Chayra kini terlihat sibuk menyelami dunia maya dari benda pipih miliknya, dan tidak berapa lama kemudian ia merasakan ada sebuah tangan yang merangkulnya dari belakang. Mata Chayra langsung terbelalak kaget.
"Hai, Sayang.. Sudah bangun ya?" sapa sebuah suara yang ia kenal, Chayra lantas menoleh kebelakang untuk memastikan apakah benar suara itu milik Dafri, suami asingnya itu. Dan ternyata benar, Dafri lah yang telah merangkulnya dengan mesra.
Baru saja Chayra hendak melepaskan kedua tangan Dafri yang sudah melingkar dilehernya, namun diurungkannya niat tersebut ketika Dafri membisikkan sesuatu tepat ditelinganya Chayra.
"Ini cuman sandiwara saja, Mama dan Papa saya ada dibelakang. Saya ingin kita terlihat romantis dan seolah - olah bahagia dengan pernikahan ini." bisiknya. Chayra sempat tertegun sesaat, hingga akhirnya ia menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Pengantin baru sudah bangun ternyata, hai Chayra sayang... Apa kabar kamu pagi ini? Dan.. Bagaimana, malam tadi?" tanya Dina, Mamanya Dafri seraya memandang Chayra dan juga Dafri dengan lirikan nakalnya.
"Alhamdulillah, hari ini cukup baik Ma." sahut Chayra dengan tersenyum lebar.
"Mama ini apaan sih, kok malah nanya bagaimana tadi malam dengan mereka. Itu coba lihat, wajah Aal langsung berubah merah karena malu." ledek Argantara sembari menunjuk kearah Daftri yang terlihat cengar - cengir.
"Tidak apa, Pa. Wajar Mama bertanya seperti itu, karena Mama yang memang sudah gak sabar kayaknya ingin menimang cucu." celetuk Dafri, dan mereka semua pun tertawa berbarengan menanggapi ucapan Dafri tersebut, kecuali Chayra tentunya. Chayra masih bingung dalam bersikap, sedangkan Dafri menyuruhnya untuk bersandiwara. Chayra yang masih terheran - heran dengan sikap Dafri yang seakan sangat bahagia dengan pernikahan ini. Padahal, bukannya ia sendiri yang mengatakan akan menyakinkan orang tuanya bahwa pernikahan yang tidak didasarkan cinta tidak akan bertahan lama. Namun, malah dia sendiri yang menampakkan diri seolah sudah mencintai Chayra dengan sepenuh hatinya. Entahlah.. Ini semua masih misteri bagi Chayra dan ia jadi tidak sabar untuk menanyai ada apa sebenarnya kepada Dafri.
Dafri dan kedua orang tuanya masih melanjutkan obrolan mereka dengan hangat. Chayra yang duduk disamping Dafri tidak terlalu banyak mengeluarkan suara, ia hanya menanggapi pembicaraan mereka jika ditanya dan selebihnya palingan hanya tersenyum dan menganggukkan kepala saja jika ia setuju dengan apa yang mereka bicarakan.
"Jadi kalian akan berbulan madu kemana nih? Jangan bilang kamu belum merencanakan untuk pergi bulan madu ya Dafri." ujar Dina yang memandang Dafri dengan menyipitkan matanya.
"Pastilah Ma, kami akan berbulan madu. Cuman.. Belum sekarang karena Dafri belum mengajukan cuti," jawab Dafri lalu menyuapkan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya.
"Kan tinggal kamu ajukan saja, Dafri. Apa susah nya, lagi pula semenjak kamu kerja dirumah sakit itu kan belum pernah sama sekali ambil cuti." kata Dina.
"Iya, Ma. Dafri tahu, tapi kebetulan Dokter kandungan yang satu lagi cuti juga, jadi gak mungkin tidak ada dokter yang stay disana Ma. Mau gak Mau Dafri harus menunggu Dokter satunya lagi masuk, barulah Dafri ambil cuti." jelas Dafri.
"Kira - kira berapa lama lagi dia masuknya?" kini giliran Argantara yang bertanya.
"Ya sekitar 2 atau 3 harian lagi lah, Pa." jawab Dafri dengan mengira - ngira.
"Tidak terlalu lama lah jika menunggu 2 atau 3 hari lagi. Gak apa kan Chayra bulan madunya kalian ditunda dulu sampai 2 atau 3 hari mendatang?" ujar Argantara kepada Chayra yang sejak tadi hanya diam melamun.
"Ee.. Iya, Pa. Gak apa - apa, Chayra gak masalah kok." sahut Chayra dengan gelagapan.
"Chayra ini orangnya sabar menunggu kok, Pa. Iya kan sayang??" kata Dafri lalu memegang lembut tangannya Chayra. Dan mata Chayra langsung saja melihat kearah tangannya yang telah dipegang oleh Dafri, ia kembali terpana dengan perlakuan Dafri tersebut sampai akhirnya ia sadar saat kaki Dafri menyenggol kakinya sebagai sebuah kode bahwa ia harus mengikuti sandiwaranya Dafri.
"Iya, Sayang. Aku akan selalu sabar menunggu" ucap Chayra seraya tersenyum lebar. Kedua orang tua Dafri pun ikut tersenyum juga, sangat jelas tergambar rasa bahagia yang tiada tara diwajah mereka. Karena dengan begitu, mereka beranggapan tidak sia - sia telah menjodohkan Dafri dengan Chayra dan mereka juga bisa merasakan benih - benih cinta diantara mereka berdua sudah mulai muncul.
Obrolan berlanjut lagi, namun kali ini Chayra tidak begitu menyimaknya. Sampai akhirnya, Argantara pamit untuk kekantor sedangkan Dina pergi juga untuk menjumpai teman - teman satu arisannya. Lalu tinggallah Dafri dan Chayra berdua saja diruang makan tersebut.
"Aldafri..!!" Chayra memanggil Dafri yang masih menghabiskan sisa - sisa sarapannya.
"Panggil Aal atau Dafri saja!" perintahnya dengan nada ketus.
"Iya, Dafri.." ujar Chayra akhirnya dengan menghela nafas kesal.
"Hhhmm... Iya, Kenapa?" tanya Dafri seraya mengambil minuman lalu meminumnya hingga habis.
"Tadi itu, maksudnya apa? Kamu menyuruh aku bersandiwara didepan orang tua kamu bahwa seolah - olah kita menerima dengan baik perjodohan dan pernikahan ini?" tanya Chayra dengan mengerutkan keningnya.
"Benar sekali, Chayra. Bersandiwaralah dulu..!!" sahut Dafri masih dengan santainya.
"Iya, tapi.. Kenapa? Aku butuh alasan yang tepat untuk melakukan itu, karena aku sebenarnya gak biasa melakukan suatu kebohongan yang tidak sesuai dengan hati nurani aku." kata Chayra lagi.
"Aku melakukan ini demi Mama aku, Mama memiliki penyakit jantung dan pasti kamu tahu sendiri kan bagaimana orang dengan penyakit jantung? Mereka paling tidak bisa mendengar kabar yang tidak mengenakkan bagi mereka, karena hal itu bisa membuat mereka stres atau bahkan syok. Dan tentu saja akan sangat berpengaruh bagi kesehatannya, aku gak mau saja kesehatan Mama jadi down. Makanya, aku bersandiwara seakan bahagia dengan pernikahan ini. Karena Mamalah yang sangat antusias menjodohkan aku sama kamu" jelas Dafri panjang lebar.
"Tapi, sampai kapan kita bersandiwara seperti ini?" tanya Chayra lagi yang masih belum puas mendengar penjelasan dari Dafri tersebut.
"Sampai waktu yang tidak bisa ditentukan, Chayra. Aku pasti akan mencoba juga untuk berbicara baik - baik dengan Mama tapi ya butuh waktu yang tepat, setidaknya sampai kesehatan Mama stabil lagi." jawab Dafri.
"Oh, gitu." lirih Chayra dengan suara yang pelan.
"Ya begitulah, Itu salah satu alasan mengapa aku mau menerima perjodohan ini." lanjut Dafri lagi.
"Kamu sendiri bagaimana? Mengapa kamu mau menikah dengan aku?" sambung Dafri lagi dengan mengajukan pertanyaan ke Chayra. Ditanya seperti itu, membuat Chayra sedikit tersentak.
"Aku?? Ee.. Kalau aku, Ya.. karena orang tua juga." jawab Chayra dengan gelagapan.
"Untuk menyenangi hati orang tua?" tanya Dafri dengan mempertegas jawaban dari Chayra tersebut.
"Iya, Bisa dibilang begitu." jawab Chayra dengan seuntai senyuman tipis yang menghiasi bibirnya itu. Padahal, bukan hanya itu alasan Chayra mau menerima perjodohannya dengan Dafri. Ada sesuatu hal yang lebih penting dari itu..
💟💟💟💟
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments