Zai hanya terdiam duduk dengan memegang kepalanya yang tertunduk. Sedang Reni menangis karena mendapat bentakan dari suaminya.
Zai gak tahu lagi harus bagaimana? Situasi seperti ini membuat dirinya harus berpikir lebih jernih agar kewarasannya tetap terjaga.
Sebenarnya, emosi Zai sudah menumpuk sejak mendengar perkataan dari Dokter. Namun, ditahannya karena mengingat situasinya masih berada di rumah sakit.
"Apa yang kamu lakukan selama aku dinas keluar kota Reni?" ketus Zai bertanya pada Reni.
"Aku hanya dirumah saja Pa, mengantar dan menjemput anak-anak kita. Itu saja!" jawab Reni berbohong lagi.
"Kamu-"
Saat akan berbicara lagi dengan Reni, tiba-tiba Irwan datang mengampiri Zai dengan membawa dua kantong darah.
"Zai, gimana keadaan anakmu?" tanya Irwan memandang keduanya.
"Anakku masih belum sadarkan diri Wan. Ayo kita menemui suster di ruang donor darah." ajak Zai pada Irwan dan meninggalkan Reni sendirian di kursi.
Zai melirik Reni sekilas, "Lihat dan tunggu saja bila kamu ketahuan berbohong lagi." gumam lirih Zai saat melewati Reni.
"Aku harus bagaimana? Mas Zai sudah mengetahui kalau Jordan bukan darah dagingnya. Cepat atau lambat Mas Zai akan menceraikanku kalau selama ini aku selingkuh di belakangnya." ucap Reni dalam hati dengan menatap punggung suaminya yang telah melangkah pergi.
"Tidak bisa! Aku harus mencari cara agar Mas Zai menerima anak itu apapun yang terjadi. Aku bahkan tidak tahu dimana lelaki yang telah menghamiliku berada." tambah Reni berucap dalam hatinya lalu beranjak berdiri masuk ke ruangan Jordan.
Di ruangan donor darah, Zai dan Irwan telah menyerahkan darah tersebut pada suster yang sedang berjaga.
"Terimakasih Pak, silahkan tunggu diluar. Kami akan memberitahu Dokter Sinta." kata suster itu.
"Baik."
Zai dan Irwan keluar ruangan kembali ke ruang VIP dimana anak Zai dirawat.
"Irwan, terimakasih. Jika bukan karena pertolongan darimu. Aku tak tahu lagi kemana mencari donor darah untuk Jordan." kata Zai menepuk bahu Irwan pelan.
"Itulah gunanya teman bro." sahut Irwan tersenyum senang.
Zai dan Irwan masuk ke kamar Jordan dan terlihat Reni duduk di sofa dengan memegang ponsel.
Zai duduk di samping Jordan begitu juga Irwan yang memandang iba pada bocah lelaki itu.
Tak lama suster masuk ke ruangan dan meletakkan donor darah ke tiang, lalu memberi suntikan pada tangan Jordan untuk menambah trombosit pada tubuhnya.
"Semoga anak Pak Zai segera sembuh. Saya permisi dulu." pamit suster itu.
"Aamiin. Terimakasih Suster."
"Alhamdulillah Zai, aku ikut senang. Akhirnya Jordan mendapat tranfusi darahnya dengan cepat." kata Irwan tersenyum senang.
"Justru aku yang harusnya berterimakasih padamu." balas Zai tersenyum.
"Kalau butuh bantuan, jangan sungkan mengatakannya padaku," ucap Irwan.
"Pasti itu."
Reni hanya menyaksikan interaksi keduanya tanpa mengajaknya berbicara.
Kemudian Irwan berpamitan pada Zai dan Reni karena ada urusan mendadak.
Setelah kepergian Irwan, Zai melihat kedua anaknya telah tertidur di lantai dengan beralaskan kasur lantai dengan memeluk guling masing-masing.
Untuk sementara, Zai mengacuhkan Reni dan menunda masalahnya hingga Jordan sembuh. Kemudian dirinya memilih tidur di kursi menemai Jordan disampingnya.
Reni yang melihat hal itu hanya mendengkus geram dan merebahkan tubuhnya di sofa.
*
Keesokan harinya, Jordan terbangun disaat subuh dan mengerjapkan matanya melihat ruangan yang serba putih dengan bingung lalu melihat sekeliling.
Lalu Jordan melihat di samping ada papanya yang tertidur dengan tertunduk di ranjangnya.
