Elma memandang Morgan dengan tegas dan dalam, ditambah sedikit senyumannya. “Aku memang setiap hari cantik dan memesona,” ujarnya, membuat Morgan bertambah terkesima dengan wanita cantik nan memesona yang berada di hadapannya.
“Baiklah, saya memang memiliki kekasih yang sangat cantik,” ucap Morgan yang mengakui akan kecantikan Elma yang tiada tanding.
Baginya Elma sangat cantik, sehingga bisa membuatnya sangat buta ketika berhadapan dengannya.
‘Kekasih? Sebentar lagi bukan,’ batin Elma, yang memang sudah merencanakan untuk mengakhiri hubungan mereka itu.
Morgan menuangkan Charles Heidsick Champagne Sparkling Wine, ke dalam gelasnya dan juga gelas Elma. The King of Wine jenis Sparkling dengan kadar alkohol 14%, terasa cukup tinggi bagi Elma, hanya untuk acara makan malam seperti ini.
Elma tersenyum dengan sangat elegan, karena ia mengerti kadar alkohol yang cukup tinggi, dari wine yang berasal dari negara yang memiliki ibukota dengan julukan ‘Kota Cinta’ itu.
“Kenapa harus Sparkling Wine?” tanya Elma, Morgan memandangnya dengan sedikit terkejut.
“Saya mau memberikan kesan pada kamu, dari hal-hal kecil seperti ini,” jawab Morgan yang berusaha untuk menahan dirinya dari rasa gugup.
Elma semakin memandangnya dengan dalam. “Aku lebih suka Bir,” ujarnya, membuat Morgan mendelik bingung mendengarnya.
Karena niat Morgan yang sudah terbaca oleh Elma, ia sengaja mengatakan hal itu agar Morgan tidak jadi memberikan Sparkling Wine kepadanya. Karena kadar 14% dari Sparkling Wine itu sudah sangat cukup membuat Elma mabuk dan meracau, hanya dengan meminum 1 gelas saja.
Elma tidak ingin kehilangan kesadarannya, dan tidak ingin terjadi sesuatu hal yang tidak baik dengan dirinya dan Morgan.
“Mmm ... baiklah. Bir apa yang kamu mau?” tanya Morgan, yang berusaha untuk membuat Elma nyaman dengannya.
“Maybe Flavor Beer, Radler Lemon,” jawab Elma, yang hanya memilih minuman bir harian dengan kadar yang hanya 2% saja, agar tidak mabuk saat makan malam nanti.
Morgan terlihat agak gugup, karena niatnya untuk membuat Elma mabuk sudah pupus. Ia tak menyangka, jika Elma sangat mengerti dengan minuman yang akan ia berikan padanya.
‘Kenapa dia ngerti soal minuman?’ batin Morgan penasaran, dan timbul berbagai macam spekulasi dalam pikirannya.
Morgan mengangkat sebelah tangannya, sehingga seorang pelayan itu muncul ke hadapannya dengan sikap yang sangat sopan.
“Tolong Flavor Beer Radler lemon,” pinta Morgan, sang pelayan mengangguk paham lalu segera pergi mengambilkan minuman yang Morgan minta.
Elma tersenyum di hadapan Morgan, dengan memangku rahangnya dengan kedua punggung tangannya, yang menyanggah pada meja bundar bernuansa putih yang berada di hadapan mereka. Senyuman Elma mengandung banyak arti, yang bahkan Morgan sendiri pun mengerti dengan senyuman maut nan elegan yang Elma lontarkan padanya.
“Bagaimana harimu? Apa ada meeting dan membuat kamu suntuk?” tanya Morgan, berusaha mencairkan kembali suasana yang sempat kaku karena minuman tadi.
“Suntuk, sangat suntuk. Aku sampai gak bisa makan malam, saking suntuknya mendengarkan ******* klien semalaman,” jawabnya, sontak membuat Morgan mendelik kaget mendengarnya.
“Apa kamu bilang?” tanya Morgan, Elma sedikit terkejut karena kelepasan berkata demikian, tetapi ia bisa menyikapinya di hadapan Morgan.
“Aku suntuk, ocehan klien bikin aku gak bisa makan malam. Gak ada istirahat, harus mendengarkan ocehan mereka terus,” ujar Elma membenarkan, Morgan hanya bisa memandangnya dengan tegas dan heran.
