Ada saatnya pergi, dan ada saatnya meninggalkan sebuah luka, jika hati sudah lelah. Maka disitulah seseorang akan menyerah karena sebuah kesetiaan yang berujung menyakitkan.
🍁🍁🍁
Danu menganggap jika Fahri adalah teman yang paling bodoh. Ia pun tidak habis pikir dengan jalan pikiran temannya itu, yang sudah berulang kali dikhianati namun masih bertahan.
“Kamu benar bahwa aku memang lelaki pecundang dan sangat munafik, tapi yang harus kamu tahu bahwa aku sudah mengatakan jika apapun yang terjadi, tidak akan meninggalkan Ana.”
“Kamu sungguh bodoh! Apa dengan begitu bisa membuat istri kamu sadar? Tidak, itu sungguh sulit dilakukannya karena pernikahan yang sudah berjalan selama tiga tahun, tetap saja sikapnya buruk padamu bukan.”
Fahri diam, karena semua yang dikatakan adalah benar.
“Ingat Fahri, ada saatnya kita setia dan ada saatnya kita pergi untuk bahagia. Jika, setia itu dibalas dengan dusta.” Dengan tegas serta bola mata yang tak teralihkan dari wajah Fahri, Danu berkata.
“Bisakah kamu berhenti untuk membahas Ana, kepalaku pusing dan terasa berkunang-kunang.” Fahri merasa pusing mungkin itu efek karena belum makan apapun dari pagi, dan itu membuat Danu langsung menatapnya penuh iba.
“Apa kamu belum makan?” tanya Danu karena ia tahu betul jika seperti itu maka tandanya Fahri belum sarapan sedari tadi.
Fahri menggeleng lemah, karena benar-benar pusing dan mata yang mulai berkunang-kunang.
“Dasar wanita kurang ajar, bisa-bisanya membuat suaminya ingin segera mati!” umpat Danu dengan perasaan yang benar-benar marah.
“Tunggulah, aku akan menyuruh Yuni untuk membelikan makan untukkmu.” Setelah mengatakan itu, gegas Danu meninggalkan Fahri dengan keadaan lemah, hanya untuk meminta tolong pada Yuni yang seorang office girl.
Ya, Fahri memang sedari kemarin sore belum makan karena berniat menunggu Ana untuk makan malam, nyatanya orang yang ditunggu belum juga pulang hingga membuat Fahri tidak berselera makan setelahnya.
Sedangkan Danu sudah berada di pantry untuk memanggil Yuni yang seorang pekerja dengan peran office girl. Sebetulnya Danu bukanlah karyawan atau apapun itu, karena ia hanya sedang bermain di tempat dimana Fahri bekerja. Namun, semua orang tahu siapa Danu, jadi meski datang pun tak ada yang mencegah atau melarangnya.
"Yun," panggil Danu. Seketika perempuan yang sedang menata gelas itu, merasa namanya dipanggil. Buru-buru menoleh untuk melihat siapa yang sudah memanggil namanya.
"Pak, Danu!" setelah membalikkan badan dan yah, Yuni tahu sekarang siapa yang memanggil, dan dia adalah sosok teman bos nya.
"Tolong belikan makanan untuk Pak Fahri ya, dan ini uangnya." Lalu Danu pun memberikan selembar uang berwarna merah pada Yuni.
"Jika sudah langsung ke ruangan saja ya, Nanti." Danu menambahkan lagi, setelah itu dirinya meninggalkan Yuni dan kembali ke ruangan Fahri.
"Kenapa pak Fahri selalu menyuruhku membelikan makanan? Apa istrinya tidak pernah sempat membuat sarapan?" tanyanya pada diri sendiri, karena ini bukan sekali atau dua kali. Hampir setiap hari terkadang Danu juga menyuruhnya jika main di perusahaan milik Fahri.
"Sudahlah, itu bukan urusanku. Sebaiknya aku harus membelikannya makanan agar pak bos bisa segera makan," ucapnya dalam hati.-
Yuni tahu dimana harus membelikannya makanan untuk bos nya itu, yah di restauran milik Danuarta lah ia akan membeli. Di sana ada berbagai menu makanan yang bisa dinikmati semua kalangan, dan tempatnya pun tidak jauh dari kantor Fahri.
Sedangkan di tempat lain.
Lagi-lagi Ana mengadakan pertemuan dengan Leo, dan mereka sudah berada di cafe. Keduanya saling berpegangan tangan layaknya pasangan.
"Aku kesal sama mas Fahri, pagi-pagi sudah ngajakin ribut." Dengan suara manja Ana mengatakan soal dirinya yang tadi pagi bertengkar dengan sang suami.
"Apa dia membuatmu kesal lagi?" Leo pun bertanya dengan keadaan tangan masih memegang dan mengelus lembut punggung tangan Ana.
"Apalagi selain membuat kesal aku," ucap Ana dengan wajah yang menyimpan kekesalan akibat teringat, sewaktu tadi di rumah.
"Buat se-kesal mungkin, dengan begitu kamu lama-lama dicerai. Sayang," kata Leo semakin membuat api itu membara oleh kebencian.
"Betul juga katamu sayang, mungkin dengan begini siapa tahu suami sialan itu akan menceraikan aku." Keduanya pun tersenyum layaknya orang yang tak memiliki dosa dan salah.
Se-benci itukah Ana pada Fahri, lelaki yang selalu setia namun dibalas dengan dusta. Lelaki yang tak sekalipun lupa akan kewajibannya sebagai seorang suami.
Ana harusnya bisa bersyukur karena Fahri lah yang menjadi suaminya. Segala kebutuhannya masih dipenuhi dan tidak kurang sedikitpun. Namun, cinta buta sudah menutup matanya hingga tidak bisa melihat mana yang baik, dan mana yang tidak.
Dan dengan terang-terangan mengatakan pada Fahri, jika dirinya juga masih berhubungan dengan Leo.
Tanpa sengaja seseorang tengah memandangnya dengan rasa jijik. Bagaimanapun wanita itu sudah bersuami, dan sekarang malah terlihat sedang bermesraan dengan lelaki lain, dan pastinya bukan suaminya.
"Itu kan istri bos, tapi kok main mesra-mesra'an dengan laki-laki lain?" dalam hati seseorang itu bertanya-tanya. Pasalnya baru kali ini matanya melihat dengan jelas siapa orang yang tidak jauh dari dirinya saat ini.
"Bodoh, itu bukan urusanku." Setelah mendapat apa yang ia inginkan wanita itu langsung pergi untuk kembali ke kantor.
Di Tangannya sudah ada kantung makanan dan minuman,
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di kantor.
Tok.
Tok.
Tok.
"Masuk."
Dari dalam seseorang menimpali.
"Ini, Pak. Sesuai pesanan biasanya." Yuni memberikan bungkusan itu pada Danu. Sedangkan Fahri yang berada di kamar untuk sekedar istirahat.
"Terimakasih, Yun."
"Sama-sama."
Setelah tugasnya selesai, Yuni pun langsung keluar dari ruangan dan kembali bekerja lagi..
Sedangkan di tangan Danu ada makanan dan juga minuman, lantas ia pun membangunkan Fahri.
"Fahri, bangunlah dan segera makan, karena aku harus pergi untuk melihat resto dan juga cafe."
Fahri bangun lantas langsung memakan apa yang sudah dibeli Danu untuknya.
"Maaf, aku sering membuatmu repot."
"Tidak, kita sahabatan sudah lama. Jadi, tidak ada kata sungkan."
"Ya sudah aku pamit keluar," imbuhnya lagi pada Fahri.
Danu pun akhirnya keluar dan kembali ke pekerjaannya sendiri. Sedangkan Fahri yang mulai duduk dengan bibir yang pucat akibat lemah karena tidak makan. Dengan segera memakan yang ada di depannya saat ini.
Bismillah.
Setelah itu Fahri makan dengan sangat lahap, mungkin itu dari efek lapar.
Saat-saat menikmati makanan tersebut, ponsel milik Fahri terus berdering. Sejenak ia melupakan karena ingin segera ingin menghabiskan makanan terlebih dulu, barulah akan mengecek gawai miliknya yang ada di nakas.
Semakin diabaikan maka semakin sering berderingnya, dan itu membuat Fahri meninggalkan makanannya karena beberapa panggilan terus saja mengganggunya saat makan.
"Siapa sih, mengganggu saja." Fahri berdecak kesal karena otomatis makannya tertunda.
Dengan cepat Fahri langsung menyambar gawai miliknya dan segera membuka isi pesan singkat di aplikasi hijau.
Saat jemarinya mulai melihat dan.
Degh.
Mata merah dan rahang keras, jari-jari yang mulai menggenggam. Menandakan seseorang sedang berada dipuncak amarah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Bulan Rindu
kasian jadi Fahri.😓
maaf beb aku baru sempet mampir 🥰
2023-03-09
1
@Kristin
Mantul kata-kata nya...
2023-03-06
0
@Kristin
Vote meluncur say...
2023-03-06
0