"Itu balasan karena kamu sudah berani menghajar, Leo." Dengan terang-terangan Ana menampar Fahri karena sudah dianggapnya telah menyakiti kekasihnya.
"Kau…."
"Apa!"
Fahri sudah melayangkan tangannya dan bersiap untuk menampar Ana, namun semua itu diurungkannya. Itu karena ia tidak mau dianggap KDRT, (kekerasan dalam rumah tangga.)
"Sepertinya keluargamu harus tahu, bagaimana sifat kamu padaku." Dengan tatapan yang penuh aura pembunuh, Fahri berbicara. Sedangkan Ana sudah ketakutan mendengar apa yang baru saja disampaikan oleh Fahri kepadanya.
"Jika kamu berani melakukan itu, maka aku bersumpah akan membalasmu."
"Lakukan apa yang ingin kau lakukan, aku sudah tidak peduli. Secepatnya akan ku kembalikan pada keluargamu dengan bukti-bukti yang sudah ada padaku. Dengan begitu kita akan segera bercerai, dan untuk harta gono-gini tidak ada dalam catatan pranikah karena kamu belum punya anak."
Mendengarkan kata demi kata yang keluar dari mulut Fahri, membuat Ana meremas jemari-jemarinya dengan sangat erat. Pasalnya dia butuh harta dan tidak mungkin bercerai tanpa mendapatkan apa-apa.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang," dalam kebingungan Ana bergumam setelah kepergian Fahri.
"Aku tidak bisa hidup tanpa harta, bisa-bisa Leo memutuskan aku kalau begini caranya." Ana memekik dalam situasi yang cukup genting. Sekarang dirinya bingung karena bisa-bisa rencananya gagal.
"Sepertinya aku harus segera bertemu dengan Leo, untuk membicarakan masalah ini?" Ana bergumam dengan langkah gontai ia menaiki kamar tidurnya untuk mandi dan melepas kekesalannya.
Ana langsung bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk segera bersih-bersih, dan rencana selanjutnya ia akan menemui Leo. Mencari cara agar dirinya bisa mendapatkan separuh dari harta Fahri.
Sedangkan di ruang kerja, Fahri dengan wajah kacaunya serta pikiran yang kalut, entah keputusan ini tepat atau tidak. Sungguh Fahri tidak tahu karena ia sungguh terlalu lelah harus memikirkan istrinya, yang selama ini belum juga berubah.
"Apa ini keputusan yang tepat."
"Apa orang tua Ana akan merelakan anaknya yang ku kembalikan?"
"Apa nantinya keadaan tidak akan menjadi buruk."
Fahri berbicara sendiri layaknya orang sinting karena pikirannya terus tertuju pada mertuanya.
Sungguh ia tidak sanggup jika harus melihat mertuanya tiba-tiba drop hanya karena berita yang didengarnya. Fahri tak kuasa menyaksikan semuanya hancur seketika, meski rumah tangganya sudah lebih dulu hancur dan berantakan.
Arghhhh.
Fahri benar-benar lelah dengan semua ini. Untuk menghilangkan rasa kesalnya Fahri keluar dari ruangan tersebut, dan menuju balkon. Untuk menikmati semilirnya angin sore, mungkin saja dengan begini hatinya yang panas dan mendidih bisa sedikit reda.
Di balkon Fahri melebarkan kedua tangannya menghirup udara agar masuk lebih dalam hingga ke paru-paru, tidak lupa kedua mata di pejamkan agar bisa rileks setelah ini. Dirasa sudah cukup saat matanya mulai dibuka, ia menyipitkan mata dan pandangannya mengarah ke bawa.
"Yuni, mau apa dia?" Fahri mengedarkan pandangannya jika mata sedang tidak salah dalam melihat.
Benar saja, itu Yuni. Office girl yang ada di kantornya.
"Bawa apa dia?" Fahri bertanya-tanya mengapa ada Yuni, dan bagaimana ia bisa tahu rumahnya. Sungguh Fahri tidak mengerti.
