Bukan hanya matanya yang sakit. Akan tetapi, hatinya jauh lebih sakit saat melihat potret di layar ponselnya tersebut.
Fahri dengan sangat kuat mencengkram ponsel yang ada di tangannya, sebagai bentuk kekesalannya pada wanita yang ada di foto.
Ia tidak habis pikir dengan apa yang sudah dilakukan oleh wanita itu, yang tak lain adalah istrinya. Dengan terang-terangan mengakui jika Ana mempunyai kekasih, dan memperlihatkan kemesraannya di depan umum.
"Sungguh kamu tidak punya hati Ana, tega kamu berbuat sedemikian padaku." Dalam kemarahan Fahri berkata dan sekarang. Puncak kemarahannya sudah berada di pucuk kepala.
Tidak mau menyimpan sebuah rasa marah, Fahri memutuskan untuk shalat agar hatinya sedikit dingin. Ditambah supaya suasana hatinya bisa mereda, karena sekarang dirinya benar-benar marah dengan semua yang dilihatnya.
Fahri berjalan untuk wudhu dan dengan segera akan menjalankan sholat, sesuai perintah agamanya.
Tidak berapa lama kemudian Fahri sudah menyelesaikan sholat dan kembali duduk, menghadap komputer yang ada di depannya.
Entah mengapa kepalanya tidak bisa berpikir jernih karena masih teringat akan foto yang dikirim oleh Danu.
Argh.
"Kenapa kamu tega padaku, kenapa hum!"
"Dasar penghianat."
"Apa ini caramu agar membuat luka di hatiku, Ana."
Seperti orang gila Fahri berteriak menghujat istrinya yang selama ini ia kasihi, ia sayangi. Nyatanya semua tak seindah yang dibayangkan.
Hari ini Fahri benar-benar kacau, semuanya hancur! Kebahagiaan yang diidam-idamkan tak kunjung menghampirinya.
"Apa keluargaku pernah berbuat dosa? Sehingga aku lah yang harus menerima karmanya," ucap Fahri lirih. Rambut yang ditarik dengan kasar wajah diusapnya dengan sedikit sangat kasar juga, menandakan jika sekarang keadaannya tidak baik-baik saja.
“Ya Allah, apa dosa hamba sampai harus menanggung semua ini. Begitu berdosa nya hamba kepada engkau karena sebagai seorang suami telah gagal, mendidik dan seorang istri.” Fahri dilema ia tidak tahu harus seperti apalagi untuk menyadarkan istrinya yang sudah melebihi batas kesabarannya.
Lelah dan kacau pikirannya, hingga tidak terasa jam yang berada di tembok sudah menunjukkan angka empat sore. Setelah menatap jarum yang terus berputar akhirnya ia memutuskan untuk pulang karena hari ini sungguh sangat berantakan.
Fahri sudah keluar dari ruangannya dan segera masuk ke dalam life. Siapa sangka sesampainya di lobby ia justru menabrak seseorang dan.
Brukh.
“Saya minta maaf, Pak. Karena tidak hati-hati saat berjalan,” ucap perempuan itu dengan posisi tertunduk karena dirinya takut jika sampai terkena marah.
“Jika berbicara maka tatap lah lawan bicaramu,” hardik Fahri sembari membersihkan celana yang terkena air pel.
Dengan keadaan yang takut, Perempuan itu mendongakkan kepalanya walau sebetulnya sangat gemetar.
“Pak, Fahri!”
“Yuni”
“Ya sudah tolong segera bersihkan bekas tumpahan air itu, agar tidak membahayakan orang lain.” Setelah mengatakan perihal tumpahan air yang berceceran di lantai. Dengan segera Fahri langsung meninggalkan Yuni.
“Niat mau minta maaf lagi, eh malah keburu pergi. Kapan ya aku punya suami macam pak Fahri, udah ganteng, Pintar, kaya, dan soleh pula. Sayangnya sudah milik orang,” gumam Yuni dengan hati yang penuh pujian akan sosok Fahri.
“Hmmm … Harusnya kan beruntung bu Ana karena sudah mendapatkan lelaki sebaik pak Fari, eh yang ada malah di sia-siakan.” Dengan tangan yang memang pel, Yuni bergumam lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sesampainya di rumah dan Fahri ingin memarkirkan mobilnya. Terlihat mobil Ana sudah berada di garasi, namun ada yang aneh. Terlihat sepeda motor gede milik laki-laki yang sangat ia tahu, siapa pemilik dari kendaraan yang berdampingan dengan mobil Ana.
