"Clarissa..!!" seru Seorang wanita paruh baya yang ternyata adalah Mamanya Clarissa.
"I-Iya, Ma." Clarissa yang sudah keluar dari mobil Dafri, langsung menjawabnya.
"Kamu ini memang susah dibilangin ya? Sudah berapa kali Mama melarang kamu berhubungan dengan Dafri, tapi kamu tetap saja jalan bareng dengan dia." omel Mama Clarissa dengan tatapan marah. Melihat Clarissa yang dimarahin, Dafri lalu turun juga dari mobil dan menghampiri Mama Clarissa.
"Maaf, tante... Jangan Marahin Clarissa, Clarissa gak salah. Karena.. Sayalah yang telah mengajak Clarissa untuk ketemuan." bela Dafri terhadap Calrissa. Tatapan Mama Clarissa kini tertuju ke Dafri, tatapan yang masih sama.
"Hei, Dafri..! Kamu itukan sudah menikah, sudah punya istri, kenapa masih menganggu Clarissa ha? Kamu urus saja istri kamu dan Mama kamu itu, jangan lagi pernah datang kesini untuk nemuin Clarissa." omel Siska dengan sangat garang.
"Maaf Tante, saya akui saya yang salah karena sudah lancang. Cuman.. Saya begini karena saya masih sangat menyayangi Clarissa, anak tante." ungkap Dafri dengan wajah sendunya itu.
"Sayang, sayang apaan kamu ini ha? Sebelum kamu berani bilang sayang - sayang lagi sama anak saya, mending kamu pulang sekarang dan urusin Mama kamu yang sangat kurang ajar itu." ucap Tante Siska yang malah membawa Mamanya dalam hal ini. Mendengar usiran dari Tante Siska tersebut, membuat Dafripun tidak ingin membalas lagi ucapannya lalu pasrah pergi dari sana.
"Daf.. Maaf ya," lirih Clarissa sebelum Dafri kembali masuk kedalam mobil. Tante Siska kemudian menarik tangan Clarissa untuk masuk kedalam rumah mereka.
...💟💟💟💟...
Dafri masuk kedalam kamarnya dan mendapati Chayra yang sedang sholat. Ia menunggu Chayra sampai selesai sholat dengan duduk dipinggir ranjangnya. Beberapa saat kemudian, Chayrapun selesai sholat dan sedikit kaget melihat Dafri yang sudah ada dibelakangnya.
"Dafri, sudah pulang?" tanya Chayra berbasa - basi.
"Iya, baru sampai. Oya, Chayra.. Ada yang ingin aku sampaikan ke kamu." ujar Dafri langsung dengan wajah yang serius.
"Apa itu?" tanya Chayra seraya membuka mukenanya lalu melipatnya.
"Ini tentang Clarissa, Maaf tadi aku gak langsung menjelaskan ke kamu siapa Clarissa sebenarnya. Clarissa itu... Wanita yang sangat spesial bagi aku, kami sudah lama menjalani hubungan namun karena sesuatu hal hubungan kami menjadi tidak direstui." jelas Dafri.
"Aku harap kamu bisa memahaminya dan tidak berpikiran jelek tentang Clarissa." lanjut Dafri lagi. Mendengar pengungkapan Dafri tersebut, membuat Chayra langsung tersenyum lebar. Dan Dafripun dibuat terheran - heran dengan ekspresi yang diberikan oleh Chayra.
"Dafri, Kamu ini lucu juga ternyata ya? Bukannya dimalam pernikahan kita kamu sudah bilang bahwa kita menjalani pernikahan sebagaimana mestinya hanya didepan orang tua kamu dan diluar itu, kita jalani hidup masing - masing." ujar Chayra yang kembali mengingatkan Dafri akan penuturannya saat itu.
"Jadi, aku rasa kamu gak perlu repot - repot menjelaskan tentang hubungan kamu dengan Clarissa. Dan tenang saja Dafri, aku sama sekali gak berpikiran buruk kok tentang Clarissa." sambung Chayra lagi dengan gaya santainya.
"Syukurlah kalau begitu, Chayra. Aku cuman melakukan apa yang Clarissa suruh saja, dia gak mau kamu salah paham dengan dia." kata Dafri dengan berdalih.
"Oke, Dafri. Kamu bilang saja kepada Clarissa, sedikitpun aku gak berpikiran jelek kok tentang dia." ujar Chayra dengan kembali tersenyum lebar.
"Oya, kamu sudah makan? Mau aku siapkan makanan?" tawar Chayra kepada Dafri. Karena bagaimana pun dia merasa bertanggung jawab untuk menanyai hal tersebut ke suaminya itu.
"Aku sudah makan diluar tadi dengan Clarissa," jawab Dafri tanpa memandang Chayra, laki - laki itu kini terlihat sibuk dengan ponselnya.
