Sinar Surya yang panas kini mulai meredup. Sang penyinar bumi itu telah beranjak dari atas kepala, condong ke arah barat. Desa Dusun 1, Sijunjung Sumatera Barat di kenal sebagai daerah yang dingin, kalaupun hari sedang panas, sinar matahari tidak sampai membuat udara di sekitar desa menjadi pengab.
Waktu menunjukkan pukul 15.45 WIB, seseorang telah mengumandangkan adzan tanda masuknya waktu shalat ashar.
Mbah Hasan namanya. Beliau yang mengumandangkan adzan ashar, suaranya teramat merdu sehingga siapapun yang mendengar pasti berhenti dari semua pekerjaan dan hanyut dengan lantunan adzan itu, beliau merupakan sesepuh yang ada di Dusun 1 yang begitu di hormati masyarakat.
Mbah Hasan bukan berasal dari Desa Dusun 1, beliau terlahir di Jawa timur, Mojokerto dan merupakan kelulusan dari Pondok Pesantren Tebuireng.
Awal mula Mbah Hasan datang ke desa Dusun karena beliau ingin tahu daerah yang mana kata orang makanan khas daerahnya merupakan paling enak, ya nasi Padang namanya. Di Daerah Jawa juga sudah banyak di temui rumah masakan Padang, tapi bukan hanya alasan itu saja, Mbah Hasan merantau juga dengan alasan yang sama dengan orang-orang pada umumnya.
Mbah Hasan di segani masyarakat Dusun 1 karena akhlak nya yang baik, beliau juga mengajak muda mudi Dusun 1 bahkan juga muda mudi dari Dusun 2 untuk bergabung mengkaji kitab ta'limul muta'allim.
Kitab yang menjelaskan tentang adab seseorang yang sedang belajar dan adab sehari-hari, beliau menggunakan metode musyawarah bersama agar muda mudi bisa bertanya dan menjawab dengan pendapatnya masing-masing, mana kala ada yang salah, mbah Hasan akan membenahi kesalahan itu.
Setelah mengumandangkan adzan ashar, biasanya akan dilantunkan juga puji-pujian dan shalawat sembari menunggu jama'ah datang ke masjid.
"Mana Udin? biasanya paling cepet datang?" tanya Mbah Hasan dengan jama'ah yang lain. "mboten ngertos Mbah" ( tidak tahu Mbah ) jawab salah satu jama'ah laki-laki.
Udin adalah nama ayahnya Nurul, namanya Qomaruddin, orang-orang kampung biasa memanggilnya Udin, sedangkan ibunya Nurul bernama Nurul Hasanah dan lebih sering di panggil Uul.
"Ya udah, ayo belajar iqomah le" kata Mbah Hasan sembari menata sajadah di tempat imam, le adalah panggilan untuk anak laki-laki. Mbah Hasan menjadi imam shalat ashar hari ini.
Setelah selesai shalat ashar berjamaah, Mbah Hasan tidak langsung pulang dari masjid, ia biasa berdzikir sebelum pulang. Terkadang Mbah Hasan juga membawa Al-Qur'an miliknya dari rumah untuk di baca di masjid. Padahal banyak sekali Al-Qur'an yang di waqofkan dari masyarakat sekitar untuk diletakkan di masjid tapi ia tidak biasa membaca Al-Qur'an selain miliknya sendiri.
...****************...
Nurul yang dari tadi siang masih main dengan teman-temannya tidak dengar suara adzan ashar berkumandang. Dia masih asik dengan cerita film horor yang di tonton semalam.
"Wiihhh iya looh, semalam aku nonton acara dunia lain, hiii nampak kan dipojok rumah itu ada bayangan terekam kamera" mata Nurul melotot, caranya berbicara mensugesti teman-teman yang mendengar.
Percakapan tentang film horor terus beradu dari satu mulut ke mulut yang lain, mereka saling menunjukkan pengalaman nonton mereka masing-masing. Sampai akhirnya salah satu temannya di panggil orang tua untuk segera melaksanakan shalat.
