Bab 2

"Halo Ga, ada apa nih? Udah kangen aja lu. Baru berapa jam yang lalu kita VC an. Haha emang nggak bisa di bohongin kalau gue itu emang super duper ngangenin" Ucap Devan dari balik layar handphone yang di genggam Gara.

Tangan pria tampan itu bergetar.

"Lo ada waktu? " Tanya nya dengan suara parau.

"Loh ini siapa? Ga? Bukan lo ya? " Tanya Devan kebingungan.

Gara menghirup nafas panjang.

"Kalau ada waktu kita ketemu sekarang" Lanjutnya.

"Tap-" Belum selesai kalimatnya, Gara langsung memotong.

"Rumah sakit XX lorong Melati nomor 10 lantai 2. Ada yang harus kita omongin" Ucap Gara lalu memutuskan sambungan teleponya.

Air matanya mengalir lagi, dadanya benar benar sesak. Seperti kehilangan sesuatu yang benar benar berharga dalam hidupnya.

Sementara Devan, pria itu masih kebingungan. Siapa orang yang menelponnya tadi?

Lalu, kenapa orang itu menyuruhnya keruang rawat Arga sahabatnya?

Atau jangan jangan...

Devan segera menghapus pikiran negatif nya. Segera ia mengambil jaket hitam miliknya lalu memakainya. Kopi hitam yang baru ia buat di tinggalnya begitu saja.

Hati nya menjadi gelisah karena terus memikirkan ucapan pria yang menelponnya tadi.

***

Devan kini telah sampai di depan ruang rawat Arga. Wajah nya seketika berubah ketika melihat banyak orang menangis di depan nya.

Devan dibuat semakin bingung dengan yang terjadi di tempat itu.

Sebuah tangan mendarat di pundak Devan.

"Lo Devan kan? " Tanya orang itu yang tak lain adalah Gara.

Devan membalikkan badannya kearah Gara.

"Gue yang nelpon lo tadi. Bisa kita bicara berdua? " Ucap Gara dengan suara parau.

Tanpa menunggu jawaban dari Devan, Gara berjalan meninggalkannya begitu saja.

"Tunggu!! Lo jelasin dulu apa yang sebenarnya terjadi di sini. Terus lo itu siapa? " Tanya Devan.

"Ikut gue"

***

Kini keduanya berdiri di depan jendela berukuran besar di ujung lorong.

"Gue Gara adeknya Arga. Gue... Cuma mau ngasih ini buat lo, dari Arga" Dengan tangan bergetar, Gara menyerahkan amplop kecil kecoklatan kearah Devan.

"Tunggu tunggu, ini maksudnya apa? Emang Arga kenapa? Gue masih nggak ngerti ini maksudnya apa dan gimana. Tolong jelasin ke gue" Ucap Devan.

"Arga.. Arga udah nggak ada.... " Ucap Gara dengan suara bergetar.

"Jangan bercanda.. Gue kenal Arga bahkan deket banget malah, Arga itu orang yang kuat nggak mungkin dia... Dia udah nggak ada" Tanpa sadar air mata pria tampan ini mengalir begitu saja.

"Gue juga sama kayak lo.. Hiks.. Awalnya gue nggak percaya.. Hiks.. Tapi... Tapi... Hiks... " Tangisan Gara semakin menjadi.

"Nggak mungkin Arga.. " Segera pria itu membuka amplop kecil yang di berikan Gara padanya.

Tangisan Devan kian menjadi setelah membaca surat aneh dari sahabatnya itu. Kertas yang di pegangnya itu basah dengan tetesan air matanya.

Ia berusaha tetap tersenyum, namun hati dan matanya terus memikirkan kesedihan yang ia rasakan.

"Nggak... Nggak mungkin.. Hiks.. Arga... " Devan berteriak tertahan.

Apa kabarnya dengan Gara yang merupakan orang pertama yang menyadari kepergian Arga?

Kedua nya sama sama hancur.

Hingga getaran handphone milik Arga menghentikan isakan Gara.

Air matanya terjatuh lagi ketika melihat nama yang tertera di sana.

'RANI SAYANG'

Seketika ia teringat dengan kalimat yang tertulis di kertas pemberian Arga.

'Gue tau ini sulit, tapi gue mohon.. Kalau Rani nelpon, tolong pura pura jadi gue dengan keahlian impersonate lo. Gue cuma nggak mau dia sedih'

"Apa lo tau apa yang harus gue bilang ke Rani? " Tanya Gara.

Devan hanya menggeleng kan kepala nya.

"Night sayang.. Gimana belajarnya di London? Aku kangeeennn banget sama kamu. Kamu juga kangen kan sama aku? " Tanya Rani di sebrang sana. Akhirnya setelah berfikir sejenak, Gara memutuskan untuk mengangkat telpon dari pacar kakaknya itu.

Gara mendongakkan wajahnya keatas untuk menetralisir perasaannya sekaligus suara dan degup jantung nya yang tak teratur.

"Night juga sayang. Alhamdulillah disini lancar kok, kamu baik baik ya disana. Tunggu aku pulang, aku juga kangeeenn banget sama kamu" Ucap Gara, ia memejamkan matanya, menahan agar isakan tangisnya tak terdengar. Air mata tak berhenti mengalir. Rasa bersalah seketika memenuhi hati nya.

"Syukur deh, kamu juga baik baik di sana ya sayang" Ucap Rani, wajah cantik nya tak berhenti tersenyum.

"Rani baru aja menang Olimpiade, lo tau kan maksud gue? " Ucap Devan berbisik lirih di telinga Gara.

Pria itu mengangguk paham.

"Aku tau, kamu pasti nungguin sesuatu kan? " Ucap Gara.

"Nungguin sesuatu? "

"Iya.. Selamat ya atas kemenangan dan keberhasilannya sayangku... " Rasanya semakin sesak.

"Thank you sayang... Pasti kamu tadi nonton Olimpiade aku ya? Pasti penampilan aku jelek banget... Iya kaaannnn" Ucap Rani dengan wajah tersipu.

"Nggak sayang.. Di mata aku, kamu itu yang terbaik dan terhebat. Udah malam nih, kamu tidur ya. Besok harus aktivitas lagi kan" Ucap Gara.

"Hmm... Padahal aku masih mau ngobrol sama kamu. Ya udah deh, kamu pasti juga capek kan? Aku tutup ya... Bay sayang.. Moga tidur nyenyak dan mimpi indah, muach.. " Ucap Rani dari balik handphone yang di genggam Gara.

Pria tampan itu menjatuhkan lututnya kelantai. Tangan nya mengusap rambutnya kebelakang.

"Gue bakal gantiin lo buat jagain Rani Kak... " Tubuh Gara bergetar, begitu pun dengan suaranya.

Devan merangkul pundak Gara lalu membawanya kedalam pelukan nya.

"Gue juga punya janji yang sama, gue bakal bantuin lo demi Arga" Ucap Devan bergetar.

Kedua pria tampan itu berpelukan dengan disertai linangan air mata yang terus mengalir.

***

Setelah melewati Olimpiade Musical dua hari yang lalu, Rani kembali bertemu dengan yang namanya belajar dan duduk dikelas.

Ketika berjalan memasuki gerbang sekolah, ia berpas pasan dengan seseorang yang sebelum nya tak pernah ia jumpai.

Rani yang melihat itu merasa heran, memangnya ada anak pindahan yang masuk hampir di akhir semester seperti ini?

"Rani... Lo dengerin cerita gue nggak sih ? Dari tadi gue nyerocos panjang lebar ke elo, tapi respon lo cuma diem aja? Why? " Gea Anandra. Sahabat Rani yang paling cerewet itu memasang wajah cemberutnya.

"Sorry Gea.. Tadi tuh gue sempet ngeliat orang asing, kayaknya anak baru deh" Ucap Rani mencoba menjelaskan.

"Terus hubungannya apa? "

"Ya heran aja gitu, kan kita udah mau habis semester 1. Tapi dia baru masuk, mepet banget nggak sih? " Ucap Rani dengan wajah penuh keheranan.

"Ya udah kali bukan urusan lu juga. Jadi gimana sama Arga? Dia baik kan? " Tanya Gea mengalihkan pembicaraan.

"Baik kok, dan dia juga bilang kalau semuanya berjalan lancar" Ucap Rani.

"Syukur deh. Soalnya gue pernah liat dia lagi minum sesuatu kayak obat gitu. Tapi positif thinking aja sih, mungkin itu vitamin" Ucap Gea lalu memasukkan keripik kentang kedalam mulutnya.

Teng...

Teng...

Teng...

Bel pertanda kelas pertama di mulai. Seorang guru perempuan masuk dengan pakaian khas nya.

Bu Teti, siapa yang tidak kenal dengan guru yang satu ini?

Sudah kiler, ditambah lagi dalam mata pelajarannya pasti lengkap dengan berbagai macam aturan yang ketat.

Seperti nya kali ini Bu guru kiler yang satu ini tidak berjalan masuk kekelas sendirian.

Seorang pria berkacamata dengan seragam yang sama dengan para siswa dan siswi yang berada di kelas itu tampak menguntit di belakang punggung bu Teti.

Rani yang melihat itu sontak membulatkan kedua matanya.

'Dia kan orang itu... ' batin Rani.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!