...•...
...•...
...•...
...•...
...•...
...•...
Haahhh!!!
Ku hela nafasku dengan berat, aku ngak nyangka beberapa jam yang lalu Ben benar benar pergi ninggalin aku disini.
Emang dasar es batu.
Duduk dihalte seorang diri sambil menunggu angkotan umum lewat.
Ku lirik jam yang ada dipergelangan tanganku, ternyata sudah menunjukkan tepat pukul empat sore namun belum juga ada satupun kendaraan yang lewat.
Angin sepoi sepoi berembus menerbangkan helaian rambut sepanjang dadaku.
Kuambil ikat rambut yang ada ditas, kurapikan setiap helainya lalu mengikatnya.
"Tahu gini kan tadi bareng Karin sama Bella aja" gumamku sambil celingak celinguk mencari keberadaan kendaraan umum.
Kedua kaki ku anyun ayunkan sambil menatap langit langit yang mulai mendung.
Tak berapa lama rintik hujan mulai turun lalu berubah menjadi semakin deras.
Mendengar suara hujan membuatku termenung, dan kembali mengingatkan ku dimana awal mula pertemuan ku dengan sosok Ben.
Semua bermula saat kedua orang tuaku meninggal dunia karena sebuah kecelakaan dimana saat kami hendak pergi kesuatu tempat, aku tak tahu kemana karena saat aku bangun aku sudah dirumah sakit dan aku kehilangan sebagian ingatanku, lebih tepatnya ingatan masa kecilku, aku melupakan semuanya, dan dari sana kehidupan ku langsung berubah.
Dari Awal pertama Kantor Papa yang mulanya baik baik saja mulai anjlok karena saham yang menurun begitu drastis, semua investor menarik sahamnya karena perusahaan yang mulai gulung tikar.
Setelahnya hutang pun mulai menumpuk dimana mana, hingga pada akhrinya rumah yang menjadi satu satunya peninggalan orang tua ku pun terpaksa harus dijual untuk melunasi hutang Papa.
Saat itu aku benar benar menjadi gelandangan, keluarga besar dari pihak Papa pun tak mau menampungku.
Karna dulu Papa menikahi Mama tanpa restu dari Kakek dan Nenek hanya karna Mama anak yatim piatu yang besar dipanti asuhan.
Pada akhirnya akupun terpaksa tinggal dipanti asuhan dimana dulu Mamaku dibesarkan, aku yang dulunya hidup dengan segela berkecukupan pun harus merasakan pahitnya hidup selama tinggal disana.
Bahkan aku harus keluar dari Sekolah ku dulu karena sudah tak sanggup lagi membayarnya.
Hingga satu bulan kemudian, seorang wanita dan Pria yang seumuran Mama Papa mengatakan jika mereka mengenal orang tua ku.
Mereka mengajakku untuk tinggal bersama mereka.
Awalnya aku menolak karena aku tak mengel mereka sama sekali dan pada akhirnya aku pun mengikuti mereka setelah dibujuk.
Katanya disana nanti aku akan ada teman, anaknya Bunda Alea.
Namun siapa sangka saat tiba dirumah mereka yang begitu besar yang tadinya kupikir anak Bunda Alea adalah perempuan ternyata malah seorang laki laki.
Dan yang lebih membuatku terpaku adalah sosoknya yang tampan berhasil membuatku terpesona pada pandangan pertama.
Benicnno Reyalvonso.
Cowok tampan dan berwajah dingin itu berhasil membuat jantungku berdegup kencang.
Aku sebagai seorang gadis SMP yang mulai mengenal kata Cinta pun langsung jatuh hati saat pertama kali melihat sosoknya.
Sejak hari itu pria yang sering dipanggil Ben itupun ku jadikan cinta pertamaku.
Meski saat Pertama kali bertemu, Ben langsung menunjukkan ketidak sukaannya padaku.
Awalnya dia memang tidak suka dengan keberadaanku namun lambat laun dia mulai menerimaku dan saat aku mengutarakan isi hatiku sikapnya mulai berubah kembali.
Aku terus mendapatkan penolakan darinya namun aku tetap kekeh mengejarnya.