"Ndok.... ayo shalat! itu yang masih ngerumpi berhenti dulu ya, udah waktunya shalat ashar loo. Nanti mau masuk ngaji MDA kan jam setengah 5, jam segini kok masih belum pada mandi, masih kucel-kucel semua. Ayo semuanya pulang mandi, ceritanya di lanjut habis ngaji"
Pada hari libur MDA Al-Hijrah tidak libur seperti MDA di desa sebelah, liburan ini pengurus MDA mengadakan perlombaan Tahfiz jadi semua santri termasuk Nurul di haruskan hadir untuk hafalan.
Nurul dan teman-temannya langsung bubar dari tempat main. Semuanya bergegas pulang ke rumah masing-masing, mereka yang rumahnya berdekatan masih melanjutkan cerita yang belum selesai sambil jalan kaki.
Nurul baru ingat bahwa tadi sebelum pergi main, ibu sempat mau menitipkan sesuatu untuk diberikan kepada Bu Dewi yang rumahnya ada di ujung desa. Nurul berlari sekuat tenaga agar cepat sampai ke rumah.
"Waduh, bakalan kena marah nih sama ibu" Nurul bergumam sambil menepuk jidatnya.
Sesampainya di rumah, Nurul langsung bergegas mandi setelah itu shalat ashar. Ia menggunakan baju muslim syar'i dengan kerudung yang panjang menutupi dada. Nurul nampak sangat anggun dan cantik, ia sering mendapat pujian dari tetangganya, terkadang ia juga di sebut-sebut sebagai kembang desa karena memiliki kulit putih bersih, mata yang berwarna coklat terang dan postur tubuhnya yang ideal.
"Dari mana saja ndok? kok baru pulang, ingat tadi ibu pesen apa?" ibu mengintip dari kelambu pintu kamar Nurul. Dengan senyumnya Nurul menjawab dengan jujur "tadi ga denger suara adzan Bu, tapi Nurul inget kok ibu pesen apa. Ibu mau nitip barang buat Bu Dewi kan hehe" Nurul meringis menampakkan gigi gingsulnya.
"Ayah masih di masjid ya Bu?" tanya Nurul untuk membuat ibu lupa akan kesalahan Nurul yang pulang telat. "Ayahmu ketiduran jadi gak jama'ah shalat ashar tadi, itu masih di belakang buat kopi"
Ibu memasukkan satu piring bermotif sangat cantik dan buah apel dalam satu plastik lalu menitipkannya pada Nurul "ndok nanti ini kasihkan Bu Dewi ya"
Sambil tersenyum Nurul bertanya lagi "emang buat apa buah apelnya dikasih ke Bu Dewi Bu? buat kita aja loh ya" rayunya. "Itu kemarin Bu Dewi ngasih kita rendang pake piring, jadi kita balikkan piringnya, sama buat oleh-oleh Bu Dewi tadi ibu dari pasar sekalian ibu belikan apel, punya Nurul itu masih ada dalam kulkas" ibu memonyongkan bibirnya ke arah kulkas, ini sudah kebiasaan kebanyakan orang-orang di Indonesia menunjukkan barang menggunakan isyarat mulut.
"Ya udah cepet berangkat ndok, jangan lupa titipan ibu ya" kata ibu sambil berjalan ke depan.
Dari luar terdengar suara seseorang memanggil ayah, "Udin..! Udin...!". Ternyata yang memanggil adalah Mbah Hasan, ibu segera membuatkan teh hangat untuknya.
Mbah Hasan menganggap ayah seperti cucunya sendiri, setiap subuh Mbah Hasan akan memanggil ayah untuk di ajak jama'ah shalat subuh, ngaji bareng dan sering ayah menggantikan Mbah Hasan sebagai imam masjid jika beliau berhalangan hadir.
