part 3

Akhirnya selama dua hari hanya berbaring dan di rumah saja, Elena kini bisa pergi keluar rumah karena bagian bawah nya sudah tidak terlalu sakit meski masih sedikit nyeri.

Wanita itu berencana untuk membeli obat pencegah kehamilan. Bisa bahaya dirinya jika dia hamil anak orang yang tidak di kenal nya sama sekali.

Orang tua nya serta Abang nya juga pasti akan sangat kecewa pada nya nanti.

Elena memang tinggal terpisah dari kedua orang tua nya.

Wanita itu memilih kuliah di Indonesia sedangkan keluarga nya berada di luar negeri.

Di perjalanan Elena bersenandung kecil menyanyikan lagu yang di sukai nya.

Dug

Bunyi pukulan di leher nya berhasil membuat Elena tidak sadarkan diri.

"Bodoh, seharusnya tidak menyakiti nya, jika tuan tau pasti kau bakalan kena marah," kesal orang itu pada teman nya.

"Lalu harus bagaimana? Menarik nya secara paksa begitu,"

"Ah sudahlah, cepat bawa dia ke dalam mobil,"

***

"Sayang buka pintu nya, aku tau kau ada di dalam sekarang,"

"Quela, tolong buka pintu nya sayang," ucap Aldrich yang tetap merayu sang kekasih.

"****, kesabaran ku sudah habis," umpat pria itu. Dia sebenarnya bukanlah pria yang sabar, hanya demi gadis nya saja dia mengusahakan nya.

"Baiklah jika kamu tidak ingin membuka nya, aku akan mendobrak pintu kamar mu sekarang," tegas Adlrich pada sang kekasih.

Saat hendak mengambil ancang-ancang untuk mendobrak, tiba-tiba pintu kamar itu terbuka dan muncullah gadis nya dari dalam sana dengan tampang wajah yang tidak bersahabat sama sekali.

"Kau gila, bagaimana jika mommy ku marah karena mau sudah merusak salah satu barang di rumah nya," ucap Quela dengan sinis.

"Mommy tidak akan marah," yakin Aldrich.

Karena mommy dan Daddy gadis nya sudah sangat setuju akan hubungan keduanya dan malah sering kali menititpikan Quela pada nya saat kedua nya memiliki pekerjaan.

"Ada apa?" Ketus gadis itu.

"Aku ingin menjelaskan soal kemarin heum," ucap Aldrich segera masuk ke dalam kamar milik gadis nya.

"Hei, jangan asal masuk," runtuk Quela karena keadaan kamar nya yang sedang tidak bagus.

Sesuai dugaan Quela, Aldrich pasti kaget dengan keadaan kamar nya yang berantakan.

"Astaga,"lirih pria itu yang melihat kamar Quela seperti kapal yang pecah.

Semua bantal dan seprei gadis itu bertebaran di lantai beserta barang-barang lain nya yang tidak sesuai dengan tempat nya.

Dan ****, apa itu, Aldrich menatao tajam ke arah satu botol yang terletak di atas meja nakas gadis itu beserta dengan gelas nya.

"Quela, what is it?" Tanya nya dengan tatapan mengintimidasi.

Quela mendadak gugup dan sedikit takut akan tatapan Aldrich yang tajam ke pada nya. Pria itu seakan-akan ingin memakan diri nya secara hidup-hidup.

"Quela, aku sedang bertanya sekarang!" Ucap nya sekali lagi dengan nada yang rendah.

"Hanya air putih," ucap Quela yang membuat Aldrich tertawa meremehkan.

"Air putih, sungguh, sayang! Apa kamu pikir aku ini adalah orang yang bodoh Hem," ucap Aldrich melempar kan botol alkohol tersebut hingga pecah berkeping-keping di lantai.

Quela sampai terkaget di buat nya. Quela memejamkan mata nya karena takut akibat suara pecahan yang terdengar keras dan memekakkan di telinga nya. Adlrich dalam mode marah seperti ini sangat lah menyeramkan.

"Kamu meminum alkohol?" Tanya Aldrich dengan nada yang datar.

"Apa peduli mu," Quela memberanikan diri nya untuk mengatakan hal itu.

"Apa peduliku kamu bilang hah! You drink alcohol!" Teriak Aldrich sedikit emosi karena melihat Quela yang terlihat sepele.

"Aku cuma minum dikit," cicit Quela.

Aldrich memejamkan mata nya mencoba untuk mengontrol emosi nya. Jangan sampai dia malah kehilangan kendali dan berakhir menyakiti gadis nya. Dia akan menyesali nya jika sampai hal itu terjadi.

Aldrich mendekati gadis itu yang tengah berdiri takut-takut di depan nya.

"Sejak kapan kamu minum itu Hem?" Tanya Aldrich dengan nada yang kini mulai melembut.

Quela menggigit bibir dalam nya sebelum menjawab. Quela memang akan seperti itu jika dia sedang di landa oleh kegugupan.

"Jangan marah tapi ya," ucap Quela mewanti-wanti.

Aldrich menaikkan sebelah alis nya saat mendengar penawaran gadis nya, apa gadis itu sudah sering meminum nya hingga bisa sampai berkata seperti itu.

"Tergantung," jawab Aldrich dengan singkat pada akhir nya.

"Yaudah, aku gak jadi bilang," ucap Quela memalingkan wajah nya.

Adlrich menangkup wajah Quela agar kembali menatap nya. "Jangan melihat ke arah lain, orang yang sedang bicara denganmu tidak ada disna tali di depanmu!"

"okey,"

"Nah sekarang katakan padaku, sejak kapan kamu mulai meminumnya, aku tidak akan marah," jawab Aldrich dengan cepat saat Quela hendak mengelak kembali.

"Sejak seminggu yang lalu di club," Jawa Quela dengan jujur.

Aldrich tersenyum masam. Club? Sungguh dia ingin sekali marah pada gadis itu karena telah berani menginjakkan kaki nya ke dalam sana.

Dia sendiri saja jarang ke tempat itu, dan Quela malah sudah pernah masuk kesana.

"Kamu gak bohong kan sama aku, aku gak suka kamu bohong," ucap Aldrich mencari kebenaran dalam mata gadis nya.

"Iya aku gak bohong, aku meminum nya karena direkomendasikan oleh teman ku," ucap Quela.

"Dan kamu malah langsung meminum nya begitu, astaga sayang, ini tidak baik untuk kesehatan mu sama sekali," ucap Aldrich. sepertinya Aldrich harus mulai membatasi perteman gadis nya itu.

Bisa-bisa nya seorang teman malah merekomendasikan alkohol dan mengajak nya ke dalam club.

"Aku akan menghukum mu nanti karena sudah pergi ke tempat seperti itu, tapi sebelum itu kita harus menyelesaikan pembicaraan ini terlebih dahulu, " tegas Aldrich.

Dia tidak bisa membiarkan nya, jika tidak Quela tidak akan ada kapok nya nanti.

"Kenapa bisa begitu, harus nya aku yang marah pada mu dan menghukum mu kenapa sekarang seperti aku ya g salah disini," ucap Quela.

"Ya kamu salah karena pergi kesana," ucap Aldrich dengan wajah yang sama, tetap menatap gadis nya dengan datar.

"Oke Fine, aku memang salah karena sudah pergi ke tempat seperti itu, tapi aku melakukan nya Karena mu! Aku sakit hati dan overthingking saat itu dan temenku berkata benar jika alkohol bisa membuat ku lupa sejenak akan Masalah ku karena itu aku meminum nya sialan!!" Quela mengatakan nya dengan nafas yang memburu serta berteriak di depan wajah Aldrich.

Aldrich terdiam sebentar, benar itu karena dirinya. Aldrich menjadi merasa bersalah kepada gadis nya.

"Maafkan aku," ungkap Aldrich membawa gadis itu ke dalam pelukan nya.

"Lepaskan aku," ucap Quela memberontak namun tidak semudah itu karena Aldrich tidak membiarkan nya.

Pria itu malah menahan Quela agar tetap pada posisi nya dan Aldrich tstal memeluk gadis nya dengan erat.

"Maafkan aku sayang, aku akan menjelaskan semua nya padamu, tolong dengarkan penjelasan dari ku heum," mohon Aldrich.

"Oke, sekarang jelaskan padaku, smeuanya!"

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!