Dan Semenjak hari itu pula aku terus mengejar cintanya, cowok dingin dan datar itu telah berhasil membuat ku tergila gila.
...💚🤍💛❤️🧡🖤💜💙🤎...
Ku tutup mata sejenak, lalu kembali menatap langit langit yang masih menurunkan air hujan.
Kembali ku hela nafas dengan kasar.
"Lari aja kali ya? Bunda sama Ayah pasti khawatir kalau aku belum pulang" gumamku pada akhirnya.
Mengharapkan Ben?
Jangan mimpi, cowok dingin itu pasti ngak akan jemput aku.
Dan setelahnya tanpa pikir panjang akupun langsung berlari dibawah derasnya hujan dengan tas sebagai perlindungan kepala.
Sedangkan ditempat lain, Ben baru saja selesai membersihkan dirinya, cowok tampan itu turun kebawah untuk minum.
Sebelum turun Ben berhenti dan menatap kesamping pintu kamarnya, ia melihat kebawah, jika kamar itu masih gelap berarti si pemilik belum kembali.
Tak mau berlama lama iapun kembali turun kebawah.
"Ben, kapan kamu pulang?" Tanya Bunda Alea.
Cowok itu menoleh kearah Bundanya.
"Sejam yang lalu" jawabnya datar, lalu mengambil minuman kaleng dari kulkas.
Bunda Alea memutar pandangannya mencari keberadaan seseorang.
"Loh kamu sendiri? Luna mana?" Tanyanya.
Bunda Alea menatap Ben dengan pandangan bertanya.
"Ngak tahu" jawab Ben acuh.
"Astaga Ben, kamu ninggalin Luna lagi, ini kan hujan kamu tega banget sih?, Kan udah Bunda bilang hari ini pak Dudung ngak bisa jemput,kamu kan tahu Luna ngak bisa kenak hujan." ujar Bunda Alea kesal dengan sikap anaknya itu.
Ben tak menjawab ia malah berjalan kembali menuju kamar nya yang ada dilantai dua.
"Ben kamu dengar Bunda ngak sih? Jamput Luna sekarang." Ujar Bunda Alea.
Cowok itu menghentikn langkahnya lalu mantap Bundanya yang ada di ujung bawah tangga.
"Dia bukan anak kecil lagi, jadi Bunda ngak perlu khawatir." Setelah mengatakan itu Ben langsung masuk kedalam kamarnya.
Menutup pintu dengan kasar.
"Haahh..anak itu bener bener" gumamnya geleng geleng kepala.
Bunda Alea dibuat khawatir, karna selain Pak Dudung yang ngak bisa jemput karna istrinya sedang melahirkan, suaminya pun lagi tidak ada dijakarta, sedangkan dirinya tidak bisa menyetir.
Bunda Alea hanya bisa berdoa, semoga Aluna pulang dengan selamat.
"Ya ampun ini hujannya kapan berenti sih!" Gerutuku sambil terus berlari menerobos hujan yang semakin deras saja.
Tak jauh dari sana aku lihat taman kota yang ada sebuah gazebo, aku pun langsung berlari kesana untuk berteduh, badanku udah menggil.
"Haaahh...basah deh semuanya, yakin deh besok pasti pilek" gumamku sambil menggosok gosok kedua tanganku yang mulai membiru.
Angin makin kenjang, udarapun makin dingin.
"Dingin banget sih Astaga!" Tubuhku semakin mengigil.
Tiiin! Tiinn! Tiinn!!
Kuangkat kepalaku kedepan, alisku mengerut saat melihat seseorang yang berhenti disana dengan motor sport hitamnya.
Aku ngak mengenalnya karna orang itu menggunakan helm full face warna hitam senada dengan motornya.
Sedikit takut saat melihat dia mulai mendekat.
Sambil berjalan orang itupun melepas helm nya.
"Kak Gallan??"
...•...
...•...
...•...
...•...
...•...
...•...
...•...
...•...
jangan lupa tinggalakn jejak kalian ya......
Terimakasih karna telah mau membaca cerita yanng membosankan ini, semoga suka dengan alurnya, maaf jika ada typo.
See you next time🥳
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments