...•...
...•...
...•...
...•...
...•...
...•...
...•...
Aluna POV
Malam Hari
Aku baru saja selesai mengerjakan Pr, lalu aku merebahkan tubuhku keatas kasur lembutku.
Haachiiimm!!! Haachiiimm!!!
Sesuai dugaan aku bakalan pilek.
Tadi bunda Alea pun sudah memberiku obat sebelum masuk kekamar, Bunda sama Ayah juga udah datengin dokter kerumah karna aku ngak mau kerumah sakit.
Tadi sore setelah aku masuk rumah aku langsung mendapat semprotan dari Bunda Alea dan Ayah Dion, bukan marah karna aku pulangnya telat, tapi karna Bunda dan Ayah merasa khawatir sama aku, malah aku diberi tahu jika Ben yang terkena marahan Bunda karna ninggalin aku.
Tadi aku juga sempat menghentikan Ben yang turun dari tangga hanya sekedar ngucapi terimakasih karna udah khawatir.
Tapi ya seperti biasa cowok itu tak menjawab apa apa dan malah kembali masuk kamarnya.
Aku sempat berpikir, kenapa sih dia sebegitunya ngak suka sama aku?
Kenapa dia begitu dingin denganku?
Memangnya aku pernah buat salah? Tapi apa?
Aku ngak ngerti dengan nya, aku juga ngak ngerti dengan perasaanku kenapa aku bisa sesuka itu padanya??
Seperti kata Karin dan Bella haruskah aku berhenti saja?
Aku menggeleng kepala saat mengingat itu.
"Ngak kamu ngak bisa berenti disini Lun, kamu bahkan belum bisa mencairkan gunung es itu, jadi kamu harus tetap semangat ngak boleh putus asa" ucap ku menyemangati diri sendiri.
Saat hendak menutup mata tak sengaja mataku menatap hoodie yang dibeli kak Gallan tadi sore.
Hoodie itu aku gantung agar cepat kering.
Tanpa sadar aku tersenyum saat mengingat jika kak Gallan ternyata cukup pengertian.
Aluna Pov off
...🤎💙💜🖤🧡❤️💛🤍💚...
Pagi ini Aluna kembali merecoki Ben untuk bisa berangkat bareng, namun kali ini cowok itu bahkan tak mendengar suaranya dan malah pergi begitu saja.
Aluna menatap kesal kearah cowok itu dan berakhir dirinya diantar oleh sopir.
Entah kanapa pagi ini Ben seperti itu, biasanya meskipun dia ngak suka sama Aluna, cowok dingin itu pasti akan memberi dirinya tumpangan meski hanya akan diturunkan di perempatan jalan.
Aluna menghela nafas memikirkan cowok itu
Ia melirik kesamping kanannya, disana ada sebuah paper bag yang isinya kotak makan yang ia bawa untuk Ben.
Ben pasti belum sarapan, untung tadi Bunda bilang
Tak berapa lama mobil itupun berhenti didepan gerbang sekolah, Aluna keluar dari mobil.
Setelah mengucapkan terimakasih pada pak Dudung Aluna langsung masuk kedalam area sekolah elit itu.
"Aluna!!"
Gadis itu menoleh, ternyata Karina dan Bella juga baru tiba.
"Selamat pagi!" Sapa keduanya.
"Pagi!" Jawabnya tersenyum.
Ketiga gadis itupun berjalan disepanjang koridor, sambil sesekali bercerita tentang kehidupan masing masing.
Hachhiimm!!!!
"Lun, loe sakit?" Tanya Karina, tangannya dengan reflek mengecek dahi gadis itu.
Aluna menggeleng,"Eng..enggak kok Rin" jawabnya gugup.
Bisa gawat kalau Karina dan Bella sampai tahu jika kemaren dirinya hujan hujanan.
"Jangan boong Lun., loe ngak mahir dalam bidang itu" sambung Bella.
Ketiganya sudah tiba diakhir anak tangga.
"Rin, Bell, aku kekelas Ben dulu ya, by" ujar Aluna segera berlari menghindar dari kedua temannya.
"Aluna!!" Teriak Bella.
Namun gadis itu tak menghiraukannya.
Tiba dikelas itu, ternyata sudah banyak siswa dan siswi namun ia tak melihat sosok yang ia cari sedari tadi.
"Permisi,kamu liat Ben ngak?" Tanya nya pada salah satu siswa yang baru saja masuk.
"Ngak, aku baru saja datang" jawabnya.
Aluna mangut mangut,ia pun masuk kedalam kelas dan meletakkan paper bag itu diatas meja Ben lalu keluar dari sana.
