air mata Nurul, kemudian menatap matanya dengan lembut.

"Saya tahu Rul... tapi saya tidak mau ceritakan ke Nurul. Lebih baik kalau Nurul dengar langsung dari orang tua Nurul saja sekarang"

Bu Atun meyakinkan Nurul untuk langsung bertanya saja ke orang tuanya, agar tidak terjadi salah paham dalam keluarga nya.

"Sekarang sudah gelap, biar saya sama Fina antar pulang ya" Lanjut Bu Atun.

Nurul mengangguk angguk dan menghapus sisa air matanya.

Rumah Fina dan Nurul tak begitu jauh, jadi dengan berjalan kaki saja sudah bisa sampai ke rumah Nurul dengan waktu yang cukup singkat.

Sesampainya di depan rumah, mereka mengucapkan salam, tapi dari dalam rumah Nurul tak ada yang menjawab.

Nurul segera membuka pintu dan mempersilahkan Bu Atun dan Fina masuk.

Karena Nurul tak melihat ibu, ia buru-buru mencari ayah dan betapa terkejutnya Nurul ketika melihat di dalam kamar ibu sedang terbaring dan tak sadarkan diri.

"Ibu kenapa yaah?" tanya Nurul seraya memeluk tubuh ibu.

"loh kapan kamu pulangnya ndok, ayah gak dengar suaramu ndok" tanya ayah.

"Ibu kenapa yaah...? sejak kapan ibu sakit..? badan ibu juga panas, apa gara gara Nurul yah...?"

Nurul tak menjawab pertanyaan ayah, justru ia berkali-kali bertanya tentang keadaan ibu pada ayah.

Ayah sebagai sosok yang bisa di andalkan menjawab dengan tenang pertanyaan Nurul

"Ibu kecapekan ndok, ibu dari tadi nyariin Nurul. Biarkan ibu istirahat sebentar ya, insyaallah bentar lagi ibu bangun"

Jawaban ayah membuat Nurul lega, kemudian Nurul menceritakan kemana ia pergi dari siang tadi dan siapa yang menemaninya pulang ke rumah.

"Ndok jaga ibu di sini ya, nanti kalau ibu bangun tolong panggil ayah. Ayah mau ke depan, mau ngomong sama Bu Atun sebentar"

Setelah beberapa menit Bu Atun dan Fina Akhirnya berpamitan pulang karena sudah malam dan waktunya istirahat, dan tak lama setelah itu ibu tersadar.

Ibu awalnya tak mengingat apa yang terjadi satu hari ini, saat melihat Nurul yang berada di dekatnya memandang dengan mata sembab, Ibu langsung memeluk Nurul.

"Maafkan ibu ndok" suara ibu membuat jantung Nurul bergetar, sedih dan menyesal.

"Bukan ibu, harusnya Nurul yang minta maaf sama ibu, gara gara Nurul ibu jadi sakit begini" Nurul memeluk ibu sangat erat.

Ibu menciumi kening Nurul berulangkali dan masih terus meminta maaf padanya.

Ibu beranjak dari tempat tidur, membuka lemari pakaian, mencari barang di sudut sudut lemari.

Setelah menemukannya, ternyata ibu mengambil buku yang memilik ukuran sedang, bersampul hijau bertuliskan Me and my story.

Buku itu terlihat memiliki design lama, dan ada debu di ujung ujung bukunya, tapi tersimpan dengan rapi.

Ibu menyerahkan buku hijau itu pada Nurul

"Ibu sudah berjanji untuk memberikan ini padamu ndok, dan sekarang ibu menepati janji ibu padanya"

Nurul bingung siapa yang di maksud ibu. Apakah buku ini ada sangkut paut dengan dirinya. Apakah dalam buku ini bisa memberi jawaban padanya tentang semua yang ia ingin tahu.

Saat membuka lembaran pertama, terdapat nama seorang wanita suku Nias, namanya Tuti Gea.

Di lembar selanjutnya terdapat biografi Tuti. Disana tertulis tempat dan tanggal lahir nya, warna kesukaan, makanan favorit dan masih banyak lagi.

Yang membuat Nurul terus mengulangi membaca biografi itu adalah pesan dan kesan yang tercantum di buku itu.

Kesan : aku sangat senang dan bersyukur kepada Allah, karena telah menghadirkan satu sahabat terbaik di dunia ini, dia adalah Uul tentunya. Semoga kami berjumpa nanti di akhirat sebagai sahabat dalam ketaatan aamiin.

Pesan : jadilah orang baik seperti sahabatku Uul.

"Tuti ini siapa Bu" tanya Nurul keheranan.

"Tuti adalah sahabat ibu, istri pertama ayah dan dialah ibu kandungmu"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!