"I itu.. Aku cuma nebak nebak aja kok " Ucap Gara sembari tersenyum.
"Ya ketebak aja gitu.. Kan kalo cowok suka wangi yang lembut sama warna biru, kemungkinan besarnya dia suka hiking. Kalau udah suka haiking nggak menutup kemungkinan dia suka ngelukis dan memotret. Gitu.. Hii" Ucap Gara mencoba menjelaskan dengan lebih intens tapi tetap gelagapan.
'Gue jadi curiga sama Raga. Jangan jangan dia kenal lagi sama Arga. Atau bahkan saudaraan? Tapi gue nggak bisa nanyain itu secara terang terangan sih. Harus gue selidikin' Ucap batin Rani.
"Iya juga sih. Tapi itu bener banget lho" Ucap Rani.
"Wiihh serius amat sih ngobrol nya. Liat nih gue bawa siapa... Devaaannnn" Ucap Gea tersenyum lebar.
"Loh udah di sini aja lu Ga. Gue cariin juga, temen kelas lo bilang lo udah pergi sama Rani Gea ke kantin. Gue jadi nyusulin kan" Ucap Devan sembari duduk di sebelah Gara.
"Iya nih, tadi aku diajak sama mereka. Nggak mungkin kan nolak ajakan temen baru" Ucap Gara yang di sambut dengan tawa kedua gadis cantik itu.
"Kalian udah pada kenal? " Tanya Rani.
"Udah dong. Karna gue yang ngerekomendasiin sekolah ini ke Raga" Balas Devan bangga.
"Bisa gitu ya, haha" Ucap Gea tertawa kecil.
***
Bel pertanda pulang telah berbunyi. Devan segera mendatangi kelas Raga. Mereka sudah berjanji akan pulang bersama untuk mengunjungi suatu tempat.
"Hah.. Gue kira bakal ketahuan sama Rani. Dia orangnya curigaan banget" Ucap Gara setelah berada di dalam mobil milik Devan.
"Ya harus hati hati aja Ga. Rani itu orang nya teliti banget. Bahkan kalau dia mau jadi detektif, pasti bakal cocok banget. Selesai semua masalah. Ingat ya bro, Rani bakal nyelidikin apa pun yang membuat hatinya nggak nyaman sampe dia menemukan jawabannya" Ucap Devan memperingati teman baru nya itu. Gara menganggukkan kepalanya.
***
Studio musical
"Ga, lo mau ngapain kesini? " Tanya Devan.
"Ini salah satu kerjaan gue Van" Ucap Gara lalu beranjak memasuki Studio.
"What? Salah satu? " Tanya Devan tertahan.
Devan kembali di buat takjub dengan ke adaan di dalam studio.
"Kerjaan lo emang apa Ga? " Tanya Devan.
"Ngecover lagu. Udah lo liat aja dulu" Ucap Gara.
"Mas saya mau nge cover lagu yang kemarin di bilang sama pak Rizal" Ucap Gara pada seorang pria yang tengah berhadapan dengan laptop miliknya.
"Atas nama mas Gara ya? " Tanya pria itu.
"Ya, benar mas"
"Mas Gara... Kayaknya saya pernah liat deh. Tapi bukan mas ini" Ucap pria bername tage Fuad itu.
Devan yang berada di belakang Gara melepaskan tawanya hingga terbahak.
"Lo kenapa ketawa? " Tanya Gara kesal.
"Ya lo juga gimana sih? Coba lo copot dulu kacamata lo, terus lo ubah tu bentuk rambut lo" Ucap Devan.
"Ini juga gara gara lo. Ide lo kan" Ucap Gara kesal sembari melakukan apa yang di suruh oleh Devan.
"Kalau gini udah jadi Gara yang masnya liat belum? " Tanya Gara.
"Nah, iya.. Berarti mas nya sama? Kok bisa ya? Saya bener bener pangling lo mas. Selain bisa impersonate, ternyata mas nya juga jago akting ya " Ucap pria itu tersenyum lebar.
"Bisa aja masnya. Jadi saya udah boleh masuk belum nih? " Tanya Gara.
"Oh tentu mas, tanda tangan dulu di sini" Ucap pria itu sembari menyerahkan kertas data kearah Gara.
"Sekarang saya masuk ya" Ucap Gara lalu meninggalkan pria itu. Sementata Devan hanya menguntit di belakang nya.
***
Kini pria tampan berseragam sekolah itu tengah duduk didalam sebuah ruang bertutup kaca tebal. Di depannya terdapat sebuah mikrofon.
Nada nada lagu mulai terdengar. Devan ikut menikmati nada nada itu.
'Sebenarnya Gara punya berapa kerjaan sih? Terus apa maksudnya salah satu? Hadeh... ' ucap batin Devan.
Membalut luka lagi..
Yang kutahan hingga kini..
Habis sudah nafasku..
Menyebut namamu.. .