"Le, kenapa tadi gak jama'ah?" tanya Mbah Hasan. Ayah menundukkan kepala tanda menghormati, lalu menjawab dengan suara yang jelas namun tetap sopan "ketiduran Mbah", ayah menjawabnya sambil mencium tangan Mbah Hasan.
Sesepuh Desa Dusun itu tersenyum dan menganggukkan kepala lalu bertanya lagi "gimana kabar keluarga mu le?", ayah belum sempat menjawabnya tiba-tiba ibu datang dari dapur dengan membawa segelas teh hangat, gorengan dan buah apel yang sudah dipotong.
"Mari Mbah sambil di makan, kebetulan tadi habis dari pasar" ibu menyuguhkan teh kepada Mbah.
Mbah Hasan langsung menyeruput teh hangat yang ada di hadapannya "Alhamdulillah ya Allah, enak pool. Saya itu seneng banget bertamu ke rumahmu Din" kata Mbah Hasan lalu meletakkan gelas.
"Keluargamu itu terlihat bahagia terus Din, saya jadi ikut seneng" Mbah Hasan menepuk-nepuk pundak ayah. Ayah hanya diam dan menunduk begitu pula ibu, kemudian Mbah Hasan melanjutkan "kalian jangan sedih gitu to, meskipun Udin gak bisa punya anak tapi kalian masih bisa mendidik Nurul, didik dia dengan ilmu agama ya Din, Uul...!
Ayah tersenyum karena perkataan Mbah Hasan seolah-olah sudah tahu apa yang ada di hati ayah tanpa harus mengatakan. Tapi ibu justru cemas, ketika di tanya mengapa ibu tak mau menjawab, ibu hanya geleng-geleng kepala dan senyum risau.
Nurul mendengar apa yang di bicarakan Mbah Hasan, ayah dan ibu dengan kebingungan. Nurul tidak faham betul apa yang mereka bahas, ia sedih tapi tidak mengerti bagaimana mau bertanya pada ayah dan ibunya.
"Ndok udah cepetan berangkat sana ya, biar gak terlambat ke tempat ngaji, masih ingat Nurul kan pesan ibu tadi" ibu berusaha mengalihkan perhatian Nurul dari apa yang mereka bahas tadi.
Nurul segera mencium tangan Ibu, Ayah dan Mbah kemudian berpamitan "Nurul berangkat, assalamualaikum". "Wa'alaikumsalam" jawaban yang serentak.
Di MDA Nurul tidak bisa konsentrasi, dia terus kepikiran dengan apa yang ia dengar tadi sore, ia belum paham apa yang di katakan Mbah Hasan, sampai salah satu temannya mengingatkan tentang hafalan juz amma.
"Nurul, kamu udah lancar surah al-bayyinah kan..! tolong simak aku sebentar ya" pinta temannya. Nurul langsung menolak permintaan temannya itu, karena ia sendiri lupa dengan hafalannya.
"Rul, dari tadi kamu kok bengong terus kenapa sih" Fina yang merupakan teman dekatnya bertanya. Semua teman-teman Nurul memang sangat perhatian terhadap Nurul jadi mereka tahu ketika ia bersedih hati.
"Udah gak papa cerita aja ke kita, kita kan sahabat" ucap Fina sambil mengangkat kedua alisnya yang berantakan. Nurul ragu, ia ingin menyembunyikan semua masalahnya sendiri.
Akhirnya Nurul hanya diam sampai waktu pulang ngaji, ia tak mau bicara dengan siapapun ia juga menghindari kontak mata dengan sahabat dekatnya, Fina.
"Fina, kalian bertengkar ya?" tanya teman yang lain. "Looh kok aku yang bertengkar..! Nurul loh dari tadi gak mau ngomong, jangan dulu di ganggu deh kalo lagi ngambek si Nurul, biar besok aku aja yang nanya kenapa" pungkas Fina tegas.
Pulang dari MDA, Nurul langsung pergi ke rumah Bu Dewi. Biasanya ia tak pernah berani jalan sendirian pada malam hari, tapi hari ini pikirannya kacau dan membuatnya tidak menghiraukan rasa takut.
Sesampainya di rumah Bu Dewi, Nurul mengetuk pintu rumahnya dan memanggil namanya. Terdengar suara yang lumayan ramai dari dalam, ternyata ada sekumpulan ibu-ibu yang sedang arisan.
Salah satu dari mereka ada yang akan mengadakan acara syukuran anaknya yang mau di khitan, dengan mengundang anak yatim piatu untuk di ajak makan bersama.
"Ndok Nurul ngapain?" tanya Bu Dewi saat membuka pintu. "Ini Bu Dew, dari ibu katanya piring Bu Dewi, sama ada buah apel dibawakan ibu" Nurul menyerahkan Katong plastik.
Bu Asih tetangga sebelah rumah Bu Dewi berbisik-bisik dengan ibu-ibu yang lain lalu mengatakan sesuatu yang sangat mengejutkan dan Nurul tidak pernah ingin mendengar kalimat seperti ini "Nurul di undang juga besok ya buk, dia kan anak yatim piatu".
Kalimat itu membuat Nurul terdiam kaku, Nurul serasa seperti habis di sambar petir, ia menahan air matanya yang sudah menggenang di pelupuk matanya.
"Nurul jangan di dengar kata ibu Asih tadi ya, bercanda itu" Bu Dewi berusaha menutupi.
Nurul buru-buru meninggalkan rumah Bu Dewi, tapi masih terdengar suara ibu-ibu dalam rumah itu yang masih membicarakannya.
"Bu Asih kalo ngomong di jaga toh, kasian si Nurulnya" kata Bu Dewi berusaha membuat mereka tenang dan bisa menjaga perasaan Nurul.
"ya biarin toh, lah memang dia yatim piatu kok, si Udin itu kan mandul orangnya" kata Bu Asih dengan ketus.
Mendengar itu Nurul langsung berlari pulang, sambil mengusap-usap air matanya yang terus mengalir.
Hari ini menjadi hari terburuk bagi Nurul, ia berharap tidak pernah mendengar semua ucapan orang-orang agar hatinya bisa tenang seperti sebelumnya.
Tanpa mengucap salam Nurul masuk rumah, menutupi wajahnya, matanya yang merah dan berlinang air mata. "Ndok udah di kembalikan piringnya Bu Dewi?", ibu belum menyadari bahwa Nurul sedang menangis.
"Braaakkk" Nurul membanting pintu kamar. Ia menangis terisak-isak, mengambil buku diary dan menulis semua isi hatinya.
Mendengar suara Nurul yang sedang menangis membuat ibu gelisah, ibu sedih dan ikut menangis "ndok kamu kenapa?" tanya ibu pelan-pelan sambil mengetuk pintu kamarnya.
Nurul tak menjawab, ia membiarkan ibu terus mengetuk pintu kamarnya sampai ia tertidur. Dari luar kamar ibu masih terus bertanya tentang keadaan Nurul.
Setelah beberapa saat Nurul tidak terdengar suara tangisannya, ibu langsung menyadari apa yang ada di dalam pikiran Nurul.
"Ya Allah, apa yang aku takutkan selama ini sudah di dengar oleh Nurul. Apakah waktunya sudah tiba ya Allah? allahu robbi tolong hambamu ini" ibu mengangkat tangan dan meminta pertolongan dari Allah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Ra
Kota kelahiran mbah hasan, kota kelahiran ku juga..
bu asih jangan ketus" ya buk😌
2023-04-03
2
Rasa Lanu
Hai kak aku udh dukung kaka, dukung aku balik ya 😁🙏🏻
Tuti Malas Sekolah (Novelku)
2023-03-31
2
Ani
terima kasih sudah membaca☺️
2023-02-15
1