"Papa-"
Zai yang menyadari ada tangan yang menyentuh kepalanya segera bangun dan melihat Jordan telah sadar.
"Jordan? Kamu sudah sadar Nak?" Zai mencium kening Jordan.
Tak lama, Reni terbangun menyadari ada suara Jordan yang berbicara dengan suaminya.
"Jordan sayang," Reni mendekat dan mencium kening anaknya.
"Mama, mama." Jordan mengangkat tangannya ingin di gendong Reni.
"Jordan masih sakit, jadi belum bisa di gendong sayang," ucap Reni memegang tangan mungil Jordan lalu menciumnya beberapa kali.
"Jordan sayang? Papa keluar dulu mau mengambil baju di mobil." pamit Zai pada anaknya.
Jordan mengangguk menanggapi perkataan papanya.
Reni menatap suaminya dengan menahan kesal dan kecewa karena sejak kejadian semalam dirinya di acuhkan begitu saja.
"Oke. Kali ini Papa mengacuhkanku. Lihat saja saat sudah pulang nanti." Reni berkata dengan yakin bahwa dirinya bisa menaklukkan Zai setelah apa yang terjadi.
Di parkiran, Zai telah mengambil baju di koper miliknya dan mengganti dengan yang baru di mobil.
Selesai mengganti baju, Zai duduk di mobil memikirkan Jordan dan apa yang harus dilakukan terhadap istrinya.
"Reni, aku tak akan tinggal diam bila benar kamu berselingkuh di belakangku selama ini," ucap Zai menatap rumah sakit di depannya itu.
Zai keluar mobil setelah berdiam diri lama di mobil seraya memikirkan bagaimana langkah kedepan perihal rumah tangganya ini.
Untung saja suasana pagi yang sepi ini belum begitu banyak orang. Lebih baik, aku pergi ke kamar mandi umum di rumah sakit ini.
Zai berjalan menuju mushola dan berniat mandi disana sekalian menunaikan ibadah sholat subuh.
Selesai menunaikan ibadah sholat subuhnya, Zai kembali menemui keluarga kecilnya di ruang VIP.
Membuka pintu, Zai melihat ketiga anaknya bercanda tertawa bersama istrinya di samping kiri kanan Jordan.
"Kalian sudah mandi?" tanya Gabriel dan Rere.
"Belum Pa, kami berdua baru saja bangun dan melihat Jordan sadar langsung mengajaknya mengobrol." ujar Rere tertawa senang melihat wajah adiknya yang sudah tidak pucat seperti sebelumnya.
"Baiklah, kalau begitu kalian mandi dulu," pinta Zai pada kedua anaknya.
"Yeeyy."
Zai terlebih dulu memandikan Gabriel mengacuhkan Reni yang berada di depannya. Rere kembali mengajak Jordan yang duduk bersandar dengan berbicara dan sesekali bermain di beberapa aplikasi game ponselnya.
Beberapa menit selesai, Zai meminta Rere mandi membawa handuk dan juga baju gantinya. Kemudian Zai mengambil baju ganti Gabriel yang berada di tas dan menyisir rambut serta memakai minyak wangi di tubuhnya.
Tak lama Rere juga selesai mandi dengan wajah segar dan wangi aroma sabun. "Papa, Rere lapar?" tanya Rere duduk di lantai bersama Papa dan adiknya.
"Baiklah, setelah ini kita pergi ke warung depan rumah sakit." ujar Zai.
"Horeeee."
Reni hanya menatap suami dan kedua anaknya dengan tatapan sulit diartikan. Antara ketiga anak dan permasalahan yang dihadapinya saat ini benar-benar membuatnya tak bisa berbuat banyak.
"Sekarang sudah cantik dan ganteng. Yuk, kita keluar jalan-jalan pagi." ajak Zai menggendong Gabriel dan menggandeng tangan Rere.
"Mama, kami pergi cari makan dulu ya?" pamit Rere lalu berjalan keluar bersama papanya.
Reni hanya mengangguk menanggapi perkataan Rere.
Hai semua, terimakasih sudah mampir ke karyaku. Jangan lupa dukungannya ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Senajudifa
jarang up sekarang y din
2023-09-03
1
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
zai bapak yg baik ke semua anak2nya 😭 aku msh blm ikhlas ada yg bkn anaknya 😭
2023-06-25
1
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
zai udah sayang banget 😭. begitu siuman lgsg dicium 😭
2023-06-25
1