'Suara Gara bagus banget sih. Iri gue.. Gimana mau nolak coba? Suaranya emas gini. Kira kira kerjaan Gara apa lagi ya selain nyanyi sama pemilik sebuah kafe yang bercabang? Gue jadi penasaran banget'
***
"Raann... Lo kenapa sih? Galau gitu? " Tanya Gea sembari menyentuh pundak sahabatnya itu.
"Ini Ge, dari tadi tuh gue nelponin Arga tapi dia nggak jawab iawab. Gue jadi khawatir.. "Ucap Rani sembari menunjukkan layar handphone nya.
" Mungkin aja Arga lagi sibuk Ran.. Udah lah enjoy aja.. Santai, nggak usah lu pikirin. Lo bilang bukannya mau latihan ya? Ntar kemaleman lagi" Ucap Gea.
"Ah, astaga.. Gue sampe lupa.. Untung lo ingetin. Gue siap siap dulu deh. Thanks Gea, lo emang sahabat terbaik gue" Ucap Rani lalu menepuk bahu sahabatnya itu. Sembari berdiri lalu melangkahkan kakinya menuju ruang ganti.
***
Rani dan Gea kini tengah berada di dalam Studio yang sama dengan Gara.
Namun, ketika Rani dan Gea memasuki ruang latihan, Gara dan Devan keluar dari pintu lain tanpa saling menyadari keberadaan satu sama lain.
Rani mendudukkan bokongnya di kursi kecil beroda di depan sebuah piano besar.
Rani mulai menari narikan jari jari lentiknya di atas not not piano itu.
Sementata Gea, gadis itu mulai menggerakkan tubuhnya menari kesana kemari. Begitu serasi dengan nada piano yang di mainkan oleh Rani.
Setelah beberapa menit mereka berlatih, akhir nya Rani beralih ke gitar yang terpajang di sudut ruangan.
"Lo serius Ran mau lanjut? " Tanya Gea dengan nafas yang tak teratur.
"Iya, pensi nya bentar lagi kan? Awal tahun malah. Nggak enak kalau penampilan kita nggak sempurna" Ucap Rani.
"Ya udah deh, gue tinggal ya. Mau nyari angin dulu. Pengap hidung gue" Ucap Gea.
Rani hanya mengangguk. Akhirnya ia di tinggal seorang diri oleh sahabatnya itu.
***
Gea berjalan jalan melewati lorong lorong dengan hiasan foto foto para artis yang memulai karirnya di studio ini.
Hingga mata nya terpaku pada sebuah foto seorang pria tampan bertopeng hitam.
Tertulis jelas nama nya disana.
'Black Mamba'
"Black mamba? Hah? Dia bakal tampil di Kafe Love Star minggu depan? Gue harus bilang sama Rani.. " Ucap Gea antusias dengan ssenyuman yang terus menghiasi wajahnya.
Saat hendak kembali, Gea menghentikan langkahnya ketika mendengar sebuah obrolan yang menarik perhatiannya.
"Lo harus bisa move on Ga.. Gue juga sama kayak lo.. Sebagai sahabatnya Arga, gue juga terpukul karna kepergiannya. Tapi lo fikirin juga karir lo" Ucap seseorang itu dari balik tembok. Ya orang itu tak lain adalah Devan.
"Apa gue boleh kayak gini Van? Gue nggak tega sama Rani. Harus bohong kayak gini? Nggak papa kalau harus ngorbanin perasaan gue. Tapi.. Setiap kali gue ngeliat wajah Rani gue selalu terfikir, apa gue mampu menggantikan posisi Arga? Apa gue mampu gantiin cinta Arga buat Rani? Selamanya? Apa dia bisa nerima gue saat dia udah tau semuanya? " Ucap Gara panjang lebar.
"Kita harus akhiri ini Van, kita harus ungkapin semuanya" Lanjut Gara.
"Tap-" Belum sempat Devan membalas ucapan Gara, sebuah suara membuat keduanya terpaku.
" Apa? Rahasia apa yang kalian sembunyiin hah? Apa yang mau di akhiri? Apa hubungannya sama Arga? Arga kenapa? Kenapa lo mau gantiin posisi Arga? Memangnya apa yang terjadi sama Arga hah? Jawab gue Devann!! Dan lo..
Lo siapa sebenarnya? Jelasin ke gue!! " Ucap Gea dengan nada tinggi.
Kedua insan yang berada di depan gadis cantik itu terdiam, terpaku di tempat. Tak tau harus mengeluarkan kalimat apa untuk menjelaskannya.
Gara menjatuhkan lututnya kelantai. Menarik tangan Gea dan menggenggam nya. Kepalanya menunduk dalam.
"Maaf.. " Suara itu terdengar lirih dan memilukan. Air mata Gara jatuh hingga membuat lengannya basah.
Gea dibuat semakin heran dengan dua pria di depannya itu.
Pandangannya beralih kearah Devan. Pria itu ikut menundukkan kepalanya. Menahan air mata yang siap jatuh kapan saja.
Apa?
Apa yang terjadi sebernanya?
Gea hanya bisa bertanya dalam benaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments