LSC 5

Zai keluar ruangan dan menutup pintu dengan keras hingga membuat Reni terlonjak kaget.

Reni menatap sekali lagi beberapa foto dirinya dengan kekasih gelapnya itu. "Selama ini aku selalu berusaha menyimpan rahasia ini begitu rapat. Tak kusangka akan terbongkar oleh suamiku sendiri karena Jordan bukan darah dagingnya." gumam Reni menatap foto itu.

"Pokoknya Mama tak ingin berpisah darimu. Apapun harus kulakukan agar Papa mau menarik ucapannya."

Zai melajukan kendaraannya keluar rumah untuk menenangkan dirinya di sebuah kafe yang dekat dengan pantai.

Di dalam mobil, Zai mengumpat dan marah pada dirinya sendiri karena telah percaya pada wanita yang selama ini dia nikahi. Lalu, Zai menghubungi atasannya meminta izin tidak masuk kerja beberapa hari dengan alasan sakit.

Sampai di kafe, Zai keluar mobil dan berjalan menuju pantai dengan duduk di gazebo yang suasana saat itu hanya ada beberapa orang yang berada di pantai.

Zai menatap hamparan luas pantai itu dengan perasaan sedih dan marah.

"Apa salahku Ren? Hingga kamu tega menghianatiku seperti ini!" gumam Zai duduk bersandar di gazebo.

"Apakah di pikiranmu hanya kesenangan semata tanpa memikirkan perasaanku dan juga anak-anak!" Zai bertanya pada dirinya sendiri, merenung berusaha memahami istrinya selama ini selalu melayani dengan baik tanpa kecurigaan sedikit pun.

Zai pun kembali menikmati kesendirian ditemani angin senja yang menambah syahdu luka di hatinya.

Dua jam duduk di gazebo, Zai pun berniat kembali menjemput Rere dan Gabriel. Zai telah memutuskan, bahwa untuk sementara dirinya akan tinggal di rumah orang tuanya.

*

Sampai di rumah, Zai masuk ke dalam menuju kamar kedua anaknya. Terlihat Gabriel dan Rere sedang bercanda.

"Kalian sedang belajar?" tanya Zai saat membuka pintu kamar dan keduanya berhambur memeluk Zai yang baru pulang.

"Papaaa! Papa darimana saja?" tanya Gabriel yang duduk di pangkuan Zainudin.

"Papa habis dari kantor sayang," ucap Zai berbohong.

"Papa, malam ini temani Gabriel tidur. Sudah lama Papa tidak membacakan dongeng tidur dengan Kak Rere." ujar Gabriel yang menatapnya dengan polos.

Zai tersenyum memandang wajah polos putranya dan beralih ke Rere yang duduk di kursi meja belajar yang juga menatapnya penuh harap.

"Baiklah. Malam ini Papa akan membacakan dongeng untuk kalian berdua. Akan tetapi, kalian cuci wajah dan kaki dulu sebelum tidur." kata Zai meminta pada anaknya dan beranjak berdiri menuju kamar mandi.

"Horeee."

Selesai keduanya dari kamar mandi, Rere dan Gabriel meloncat ke kasur dan berebutan memeluk papanya.

"Kalian sudah siap?"

"Siaaappp."

Zai mulai mendongeng kisah kancil dan keduanya mendengarkan dengan baik. Hanya beberapa menit Gabriel langsung tertidur memeluk Zai.

Sedang Rere masih mendengarkan cerita dan tak lama mulai tertidur juga memeluk Zai dengan bersandar di lengannya.

Melihat keduanya sudah tidur, Zai menutup buku dongeng lalu menyelimuti Gabriel dan menggendong Rere memindahkannya di kasur bersebelahan dengan kasur Gabriel.

Zai kemudian menyiapkan koper Rere dan Gabriel, lalu memasukkan baju dan perlengkapan sekolah yang lain di tas mereka masing-masing.

"Selesai juga akhirnya."

"Selamat malam anak-anakku. Mulai besok kita kerumah kakek." gumam Zai berucap lirih dan keluar kamar menuju kamarnya."

Membuka pintu kamar, ternyata kamar kosong.

"Kemana Reni? Mungkin saja berada di kamar Jordan. Biarkan saja! Toh dia bukan anakku." Zai berucap dalam hati dan menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya yang lengket.

Keluar kamar mandi, Zai berjalan menuju lemari dan mengambil piyama tidurnya. Setelah memakai, Zai mengambil koper yang ada di atas lemari dan memasukkan semua pakaiannya.

"Semua sudah beres. Besok pagi-pagi sekali aku harus berangkat dan segera mengurus surat perceraianku dengan Reni." ucapnya lirih memandang ruangan di kamarnya.