Dengan darah yang mendidih, Fahri buru-buru masuk untuk melihat keadaan di dalam.
Berusaha untuk tetap tenang, tanpa harus dikuasai oleh emosi. Fahri perjalan melangkahkan kakinya untuk masuk di dalam rumah.
“Bisa-bisanya rumahku dibuat memelihara seorang lelaki yang bukan siapa-siapa,” batin Fahri dengan kedua tangan yang terkepal.
Brak.
“Apa yang kalian lakukan di rumahku!” saat dengan lantang Fahri memergoki istri dan selingkuhannya, keduanya tak kalah terkejut saat melihat kepulangan Fahri, yang tidak biasa ini.
“Mas, Fahri.” Ana terkejut bukan main saat melihat kepulangan sang suami. Namun, ucapan Ana diabaikan oleh Fahri, karena tatapannya sekarang mengarah ke laki-laki tersebut.
“Kau! Pergi secepatnya dari rumah atau saya akan menghajarmu hingga tidak berdaya,” kata Fahri dengan tatapan bak elang serta wajah yang mulai mengeluarkan aura membunuh. Fahri memberikan peringatan untuk Leo, selingkuhan Ana selama ini.
“Santai bro, saya akan pergi tenang saja.” Tanpa punya rasa bersalah sedikitpun Leo berkata dengan diiringi sebuah senyuman yang mengejek. Nyatanya selama tiga tahun ini, Ana masih mencintai dirinya dibanding dengan suaminya sendiri, itu mengapa semakin membuat Leo besar kepala.
“Cepat pergi! sebelum kesabaran saya benar-benar habis,” ucap Fahri mengulangi kata-katanya lagu.
“Jika kamu berani menghajar Leo, maka kamu berhadapan denganku.” Ucapan yang keluar dari mulut Ana, semakin membuat Fahri ingin sekali menghajar keduanya.
“Apa kamu tidak sadar, siapa dia dan siapa aku. Sepertinya kornea mata kamu sedang rusak makanya tidak bisa membedakan suami sah dan pembinor seperti dia,” kata Fahri dengan sangat tegas dan berani karena memang Ana adalah istrinya dan berhak untuk mengaturnya.
“Sepertinya yang rusak bukan hanya mataku, tapi matamu dan otak kamu sepertinya benar-benar rusak melebihi aku.”
“Kamu….”
“Apa!”
“Suruh pergi selingkuhan kamu atau aku akan menyeretnya keluar dari rumah ini. Harusnya kamu tahu jika ini bukan rumahmu, dan yang harusnya sadar itu kamu bukan aku, mengerti.” Dengan menunjuk muka Ana, Fahri berbicara dengan tatapan tanpa ekspresi dan itu terlihat sangat menakutkan.
Ana diam, dan kali ini dirinya kalah telak dibuat oleh Fahri.
“Saya akan pergi, tapi sebelum itu, Lihatlah ini.”
Cup.
Bugh,
Bugh.
Pakh.
“Apa kau tidak punya mata! dan sekarang rasakan ini.” Sekarang habis sudah kesabaran Fahri karena dengan begitu berani Leo, berani mencium istrinya di hadapannya. Tanpa punya rasa bersalah sedikitpun terhadapnya.
Dengan kekuatan yang tersisa. Leo mencoba berdiri, dan.
Bugh.
Pakh.
Bugh.
"Berhenti!"
"Kalian berhentilah!" para laki-laki tidak menggubris ucapan Ana, dan malah semakin menjadi.
Kini, keduanya saling hajar hingga Leo lah yang pada akhirnya kalah. Dengan bibir yang keluar darah, serta wajah yang sudah memar. Fahri berhenti dan menurutnya sudah cukup untuk memberikan laki-laki itu pelajaran.
"Pergi atau saya akan menyeretmu," tukas Fahri lagi. Dengan memegang perut serta wajahnya, Leo pun langsung melenggang keluar dari rumah Fahri.
"Ingat, saya akan membuat kamu jauh lebih sakit dari yang kamu rasakan sekarang." Entah maksud dari ucapan Leo apa, yang pasti ia sudah merencanakan sesuatu.
Setelah Leo pergi, Fahri kembali ke tempat semula.
"Apa mau kamu."
Plak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
@Kristin
Waduh leo kamu tak punya ahlak beraninya cium istri orang 🤦
2023-03-07
0
@Kristin
Waduh ada to yang mengidolai kamu Fahri.
2023-03-07
0
Rini Antika
Vote sudah mendarat, semangat terus nulisnya,💪💪
2023-02-27
0