Seperti biasa cibiran dan cemoohan selalu menyertai dirinya,dan lagi lagi tak ia hiraukan.
Baru saja ia hendak keluar bersamaan itu pula Gallan baru tiba.
Keduanya saling tatap seperkian detik karna merasa terkejut.
"Ha..hai kak" sapa Aluna gugup.
Mata abu milik Gallan menatap lekat kearah Aluna lalu ia sekilas melirik kedalam kelas tepatnya dimana meja Ben berada.
Cowok itu memutar mata jengah lalu kembali menatap Aluna.
"Minggir!" Gumamnya pelan dengan tatapan tak lepas dari wajah Aluna yang menunduk.
Gadis itu tersentak lalu mendongak menatap manik abu milik pria itu, tajam namun ada kehangatan.
"Loe ngalangin jalan!"suara berat Gallan kembali menusuk pendengaran Aluna.
Ah.. ia baru sadar jika dirinya menghalangi jalan, ia juga baru sadar jika saat ini mereka juga jadi pusat perhatian.
"Ma..maaf...kalau gitu Luna pamit".
Setelah mengatakan itu gadis itu pun lari ngibrit dari sana menuju kelasnya yang ada disamping tangga.
Gallan hanya menghela nafasnya melihat tingkah gadis itu.
Beberapa menit kepergian Aluna, Ben masuk kedalam kelas bersamaan tiga kawan lainnya.
"Yo...siapa nih? Pagi pagi udah ada dikelas? Gue ngak salah liat kan??" Seru Ajik tak percaya saat melihat si langganan BK pagi ini ada dikelas dengan baju yang rapi dan rambut yang rapi.
Gallan mendengus mendegar itu, ia tak meresponnya dan lebih memilih menenggelamkan wajahnya diantara kedua tanggannya..
Sebenarnya jika bukan ancaman sang Mommy yang akan menyuruhnya berenti sekolah dan lanjut kuliah maka saat ini ia masih berada di kasur empuknya.
Ketiga temannya hanya berdecak melihat kelakuan si badboy satu itu.
"Sama aja, mending loe datang telat aja Lan" sarkas Bimo.
"Wah..wah..wah...pagi pagi si Boss udah dapet kado aja nih" kali ini Aldo yang berucap sambil mengintip isi paper bag itu.
Mendengar itu kini mereka mengalihkan tatapan pada paper bag yang ada dimeja Ben.
"Dari siapa?" Tanya Ben entah pada siapa.
Masih hening, hingga seorang siswi menjawab pertanyaan Ben.
"Dari Aluna" sahutnya hati hati.
Ben mendengus, ia benar benar jengkel dengan gadis itu, ia ngak habis pikir dengan Aluna, padahal udah berapa kali ia menolaknya bahkan mempermalukannya didepan umum tapi gadis itu tetap kekeh mengejarnya.
Ia benar benar benci tipe cewek seperti Aluna itu, apa dia harus pacaran beneran agar gadis itu menjauh dari nya?
Ia benar benar risih, ngak dirumah ngak di sekolah sama saja, membuatnya semakin muak dengan tinggkah cewek itu.
"Ck..sialan!" Gumamnya pelan.
Meskipun pelan masih bisa didengar baik oleh Gallan yang ada disampingnya.
"Buang!" Ujar Ben.
"Dari pada dibuang buat gue aja ya Boss? Biar ngak mubazir" ujar Ajik cengengesan.
"Terserah!" Sahut Ben acuh.
Dengan girang Ajik membawa paper bag itu menuju meja nya lalu mengeluarkan kotak nasik dan membukanya.
"Wahhh...kalau begini sih gue ngak tega makannya" ujar Ajik heboh.
Aldo dan Adrian yang penasaranpun menghampiri Ajik.
"Anjirr..Boss ini Cute banget, wah dedek Luna sweet amat dah" ujar Aldo dan diangguki oleh Ajek dan Adrian.
Baru saja Ajik mau menyendokkan bekal itu lebih dulu dirampas oleh Gallan dan dibawa pergi oleh cowok itu.
Semua orang yang ada disana melongo melihatnya, bahkan Ben pun mengerutkan alisnya.
Ngak seperti biasanya, Gallan yang mereka kenal tak pernah peduli dengan apa yang terjadi disekitarnya.
Termasuk selama Aluna selalu mengirim bekal untuknya.
Lalu kenapa sekarang cowok itu malah??
Ben menatap tiga temannya dan mereka hanya menganggkat bahu tak tahu.
...•...
...•...
...•...
...•...
...•...
...•...
Terimakasih sudah sudi membaca, tolong tinggalkn jejak kalian ya🥰
Semoga suka.....
See you next time.🥳😘🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments