Bab 3

"Tolong duduk semua nya, hari ini kita kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan namamu ya" Ucap Bu Teti.

"Perkenalkan namaku Raga, pindahan dari Cirebon. Salam kenal semua, mohon bantuannya" Ucap siswa baru itu lalu membungkukan tubuhnya.

Rani masih terpaku melihat siswa baru itu.

"Silahkan duduk di bangku yang kosong ya" Ucap bu Teti.

Raga berjalan menuju bangku paling belakang. Lebih tepatnya pas di belakang bangku milik Rani.

Gea yang duduk di sebelah Rani pun tersenyum senang. Akhirnya setelah sekian lama pemilik bangku belakangnya itu datang seperti musim, datang juga pemilik baru yang bisa di pastikan akan setia pada bangkunya itu.

"Wah.. Hai gue Gea, salam kenal ya. Nama lo Raga kan? " Ucap Gea sembari mengulurkan tangannya.

"I iya salam kenal juga" Ucap Raga lalu menundukkan kepalanya lagi.

"Ran, lo kenalan juga dong" Ucao Gea memaksa.

"Iya.. Hai gue Rani, semoga kita bisa akrab" Ucap Rani tersenyum sembari mengulurkan lengannya.

Raga merasa ragu untuk membalas uluran tangannya. Tapi dia ingat, ini adalah kesempatan nya untuk bisa dekat dengan wanita di depannya itu.

***

Flash back...

Gara, pria tampan itu kini tengah duduk di sofa panjang ruang kerja miliknya.

"Ini kafe lo? Lo yang bangun sendiri? " Devan yang baru saja menyusul masuk di buat kagum dengan hasil kerja keras yang sudah di lakukan oleh Gara.

"Begitulah, nggak sepenuh nya hasil kerja keras gue sih. Awalnya gue taruhan sama papa. Kalau gue nggak mau di jodohin sama anak temannya, gue harus bisa ngembangin kafe ini selama gue duduk di bangku SMA. Dan ya.. Seperti yang lo liat, gue berhasil karna ambisi gue yang nggak mau di jodohin.

Dan juga, gue udah berhasil membuat cabang nya di beberapa tempat. Papa gue sampe nggak percaya kalo gue yang ngembangin kafe ini" Jelas Gara panjang lebar.

"Hebat!! " Ucap Devan tersenyum.

"Van.. Lo bilang, lo punya rencana soal yang di tulis sama Arga. Rencana apa? " Tanya Gara.

"Hah.. Gini, gimana kalo lo pindah kesekolah Rani? Dengan begitu, lo bisa cari cara buat deket sama dia terus bisa sekaligus jagain dia. Dan kebetulan kan gue juga sekolah di sana, jadi kita bisa ngatur rencana buat kedepannya" Jelas Devan.

"Tapi gimana ya.. Arga pernah ke gue kalo di sering ceritain tentang gue ke Rani. Kalau Rani tau gue saudaraan sama Arga, gimana kalo dia nanyain tentang Arga ke gue? Gue harus jawab ap-" Kalimat Gara yang belum selesai itu langsung di potong oleh Devan.

"Nggak gitu konsepnya Gara.. Lo pake nama samaran dong" Ucap Devan sembari duduk di sebelah Gara.

"Nama samaran? Maksud lo? "

"Ya nama samaran, misalnya... " Devan terdiam sejenak.

"Raga!! " Ucap keduanya serentak.

"Nah, udah sepemikiran kan. Kita lanjut buat modif setelan lo gimana? " Kalimat pendek itu sontak membuat Gara tercengang.

"Makaud lo gimana? Ngubah penampilan gue? Hah? " Tanya Gara memastikan.

"Udah lo ikut aja. Ini demi Arga kan.." Ucap Devan.

Gara seketika terdiam mendengar kalimat terakhir sahabat kakaknya itu. Ya, dia melakukan semua ini demi kakaknya.

***

Flashback off

"Loh Ga? Kamu nangis? " Tanya Gea menyadarkan lamunan Raga alias Gara.

"Eh" Sontak Gara langsung menarik tangannya yang sempat berjabat dengan tangan Rani.

Gara langsung melonggarkan kacamatanya untuk menghapus air matanya.

"Lo nggak papa kan? " Rani memajukan kepalanya lalu memiringkannya guna memastikan bahwa pria berkacamata itu baik baik saja.

Gara mengangkat kepalanya.

Mata mereka beradu sesaat.

'Apa boleh aku menggantikan posisi Arga buat jagain lo? ' ucap Gara membatin.

"Rani sama Gea.. Tolong jangn asik sendiri di belakang sana ya... Disini masih ada ibu lho" Ucap bu Teti kesal.

Gara langsung melepaskan tatapannya dari Rani.

Rani dan Gea pun langsung terdiam dan terfokus pada pelajaran guru kiler mereka yaitu bu Teti.

***

Bel istirahat telah berbunyi beberapa saat yang lalu. Kini Gara tengah terduduk di bangku kantin bersama dua wanita yang tadi mengajak nya berkenalan lebih dulu.

Pria dengan samaran kecamatannya ini tampak canggung. Namun ia berusaha untuk membiasakan diri dengan samarannya itu.

"Untuk hari ini gue yang bakal mesenin, lo kayak biasa kan Ran? " Ucap Gea dan mendapatkan anggukan dari sahabatnya itu.

"Kalo lo Ga? Mau pesen apa? " Tanya Gea.

"Samain aja deh kayak Rani, aku juga belum tau menu yang ada di kantin ini" Ucap Gara.

"Oh oke.. Besok gue bakal kasih tau lo semua menu yang ada di kantin ini oke.. " Ucap Gea sembari meninggalkan sahabat dan teman barunya itu berdua.

"Emm.. Ga gue boleh nanya nggak? " Ucap Rani.

"Mau nanya apa? "

"Emm.. Gini, kan lo itu cowok. Jadi pasti lo tau lah kan emm hadiah yang bagus buat cowok gitu. Gue bingung mau ngasih kado apa buat pacar gue. Soalnya 3 hari lagi dia ultah. Nggak mungkin kan gue sebagai pacarnya nggak ngasih hadiah" Ucap Rani.

Gara terdiam sejenak.

'Gue bener bener ngerasa bersalah banget sama Rani, karna udah ngerahasiain semua hal yang seharusnya dia tau. Apa boleh kayak gini terus? ' Ucap batin Gara.

"Emm.. Gini Ran, pertama kamu harus pahami dulu style pacar kamu itu. Baru kamu bisa nentuin hadiah yang cocok buat dia. Aku siap buat bantuin kamu nyariin hadiahnya" Ucap Gara.

"Serius lo mau bantuin gue gitu aja? Duh sorry ya padahal kita baru kenalan tadi, tapi gue udah minta tolong aja sama lo" Ucap Rani.

"No problem Ran, toh aku juga nggak bakal rugi kan kalo bantuin kamu" Ucap Gara tersenyum.

"Oh ya, kebetulan banget tau nama lo sama nama pacar gue itu nggak jauh beda. Pacar gue Arga dan lo Raga. Kayak kebalikannya gitu" Ucap Rani antusias.

Gara hanya tersenyum. Tersenyum kecut.

"Sorry gue malah bahas yang lain hehe..

Lanjut ya..Hmm ,kalau dari hasil pengamatan gue sih, Arga itu suka warna biru. Terus suka farfum yang nggak terlalu mencolok tapi wangi nya tuh lembut. Terus dia juga-" Kalimat Rani di potong begitu saja oleh Gara. Entah apa yang ada dalam fikiran pria satu ini. Mulutnya bergerak begitu saja.

"Ngelukis, motret, gitar, ontime dan hiking. Iya kan? " Ucap Gara dengan tatapan kosong. Matanya berkaca ketika menyebutkan hal hal yang di sebutkan olehnya itu.

"Tungu tunggu.. Eee.. Kok lo bisa tau gitu sih? Atau lo kenal sama Arga? " Pertanyaan Rani membuat Gara sadar dengan apa yang baru saja ia ucapkan.

'Astaga.. Mulut.. Lo nggak bisa ngerem banget sih' Ucap Batin Gara mengelur.

"Raga.. Hei gue nanya sama lo. Kenapa diem aja? Lo kenal sama Arga? " Tanya Rani mendesak.

Gimana ini?

Jawaban apa yang harus aku kasih ke Rani?

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!