Apa ini ada hubungannya dengan Danu, lalu menyuruhnya untuk datang ke rumah Fahri, entahlah. Fahri yakin memang ada yang tidak beres dan nantinya ia akan menanyakan siapa yang menyuruhnya datang ke rumah, dan bagaimana bisa tahu alamat tinggalnya.
Untuk sesaat Fahri mengabaikan perasaannya yang sedang kacau, karena di luar ada Yuni.
Tepat saat dirinya akan membuka pintu pada saat berada di tengah-tengah tangga. Terlihat Ana sudah lebih dulu membuka pintu, dan sepertinya ia juga akan keluar karena terlihat sudah rapi dan siap untuk pergi.
Ceklek.
"Apa kau tidak bisa mengetuk pintu terlebih dulu! Tidak sopan." Ana mendengus kesal karena dirinya hampir saja terjungkal karena terkejut, pada saat membuka pintu tiba-tiba ada orang berdiri tepat di depan pintu.
"Maaf, Mbak."
"Siapa yang kau panggil, Mbak hum!" mata Ana membulat karena tidak terima dipanggil 'Mbak'. Itu karena dirinya sekarang adalah seorang nyonya, nyonya Fahri.
"Lalu saya harus memanggil dengan sebutan apa?" dengan senyuman tipis seakan sedang mengejek, Yuni bertanya soal nama, lagipula panggilan itu tidak buruk kenapa harus ditolak pikir Yuni.
"Nyonya, panggil saya seperti itu!" seru Ana memerintahkan Yuni. Sedangan Yuni hanya mangut-mangut dan tersenyum karena sepertinya memang disengaja.
"Siap, Mbak. Eh maaf salah," ucap Yuni yang sengaja mempermainkan istri dari bos nya itu. Sedangkan di tengah tangga, Fahri tersenyum melihat tingkah konyol Yuni yang sangat berani dan bar-bar.
"Dasar gadis kampung, apa kau tak pernah sekolah sampai tidak mengerti apa yang saya katakan!" seru Ana dengan wajah kesalnya.
"Alhamdulillah, Nyonya. Sekarang sudah bekerja dan tidak lagi sekolah," jawab Yuni tanpa ekspresi.
"Kau benar-benar gadis kampung, makanya seragam sama muka kamu cocok."
"Bukannya Nyonya juga dari kampung, ups. Keceplosan," kata Yuni sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
Fahri dengan posisi tetap. Menatap ke arah kedua wanita dengan berbeda kelas, tapi tidak dipungkiri jika Fahri salut dengan Yuni yang sangat berani kepada istrinya.
"Lancang kau, ya." Habis sudah kesabaran Ana, dengan tatapan tidak suka ia terus mengatai Yuni dengan berbagai macam ocean.
"Apa kau selingkuhan suamiku, makanya kau buru-buru datang kemari dengan membawa rantang makan, ditemani wajahmu yang kumuh itu." Ana yang sudah kehabisan kata-kata akhirnya mencari celah untuk bisa menghina Yuni lagi.
Belum sempat Ana menjawab namun suara seseorang langsung menghentikan perdebatannya dengan Ana.
"Iya, aku yang menyuruhnya datang, itu karena di rumah tidak ada istri yang mau memasakkan aku." Suara bariton dari arah tangga membuat dua wanita itu langsung menoleh, dan mencari sumber suara tersebut.
"Yuni, masuklah." Fahri menyuruh Yuni untuk masuk dan lelaki itupun langsung turun menyambut wanita tersebut.
"Apa dia selingkuhan kamu, Fahri?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Selamet Turipno
ha ha ha memang betul laki-laki bodoh bininya dikentot org masih. mau dia
2025-01-11
0
Rini Antika
Semangat terus, vote mendarat 💪💪
2023-03-06
0
Rini Antika
tukang Selingkuh teriak selingkuh, 🤣🤣🤣
2023-03-06
1