"Oh, ya sudah. Kalau begitu, aku turun kebawah dulu ya. Kebetulan aku belum makan." kata Chayra.
"Oke Chayra, Oya.. Nantik jika Mama ada dibawah dan bertanya mengapa aku gak ikut makan sama kamu, kamu bilang saja ke Mama kalau aku mau tidur sebentar karena malam tadi ada beberapa pasien yang aku tangani, jadi aku sedikit kelelahan." ujar Dafri. Chayra langsung mengiyakan seraya menganggukkan kepalanya. Sebelum Chayra benar - benar keluar dari kamar, ia kembali melihat Dafri yang saat itu sedang tersenyum sendiri sambil tangannya menari - nari diatas ponselnya. Chayra yakin dia pasti sedang chattingan dengan Clarissa, wanita yang sangat spesial baginya seperti yang ia katakan tadi.
Chayra perhatikan bagaimana ekspresi Dafri yang terlihat sangat bahagia, dan dari sorot matanya yang berbinar - binar itu sudah dapat dipastikan bahwa dia begitu mencintai gadis yang bernama Clarissa tersebut. Chayra lalu menghela nafas dengan kasar, ia merasa pernikahannya ini tidak berjalan seperti apa yang pernah ia harapkan. Yah.. Awal dia menerima perjodohan ini karena adanya sebuah kata penyemangat dari salah satu teman dekatnya yaitu Sarah.
"Chay, Cinta itu bisa tumbuh dengan seiring berjalannya waktu. Jadi kamu jangan khawatir tidak bisa mencintai suami kamu nantiknya meskipun kamu gak pernah kenal dengan dia sebelumnya. Dengan kalian hidup bersama, sering bertemu, terbiasa berdua, lama - kelamaan akan muncul sendiri rasa nyaman itu dan rasa nyaman itu pun akan berubah menjadi perasaan sayang bahkan cinta. Dan di sana lah letak nikmatnya, Chay. Nikmat pacaran setelah menikah, kalian berpacaran setelah halal. Bagaimana gak nikmat? Gak berdosa, malahan dapat pahala."
Kalimat dari Sarah itu kembali terniang - niang ditelinga Chayra. Tapi, apa yang disampaikan Sarah itu sama sekali tidak sejalan dengan pernikahannya kini. Mana mungkin ia bisa mendapatkan cinta dari suaminya yang sudah jelas - jelas mencintai wanita lain. Chayra hanya bisa tersenyum kecut dan menerima kenyataan bahwa pernikahannya ini tidak seindahnya yang dibayangkannya.
Setelah itu, Chayra turun kebawah. Di ruang makan, ia melihat ibu mertuanya sudah duduk manis disana.
"Mana Dafri, Chayra? Kenapa gak turun sama kamu?" Tanyanya.
"Dafri katanya mau istirahat dulu, Ma. Karena tadi malam ada beberapa pasien yang ditanganinya, jadi dia agak kelelahan." jawab Chayra dengan memberitahu seperti apa yang Dafri suruh tadi.
"Ohh.. Begitu ya, Ya sudah kita makan berdua saja kalau begitu. Yuk duduk disini, Chayra sayang." kata Mama Dafri dengan begitu lembut dan ramahnya terhadap Chayra. Menerima perlakuan seperti itu, membuat perasaan Chayra menjadi serba salah. Karena bagaimana tidak, Mama Dafri sudah berpikiran bahwa Chayra dan Dafri bahagia dengan pernikahan mereka ini dan bisa menerimanya dengan baik. Tapi, ternyata itu hanyalah sandiwara belaka. Baik Chayra maupun Dafri sama - sama tidak pernah menginginkan pernikahan ini sama sekali.
"Chayra, Mama sudah siapkan tiket untuk kamu dan Dafri pergi berbulan madu" ujar Mama Dafri dengan tersenyum lebar. Chayra yang baru akan menyuapkan makanan ke mulutnya, langsung terhenti dan menatap Mamanya bingung.
"Tapi, Dafri belum ada sama sekali bilang apa - apa ke Chayra tentang itu Ma." kata Chayra dengan mengelaknya karena memang Chayra yang tidak lagi mengharapkan untuk pergi berbulan madu dengan Dafri.
"Memang benar, karena Dafri juga belum Mama beritahu. Tapi, Mama yakin.. Dafri pasti akan nurut saja dengan apa yang Mama suruh." ujarnya lagi dengan tersenyum penuh kemenangan. Chayra hanya membalasnya dengan tersenyum tipis, melihat gelagat dan cara senyum Mamanya Dafri tersebut, terasa ada yang aneh bagi Chayra. Mama Dafri seperti menyimpan sebuah rahasia, tapi entah apa itu. Chayra hanya bisa bertanya - tanya didalam benaknya.
💟💟💟💟
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments