Rencana Penyelesaian

Mendengar pelayannya berbicara seperti itu, Elma pun mendelik kaget mendengarnya. Ia merasa kesal, karena memikirkan Morgan yang terlalu nekat baginya.

‘Morgan kenapa nekat banget buat ke sini, sih?’ batin Elma, yang merasa sangat kesal mendengarnya.

“Suruh dia tunggu sebentar,” ucap Elma yang mengatakan demikian kepada pelayan yang berada di luar pintu kamar mandinya.

“Baik Nona.”

Karena sudah ditunggu oleh seseorang yang ada di luar, Elma pun bergegas untuk menyelesaikan mandinya. Rasa kesal pasti ada, karena ia ingin berlama-lama membilas tubuhnya yang kotor itu. Namun, ia harus terganggu dengan seseorang yang ada di luar sana.

Setelah menyelesaikan mandinya, Elma pun membuka lemarinya yang penuh dengan baju sexy dengan merk ternama. Tangannya meraih satu di antara banyaknya pakaian yang menggantung, dan pilihannya jatuh pada midi dress berwarna orange, yang sangat selaras dengan kulit putih bersihnya itu.

Setelahnya Elma pun menata rambutnya dengan cepat, karena tidak ingin terlalu lama membuat orang tersebut menunggu. Jika tidak ada siapa pun yang menunggunya, Elma pasti akan menghabiskan waktu 3 jam lamanya hanya untuk makeup dan juga menata rambutnya.

Merasa dirinya sudah siap, Elma pun segera keluar untuk menemui orang tersebut.

Elma melihat seseorang yang duduk di sofa ruangan tamu apartemennya. Benar saja dugaannya, bahwa yang datang bertamu adalah Morgan, kekasihnya. Sejenak ia pun menghentikan langkahnya dan memandang ke arah Morgan yang sedang memainkan gadget-nya itu.

Elma menghela napasnya dengan panjang, karena merasa sedikit kesal melihat Morgan yang sudah berada di sini.

“Morgan,” sapa Elma datar, Morgan sedikit terkejut lalu segera menyimpan gadget-nya dan memandang ke arah Elma.

“Sayang ....” Morgan pun bangkit dan berdiri di hadapan Elma dengan senyuman yang terukir, walaupun Elma sama sekali tidak tersenyum sejak awal melihatnya.

“Saya bawain kamu bubur untuk sarapan,” ucap Morgan tiba-tiba, Elma lagi-lagi menghela napasnya dengan panjang.

Elma melipat kedua tangannya, “Aku ‘kan sudah bilang, kalau pelayanku sudah masak sarapan buat aku. Kamu juga gak perlu repot-repot datang ke sini, cuma buat ngasih ini ke aku. Aku bisa beli bubur sendiri, atau bisa minta tolong buatkan sama pelayan,” ucapnya dengan nada yang datar, membuat Morgan tidak rela mendengarnya.

“Gak bisa gitu dong, Elma. Saya ingin bertemu kamu, dan ngasih perhatian lebih ke kamu. Masa saya gak boleh melakukan hal kecil seperti ini kepada kekasih saya?” ujar Morgan, yang terdengar sangat sendu.

Elma hanya bisa menghela napasnya dengan panjang, saking bingungnya harus mengatakan apa lagi di hadapan Morgan.

Sejujurnya Elma sudah sangat tidak tahan dengan sikap memaksa Morgan yang sangat terasa mencekik baginya. Ia sudah ingin menghempaskan Morgan saja, karena hatinya tidak bisa jika terlalu sering dipaksakan.

‘Mending aku udahin aja hubungan ini, daripada terus menyiksa,’ batin Elma, yang memang sudah berencana melakukan hal ini sejak tadi.

“Tanggal 27, apa ada waktu luang?” tanya Morgan tiba-tiba, Elsa memandangnya dengan datar.

“Kamu tahu bukan, kalau aku kerja setiap hari dan setiap tiga hari sekali aku ada meeting pembahasan perkembangan proyek yang sedang aku jalani. Tanggal 27, aku sibuk banget,” papar Elma menjelaskan.

Terlihat tatapan kecewa di mata Morgan, karena ia merasa sangat sedih mendengar Elma yang terus-menerus sibuk seperti itu.

“Yah ... padahal saya mau ajak kamu dinner, karena tanggal 28 hari jadi kita yang ke-3 tahun,” ujarnya dengan penuh nada kekecewaan.

Elma sampai lupa, kalau usia hubungan mereka akan mencapai 3 tahun, saking sibuknya ia menangani para klien.

Ekspresi Elma terbaca oleh Morgan. “Jangan bilang kamu lupa dengan hari jadi kita?” bidiknya, Elma memandangnya dengan senyuman.

“Maaf,” ucap Elma, yang tak direspon sama sekali oleh Morgan.

‘Kita udah mau 3 tahun? Kenapa bisa lupa? Bagaimana caranya mutusin hubungan ini coba?’ batin Elma, yang malah menjadi semakin bingung saja dengan hal ini.

“Saya harap kita bisa dinner di tanggal 27, atau boleh tanggal 28. Saya gak masalah di tanggal berapa pun itu, yang penting kita bisa dinner bareng,” ujar Morgan, tetapi Elma masih saja diam mendengarnya.

Melihat ada keraguan di wajah Elma, Morgan pun memandang dalam ke arah Elma, dengan tangannya yang menggenggam erat tangan Elma.

“Saya mohon, kamu jangan terlalu sibuk di hari jadi kita yang ke-3 nanti. Saya akan berusaha untuk menyiapkan yang terbaik untuk dinner nanti. Please, jangan juga menolak permintaan saya ini,” ujar Morgan, membuat Elma merasa iba mendengar permintaannya itu.

Elma masih berpikir dengan apa yang harus ia lakukan. Melakukan dinner dengan Morgan, memang tidak ada salahnya. Namun, ia merasa hal seperti ini tidak harusnya ia lakukan, mengingat dirinya yang hendak memutuskan hubungan antara ia dan juga Morgan.

‘Jadi aku harus gimana? Putusin di hari jadi aja kali ya?’ batin Elma, yang merasa bingung dengan keadaan.

Karena beberapa pertimbangan, Elma pun akhirnya memutuskan untuk menerimanya. Ia mengatakan pada Morgan bahwa ia akan mengabulkan apa yang menjadi permintaan Morgan.

Hari pun sudah beranjak siang, dan Elma masih belum melakukan sarapan. Jam sarapan sudah hampir habis, membuat Elma merasa sangat kelaparan saat ini.

‘Lapar juga ...,’ batin Elma, yang lalu berlalu pergi menuju ke arah meja makannya.

Morgan sudah sejak tadi kembali ke rumahnya, karena mendadak ia ada urusan yang harus dikerjakan. Sementara itu, Elma malah senang ketika Morgan pamit untuk melakukan sesuatu.

Beberapa makanan sudah tersedia di atas meja makan, tetapi Elma masih saja belum menyentuhnya. Kini, makanan tersebut sudah dingin sehingga Elma tidak mau memakannya lagi.

“Tolong dipanaskan,” suruh Elma, mereka pun segera menyiapkan makanan yang ada, dan memanaskan kembali makanan tersebut di oven.

Setelah selesai mereka memanasi makanan, Elma pun makan dengan nikmatnya, saking laparnya ia. Matanya pun sudah terasa berat, dan ingin sekali beristirahat untuk mempersiapkan staminanya.

Kini, Elma pun sudah berada di ruangan kamarnya. Setelah menyantap habis semua makanan yang ada di meja makan, Elma pun merasakan kantuk yang teramat dalam, lalu segera memejamkan matanya di atas ranjang tidurnya.

***

Beberapa hari sudah Elma lewati dengan baik. Kini sudah tiba waktunya untuk mereka melakukan dinner bersama.

Morgan menjemput Elma di apartemennya, dan langsung mengajaknya untuk melakukan dinner di sebuah restoran yang mewah, yang sebelumnya sudah Morgan pesankan untuk mereka.

Suasana di resto nampak sangat indah dan romantis, membuat Elma sedikitnya senang dan bahagia melihat suasana di sekitar resto ini.

Mereka kini duduk berhadapan, dengan Morgan yang mengenakan pakaian lengkap dengan tuxedo hitam miliknya, dengan Elma yang mengenakan cocktail dress berwarna silver, sehingga terlihat sangat cantik di hadapan Morgan.

Morgan memandang Elma dengan dalam. “Kamu sangat cantik malam ini.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!