‘Saya gak salah dengar, bukan? Dia bilang desah,’ batin Morgan, yang malah memikirkan ucapan aneh Elma yang membuatnya kebingungan sendiri.
Elma berusaha bersikap tenang, dengan terus melontarkan senyumannya ke arah Morgan. Sebisa mungkin ia akan menghilangkan pikiran buruk yang Morgan pikirkan tentangnya.
‘Semoga saja dia gak dengar,’ batin Elma, yang masih mempertahankan sikap elegannya di hadapan Morgan.
“Permisi, minumannya.” Sang pelayan datang dengan membawakan minuman yang Morgan pesankan untuk Elma, membuat fokus mereka teralihkan ke arah sang pelayan.
Morgan memandangnya dengan tegas. “Biar saya saja,” ujarnya memberikan perintah.
Sang pelayan pun paham, lalu segera pergi dari sana dan membiarkan Morgan melakukan tugasnya.
Morgan meraih botol bir tersebut, lalu menuangkan ke dalam gelas Elma. Karena rencananya untuk membuat Elma mabuk telah gagal, Morgan pun memiliki rencana cadangan, yang sudah ia persiapkan untuk malam ini.
Dengan sengaja Morgan menuangkan secara asal bir tersebut, sehingga mengenai cocktail dress berwarna silver yang Elma kenakan. Hal itu membuat Elma mendelik kaget, dan dengan gugup bangkit sembari mengibas-ngibaskan kedua tangannya.
Morgan ikut bangkit, karena harus berakting dengan bagus di hadapan Elma.
“Oh, sorry. Oh My God, sorry. I didn't do it on purpose,” ujar Morgan dengan nada yang terdengar sangat menyakinkan.
Elma masih memandang gaunnya dengan mulut menganga, tak percaya dengan hal ceroboh yang Morgan lakukan pada cocktail dress-nya, yang bernilai hampir 30 juta untuk satu dress yang ia kenakan.
‘Cocktail dress kesayanganku,’ batin Elma, yang sangat tidak terima dengan apa yang Morgan lakukan padanya.
Morgan berusaha mengambil rasa simpatik Elma, dengan meraih tissue dan mengusapkan ke arah cocktail yang basah karena terkena minuman yang ia tuangkan.
“I’m sorry, I—”
“Stop it!” pangkas Elma, yang lalu memandang sinis ke arah Morgan. Morgan hanya bisa memandangnya dengan pandangan yang khawatir.
“Maaf, saya gak sengaja numpahin minuman ke dress kamu. Maaf, sini saya bersihin,” ujar Morgan merendah, dengan emosi Elma yang langsung menyentuh batasnya karena reaksi Morgan yang terkesan seperti sedang memaksanya.
“Enough! Aku bisa bersihin ini sendiri!” ujar Elma dengan sedikit nada yang ia bentak.
Morgan langsung terdiam, ketika mendengar bentakan dari Elma. Pandangannya sendu, menatap ke arah Elma. Hal itu membuat Elma semakin kesal saja melihatnya.
‘Oh My God, pandangan itu lagi. I hate that look!’ batin Elma, yang sangat membenci ketika Morgan sudah memandangnya dengan pandangan seperti seekor anak anjing yang tertindas itu.
“Maafin saya, Elma.” Morgan masih berusaha untuk merayu Elma.
Elma menghela napasnya dengan panjang, berusaha untuk melupakan permasalahan ini untuk sejenak.
“Sudahlah, di mana toilet?” tanya Elma.
“Di sebelah sana,” jawab Morgan, sembari menunjuk ke arah toilet yang berada di hadapan mereka.
“Aku mau bersihin dress dulu,” ucap Elma, lalu segera pergi meninggalkan Morgan di sana.
Morgan menyunggingkan senyumannya, setelah Elma berhasil pergi dari hadapannya. Setelah dirasa aman, ia pun mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. Ia menuangkannya dengan sangat hati-hati ke dalam minuman Elma. Tak butuh untuk melarutkan, obat tersebut sudah larut dengan sendirinya, bercampur dengan bir yang ada di gelas Elma.
“Sudah sampai di titik ini, masa saya gak bisa dapetin kamu seutuhnya? Kalau saya tidak bisa bikin kamu mabuk, setidaknya saya bisa mendapatkan kamu seutuhnya dengan cara yang lain,” gumam Morgan, dengan senyuman yang menyungging sembari memandang ke arah gelas tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments