Bab 5

"Ada apa sih sebenarnya? Dan lo? Kita belum kenal kan, kenapa sampe segitu nya? " Gara tertegun sejenak. Berarti penyamarannya belum ketahuan?

Pria itu segera berdiri lagi.

"Ah itu, lo mau tau yang sebenarnya kan? Kita bisa bicarakan semuanya di kafe sebrang. Nggak papa kan? " Ucap Gara sembari melirik kearah Devan.

"Iya, gue butuh penjelasan atas pembicaraan kalian tadi. Sejelas jelasnya" Ucap Gea yang di sambut dengan anggukan dari Gara.

***

Kafe Nirmala

"Jadi gimana ceritanya? Sampe kalian ngomong kayak tadi? Sampe nangis segala lagi?" Ucap Gea.

Gara pun memutuskan untuk menceritakan semua yang terjadi. Dia sudah tak bisa tahan lagi. Padahal baru satu hari berada di sekolah yang sama dengan Rani, tapi dia sudah tak sanggup lagi untuk menutupi ini semua. Semua hingga ke penyamaran nya.

Gea tampak syok setelah mendengar semua cerita dari Gara. Tak jauh berbeda dengan Gara yang ikut mengeluarkan air matanya. Hati nya seakan kembali teriris ketika menjelaskan semuanya kepada Gea.

Bagaimana dia akan menjelaskan hal yang sama pada Rani nantinya jika pada Gea saja air mata nya tak bisa di tahan lagi.

Gea menutup mulutnya dengan tangan, air matanya mengalir, dada nya terasa sesak. Orang yang spesial bagi sahabatnya itu telah pergi?

Bagaimana dengan reaksi Rani nantinya ketika dia mengetahui semua ini?

"Tolong jangan ceritain semua ini ke Rani hiks.. Lo tau kan apa maksud gue? " Ucap Gara di iringi dengan isakan tangisnya.

"Te terus.. Rani hiks.. Dia cerita ke gue.. Kalau pas malam setelah Olimpiade nya dia nelpon Arga, la lalu.. Hiks.. Hiks.. " Ucap Gea sesegukan, lidahnya terasa begitu kelu.

"Ya, itu.. Itu gue... Hiks.. Itu gue Ge" Ucap Gara bergetar.

"L lo? "

"Terus sekarang gimana hiks..? Sebagai Arga palsu, lo lo harus ngelakuin sesuatu Ga.. Hiks.. Mending Rani ngerasain sakit karna di putusin, dari pada dia ngerasain sakit kehilangan untuk selamanya" Ucap Gea.

"Gue bakal lakuin itu sekarang, nggak nggak... Arga bakal ultah 3 hari lagi. Sebagai Arga palsu, gue bakal mutusin Rani di hari itu" Ucap Gara.

"Terserah lo aja, yang penting segera di putusin Rani Ga. Gue nggak tega kalau dia tau yang sebenarnya" Ucap Gea, kedua pria itu hanya menganggukkan kepala.

***

Gea kembali keruang latihan dengan wajah sembab. Rani yang melihat nya merasa heran sekaligus khawatir.

"Ge? Lo kenapa? Habis nangis gitu? Lo sakit? Lo kecapean ya? Kita pulang aja ya. Lo nginep di rumah gue aja" Ucap Rani khawatir sembari memegang pundak Gea.

"Rani... Gue di putusin sama pacar online gue.. " Ucap Gea berbohong.

'Sorry Ran... Gue nggak maksud bohongi elo kayak gini. Ini demi kebaikan lo juga kok' Ucap Gea dalam hati.

"What? Sejak kapan lo punya pacar online Ge? Kok gue nggak tau sih? " Ucap Rani kaget.

"Mungkin gara gara gue nggak cerita sama lo, makanya gue di putusin.. Huhu.. " Ucap Gea lagi. Lalu memeluk sahabatnya itu.

Pelukan dengan arti untuk menguatkan sahabatnya, bukan karena patah hati yang di buat buat olehnya.

'Bener kata Gara, berbohong itu sulit' Ucap batin Gea.

"Udah dong nangisnya. Kita pulang ya, lo tenangin diri lo dulu. Oh, gue ambilin teh anget ya di pantry" Ucap Rani sembari bangkit dari duduknya.

"Nggak usah Ran, kita pulang aja ya. Mata gue sakit kebanyakan nangis" Ucap Gea.

Rani hanya bisa mengangguk dan tersenyum kearah sahabatnya itu.

***

"Kita mau ke mana Ga? " Tanya Devan sembari melihat lihat dinding yang penuh dengan lukisan lukisan aneh.

"Masak" Balas Gara singkat.

"Masak? " Ucap Devan membeo.

"Lo bisa masak? "

Gara tak menjawab. Pria tampan itu memilih untuk membuka pintu besar di depannya. Lalu berjalan kearah kulkas berukuran sedang dan membukanya.

"Gila!! Ini Dapur? Gue baru liat dapur sebesar dan semewah ini sumpah" Ucap Devan takjub.

"Kalau capek lo duduk aja di sofa" Ucap Gara.

Tangan pria itu kini telah penuh dengan keranjang berisikan sayuran.

"Lo beneran bisa masak? " Tanya Devan yang memilih untuk mendekat ke arah Gara.

Gara memilih diam dan memulai ritual memasak nya.

Di mulai dari celemek yang di pasang di tubuhnya. Lalu pelemasan tangan serta lengannya.

Pria itu kemudian mencuci semua bahan dan membawanya ke atas meja.

Dengan lihai nya ia memotong semua sayuran yang ada di atas meja itu. Kurang dari 5 menit semua telah menjadi cincangan cincangan kecil.

Devan di buat tak percaya dengan yang di lihatnya saat ini. Ini beneran Gara kan?

Layak nya seorang Chef, Gara menggoyangkan teflon nya hingga masakannya terombang ambing di udara.

Devan yang tak percaya pun mencubit pipinya. Oh, benar benar multi talenta.

Hingga beberapa menit kemudian, masakan yang tadi nya terombang ambing di udara kini telah siap di sajikan di atas pring putih.

"Wow.. Amazing Ga.. Lo bener bener hebat banget. Lo ikut kursus di mana sih? Selihai itu? Gue boro boro masak yang begituan, masak nasi aja kagak bisa" Ucap Devan.

" Nggak usah berlebihan. Mending sekarang kita makan dulu, habis ini gue masih ada kegiatan lain" Ucap Gara lalu mulai menyendokkan nasi ke atas piringnya.

" What? sepadat itu kah kegiatan lo bro? " Tanya Devan kaget. Namun, pria itu segera diam ketika melihat mimik wajah Gara yang tak peduli.

Tangannya menyendokkan tumis brokoli kedalam mulutnya dengan perlahan. Meski takjub dengan proses pembuatannya, ia juga harus berjaga dengan rasanya. Sebab lidahnya sangat senstif dengan rasa makanan.

Setelah di masukkan kedalam mulutnya, ternyata..

Devan merasa seperti jatuh cinta pada seorang gadis. Sangat enak, hangat dan pokoknya luar biasa. Rasa yang tak bisa di jelaskan dengan kata kata.

"Ah enak banget masakan lu bro. Gue bakal langganan nih. Kalau mau, lo bawain juga buat Rani. Itung itung buat pendekatan.

Ukhuk..

" Eh, lo nggak papa? " Tanya Devan khawatir.

Gara tak menjawab, ia meraih gelas berisi air yang berada di atas meja lalu meminumnya.

"Jangan omongin soal itu dulu Van. Gue lagi nggak mau bahas" Ucap Gara lalu kembali menyuapkan makanannya kedalam mulut.

" Ya maaf.. "

Nging..

Nging..

Nging..

" Apaan tuh? " Tanya Devan.

"Kebakaran, kita harus keluar dari sini" Ucap Gara panik.

Pria itu langsung menarik lengan Devan tanpa menunggu nya mengeluarkan kata kata.

Kedua nya langsung berlari keluar dari ruangan itu. Devan yang awalnya tidak mengetahui tempat apa sebenarnya yang ia datangi itu, di buat terkejut karena melihat banyak orang di depannya ketika membuka pintu hitam di ujung ruangan.

Asap hitam mengepul tebal, mengaburkan pandangan orang orang yang panik katakutan.

Gara terhenti sejenak, teringat dengan album foto yang berisi foto fotonya dengan Arga. Album itu masih berada di dalam lemari kecil di dapur.

Ia harus kembali untuk menyelamatkan album itu. Namun Devan menahannya.

" Lo mau kemana Ga? Bahaya!" Ucap Devan berusaha mengalahkan suara yang menuhi tempat itu.

" Gue mau ngambil sesuatu, lo deluan aja" Ucap Gara.

Namun Devan kembali menahannya.

"Nggak bisa, api nya udah mulai menyebar Ga! " Teriak Devan.

Gara yang merasa kesal pun menarik lengan Devan dengan kuat menuju pintu utama lalu mendorong nya keluar.

Sementara ia berlari lagi ke dalam menuju dapur guna mengambil album foto itu.

"Gara..!! " Usaha Devan menjadi sia sia ketika petugas DAMKAR menahan lengannya.

Sementara Gara, kini pria itu seakan berada di tengah kematian. Di sekelilingnya api api merah merayap dengan cepat.

Dengan susah payah pria itu melewati api api yang berkobar. Akhirnya ia berhasil menemukan laci yang di carinya.

Namun, kendala kembali datang. Laci kecil itu terkunci rapat. Gara segerak mengorek saku nya guna mencari kunci itu.

Nihil, kunci itu tak ada di dalam sakunya. Frustasi, benar benar frustasi. Gara memutuskan untuk memaksa membuka laci itu.

Tapi sia sia. Tenaganya sudah habis karena asap yang terus masuk memenuhi paru parunya. Ingin menangis, tapi itu tak akan membuatnya lega apa lagi membuat laci itu terbuka.

Nafas nya mulai terengah, namun tangan nya tetap menarik narik laci itu berharap bisa segera terbuka.

Akhirnya setelah usaha penuh yang ia keluarkan, laci itu pun terbuka.

Gara segera mengambil dan langsung memeluk album berharga itu. Air matanya jatuh begitu saja, bahagia karena bisa memeluk album itu.

Namun, ia telah kehilangan tenaganya untuk berjalan. Sementara api semakin membesar dan mendekat kearahnya.

' Kalau ini akhirnya, gue rela. Maaf kak, gue nggak bisa memenuhi keinginan lo buat jaga Rani. Bahkan baru satu hari gue berbohong, rasanya udah bertahun tahun gue menyimpan semuanya dari Rani. Maaf.. ' Ucap batin Gara.

Pria itu kemudian menutup matanya sembari tersenyum. Tangannya memeluk erat album foto yang berharga itu.

Gelap..

***

Terpopuler

Comments

Rina_Ibnu_Hajar

Rina_Ibnu_Hajar

keren kak

jangan lupa mampir di novel ku ya kak "Gadis Pejuang Bisnis Kecantikan MLM"

2023-04-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!