Zai pun melanjutkan merebahkan tubuh dan pikirannya yang lelah setelah semua apa yang terjadi beberapa hari ini.

Keesokan harinya.

Reni bangun dan keluar dari kamar Jordan berniat ke kamarnya ingin melihat apakah suaminya di rumah atau tidak.

Saat berjalan beberapa langkah, Reni tersenyum melihat punggung tegap suaminya baru saja keluar kamar dengan pakaian yang rapi.

"Papa!" Reni memeluk Zai dari belakang dan membuat si empunya berhenti seketika.

"Papa! Mama kangen. Kenapa semalam tidak menyusul Mama di kamar?" Reni bertanya dengan nada manja. Akan tetapi, terdengar menjijikkan di telinga Zai.

"Jadi begini, caramu merayu temanku Gunawan. Sangat menjijikkan!" geram Zai melepas tangan Reni dari tubuhnya begitu saja lalu berbalik menghadapnya.

"Papa!"

"Mama pikir, Papa akan memaafkanmu setelah apa yang terjadi! Tidak Ma. Papa tidak akan memaafkanmu!" imbuh Zai menatap tajam Reni.

"Papa dan anak-anak akan pindah dari rumah ini. Papa akan segera mengurus perceraian kita secepatnya." lanjut Zai yang berbalik menghampiri kamar kedua anaknya tanpa menunggu jawaban Reni.

"Papa tunggu Pa! Tidak bisa begitu Pa! Nanti Jordan nyariin Papa bagaimana?" Reni berucap seraya menyusul kemana suaminya melangkah.

"Itu terserah Mama! Papa sudah tidak peduli!" Zai langsung membuka pintu kamar saat selesai berucap.

"Anak-anak! Kalian sudah siap?" tanya Zai pada kedua anaknya yang telah rapi dan wangi.

"Siap Papa."

"Kalian mau kemana?" Reni terkejut dan bertanya saat masuk ke kamar melihat kedua anaknya sudah rapi dan membawa tas besar.

"Kami mau pergi ke rumah Kakek dan Nenek Ma." kata Gabriel dengan memandang Mamanya.

"Apa! Kalian mau pergi meninggalkan Mama?" Reni berjongkok mensejajarkan posisinya pada Gabriel.

"Tidak Ma. Kami hanya beberapa hari disana. Adik Jordan masih belum sembuh sepenuhnya. Jadi, sementara Mama dan adik Jordan disini dulu." Gabriel berucap seraya menyentuh pipi Mamanya yang berkaca-kaca.

Reni tersenyum walau hatinya sakit akan sikap suaminya yang tidak peduli pada dirinya dan juga Jordan.

"Ayo Rere, kita segera berangkat. Kakek dan Nenek suda menunggu." ajak Zai yang keluar kamar membawa kedua tas anaknya.

"Mama jaga diri dan juga jaga baik-baik adik Jordan. Sampai jumpa Ma." Gabriel dan Rere bergantian mencium pipi Reni lalu melangkah keluar kamar menyusul papanya yang sudah menunggunya di mobil.

Dalam hati Rere, dirinya juga bertanya-tanya. Mengapa papanya tidak mengajak Mama dan Jordan bersama ke rumah kakeknya. Namun, Rere hanya bisa terdiam tak berani bertanya dengan apa yang terjadi di antara kedua orang tuanya.

Reni tak bisa berbuat banyak dan hanya bisa menangis menahan perasaan yang hancur akibat perbuatannya.

Mendengar suara mobil, Reni langsung berlari keluar kamar melihat mereka bertiga, berharap Zai mau kembali dan memaafkannya.

"Rereee, Gabrieeeel!" teriak Reni duduk bersimpuh di lantai melihat mobil telah keluar halaman rumah mereka.

Di mobil, Rere dan Gabriel melihat Mamanya berteriak memanggil nama mereka dan membuat keduanya sedih sekaligus heran.

"Kak Rere, kasian Mama dan adik Jordan sendirian. Papa! Kenapa kita tidak mengajak Mama dan adik Jordan?" tanya Gabriel dengan polosnya.

Terpopuler

Comments

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

kesalahan orang diingat sedangkan kesalahan sendiri ditutupi

2023-12-21

3

Senajudifa

Senajudifa

itukn salahmu sendiri ten

2023-09-05

1

վմղíα | HV💕

վմղíα | HV💕

kasihan Gibrail dan Rere mereka masih kecil belum tau apa2, Rena tidak berpikir sebelum selingkuh anak yg jadi korban.

2023-06-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!