#Hujan-Hujanan

Langkah kaki wanita itu terseok-seok tak tentu arah saat telah mengantar sang kekasih yang ia cintai untuk pergi meninggalkan dia seorang diri.

Bagaimana bisa tidak di sebut seorang diri? dia memang memiliki semua orang di sisinya, tapi di antara mereka, tak ada satu pun yang bisa mengerti akan perasaannya.

Ia pun tak henti-hentinya menangis. Dalam langkah kakinya yang terasa berat, hujan turun dengan deras mengguyurnya tanpa ampun. Bahkan suara petir pun mulai menyambar.

Takut?

Untuk saat ini Vinara masih tidak peduli soal ketakutan di hatinya! dia hanya berpikir bagaimana dia bisa melanjutkan hidupnya kelak tanpa sosok Arya di sampingnya.

Dan yang lebih parah lagi adalah, dia malah harus memaksakan diri untuk hidup dengan laki-laki yang tak pernah dia cintai.

Laki-laki yang sok alim dan sok baik baginya, laki-laki seperti itu selalu berhasil membuat dia il feel, tapi apa nyatanya? apa yang sekarang dia dapat? dia malah mendapat laki-laki dengan ciri-ciri seperti itu sebagai suaminya.

Benar-benar takdir yang sangat lucu. Tuhan membuang laki-laki baik dan penuh dengan kasih sayang yang tulus untuknya, lalu yang datang menggantikannya bukan sosok laki-laki yang bagi Vinara jauh lebih baik dari Arya, tapi justru jauh lebih buruk dan menjengkelkan.

Damar, kau pasti akan mengalami sedikit kesulitan untuk berumah tangga dengan wanita ini.

Lihat saja dirinya! dia bahkan begitu kesal dan jijiknya pada dirimu, pada kebiasaan kamu yang bukannya sok alim, tapi kau memang suka mendekatkan diri pada Tuhan mu, namun coba kau lihat istri yang kau dapat sekarang! dia lebih buruk dari pada yang kau bayangkan!

Tubuh Vinara ambruk di jalanan, di tengah permukiman sepi menuju alamat rumahnya. Ia tak mampu menahan kesedihan dan kehancuran di hatinya, bagaimanapun juga, kepergian kekasihnya bukanlah satu hal yang dia inginkan.

"Arya... kenapa kamu tega ninggalin aku? huhuhu... aku cinta sama kamu, Ar, tapi kamu malah mengalah dan merelakan aku untuk pria lain! huhuhu..."

Di tengah-tengah tangisnya yang terasa menyesakkan dada, di temani hujan yang terus bertambah deras dan juga kilatan petir yang menyambar semakin menakutkan, mendadak langkah kaki dari seseorang berhenti di hadapannya.

Tangis Vinara pun agak lirih, saat mendapati dirinya terhalang dari air hujan. Ia mendongak, melihat dengan jelas siapa yang berdiri di hadapannya.

Jujur saja, ia begitu berharap yang ada di depan matanya saat itu adalah Arya, laki-laki yang ia harapkan untuk kembali dan membawa dia lari bersamanya, menjauh dari suami sok alimnya, Damar.

Namun dia menjadi sangat kesal saat semua itu memang hanya angan-angan dia belaka.

Ia malah mendapati wajah suaminya yang berdiri di depannya sambil menggenggam payung, melindungi tubuh mereka dari hujan deras yang mengguyur.

Vinara bangkit dari jatuhnya, dan menatap suaminya penuh kekesalan. Bukannya berterima kasih karena suaminya telah mempedulikan dia, melindungi dirinya saat hujan mengguyur dia tanpa ampun, ia malah dengan kesal mendorong suaminya, hingga jatuhlah pria itu di atas jalanan.

Brak!!

Tubuh suaminya jatuh di atas genangan air, membuat sekujur tubuhnya basah, payung pun lepas dari genggaman, dan kini mereka berdua akhirnya terkena air hujan yang dingin.

"Puas kamu! kamu puas sudah buat hubungan aku sama Arya jadi begini!? kamu puas sudah masuk dengan tiba-tiba dalam hubungan kami, tapi malah kamu yang menang? kamu puas!?? hahh!???" tanya Vinara penuh dengan penekanan.

Suaminya hanya bisa diam dan tak bicara. Hanya terlihat dia yang berusaha bangun dari jatuhnya, dan kemudian menatap istrinya yang sudah basah kuyup.

"Kamu itu jahat, Damar!! karena kedatangan kamu ke dalam hidup aku, aku jadi kehilangan segalanya!! aku harus kehilangan Arya! aku harus kehilangan cintaku yang seharusnya aku kenalkan pada orang tuaku dan kami menikah!!! aku harus kehilangan semua itu! dan itu semua gara-gara kamu!!" ucap Vinara sambil mendorong suaminya lagi.

Namun agaknya kali ini Damar kokoh dalam posisinya. Dia bahkan tak terjatuh, atau mungkin sekedar mundur dari posisinya.

Ia tetap berdiri tegak dan menatap sang istri penuh kehancuran. Ingin sekali mengatakan apa yang ingin dia katakan, tapi nyatanya, istrinya terus saja menyalahkan dia dalam posisi ini.

Padahal, Damar jauh lebih menanggung rasa sakit yang teramat dalam melebihi Vinara. Jika Vinara baru saja di lamar oleh kekasih hatinya, maka percintaan dia jauh lebih pedih dari pada itu.

Dia harus kehilangan kekasihnya yang ternyata lebih memilih hidup dengan pria lain yang jauh lebih kaya dan mapan. Kekasihnya menerima lamaran dari keluarga pria lain dan akhirnya dia lah yang harus di sisihkan. Bukankah rasanya amat sakit saat menceritakannya?

Ia terpaku di tempat. Hujan deras dan petir yang menakutkan tak membuat dirinya gentar. Istrinya telah menunjukkan sifat aslinya padanya sejak tadi, dan itu artinya, dia memang tak ada tempat di hati Vinara, begitu pun Vinara, yang masih tak memiliki tempat di hatinya.

Namun dia tak mau egois. Hanya karena tak ada cinta di antara mereka berdua, bukan artinya dia juga harus melalaikan kewajibannya sebagai seorang suami yang harus melindungi istrinya..

Dia harus mengalahkan keegoisan di pikirannya, dan berjanji untuk menjaga Vinara dalam kondisi apapun.

"Asal kamu tahu, Damar! meskipun kamu telah menikahi aku, bukan berarti aku menerima kamu dan mencintai kamu! tidak akan! kau tetap kalah dalam berebut hatiku! tidak ada yang bisa menggantikan Arya dalam hatiku ini, tak terkecuali kamu!!"

Damar masih saja diam, dia tak berbicara apapun dalam menghadapi istri kecilnya itu. Dia hanya melepas jaket kulit yang dia kenakan di tubuhnya dan kemudian mengenakannya di tubuh Vinara.

Tanpa berkata-kata, di balutkan saja jaketnya di tubuh Vinara dengan penuh kehangatan.

Gadis itu pun memaku di tempat, tak mampu berkutik atau sekedar berbicara. Hanya kedua matanya yang terus saja menyorot ke arah wajah Damar yang damai dan juga sedikit, tampan..

Aish! apa-apaan kau ini, Vinara? bukankah kau sendiri yang selalu mengatakan kau benci pada pria bernama Damar ini? mengapa sekarang kau malah memujinya dalam hati?

Keduanya saling terdiam, tak ada kata-kata atau pun komentar apapun yang keluar dari mulut keduanya, bahkan Vinara yang kadang juga banyak bicara pun sekarang terdiam tak berdaya.

"Sudah, jangan hujan-hujanan lagi, kamu bisa sakit.." ucap Damar dengan lembut pada istrinya.

Namun istrinya hanya bisa membalasnya dengan penolakan keras. Vinara mencoba untuk tidak terjun dalam buaian hangat yang Damar tawarkan padanya.

Ia mengeraskan hatinya dan segera membuang jaket Damar hingga terjatuh di genangan air hujan.

Brak!!?

Namun Damar tak begitu terkejut melihat tingkah istrinya yang memang keras kepala dan juga egois itu. Ia memang sudah menduga kalau istrinya ini pasti akan menolak jaketnya, tenang saja, ada waktunya semuanya akan berbalik dan Vinara akan membuat dirimu berada dalam kehangatan, bukan?

"Kau pikir bisa merayu aku dengan perlakuan kamu, hah?" sekarang istrinya kembali ngegas lagi.

Aish!!

Entah sampai kapan drama hujan-hujanan di pinggir jalan ini akan segera berakhir.

Meski di hujam beribu-ribu pertanyaan dari Vinara, Damar tetap saja tak bergeming dari tempatnya. Dia tetap saja stay tak berpindah kemanapun.

"Jawab aku!!! apa kau tidak lelah terus diam saat aku membentak mu? Damar! aku ini bukan wanita baik-baik, asal kau tahu saja, kau yang sok alim begitu, bagiku malah menjijikan! aku membenci kamu! aku akan membuktikan padamu, kalau suatu hari nanti, kau juga pasti akan membenci aku dan menceraikan aku!!" ucap Vinara sampai akhirnya pergi meninggalkan Damar dengan sejuta istighfar dalam hatinya.

Kamu yang sok alim ini bagiku malah menjijikan!!

Kata-kata dari Vinara barusan selalu terngiang di dalam otaknya yang sudah ruwet.

Kenapa dia malah mendapat wanita yang tak bermoral seperti Vinara? ya, maksudnya tidak wanita lain yang jauh lebih baik di banding Vinara?

Apakah ini memang takdir yang di berikan Tuhan padanya? sebuah ujian rumah tangga dengan seorang wanita tak bermoral yang memang harus dia hadapi semampunya?

Apa dia harus menerima semua takdir ini? atau dia lebih baik mundur dan menjauh dari Vinara? rasanya memang sudah tak kuat lagi kalau terus saja begini, sikap Vinara yang buruk itu benar-benar menjadi poin minus bagi Damar.

Apa memang Tuhan sengaja memberi dia ujian ini karena Tuhan tahu hanya dia yang mampu menghadapi Vinara?

Hahh!

Hujan semakin deras saja. Kini langkah kaki Vinara sudah terlihat tiba di depan rumahnya. Ibunya tengah berdiri di teras rumah, menunggu kepulangan putri tercintanya, sedangkan sang ayah belum pulang dari kerjaanya menjadi satpam di sebuah perusahaan.

Wanita itu mulai menapaki lantai di teras rumahnya, tanpa memikirkan sang ibu yang sejak tadi menunggu kedatangannya dengan penuh kecemasan.

"Nak, kamu sudah pulang!? kamu dari mana saja??" tanya Danaya dengan cemas, apa lagi melihat putrinya pulang sambil menangis dan basah kuyup begitu, dia jadi semakin khawatir.

"Kamu kenapa, Nak? di mana Damar?" tanya ibunya lagi.

"Tak tahu!!" namun jawab Vinara sungguh menyakitkan.

Anak satu-satunya yang dia miliki itu menjawab pertanyaannya dengan ketus dan bahkan tanpa menoleh ke arahnya sama sekali.

Vinara langsung bergegas masuk ke dalam rumah dan berlangsung ke kamarnya.

Blam!

Pintu di banting dan jatuhlah dia dengan pakaian basah kuyupnya di atas kasur tanpa peduli rasa dingin yang dia rasakan selepas hujan-hujanan.

Menangislah dia di dalam kamarnya, memikirkan nasib sial yang menghampiri dirinya sejak beberapa Minggu terakhir.

Ia sungguh larut dalam kesedihan yang panjang, tak peduli dia bisa saja sakit karena tidur di kasur dengan pakaiannya yang masih basah.

Namun dia seolah tak mempedulikan semua itu. Sakit biarlah sakit, mati juga boleh, asalkan Tuhan membebaskan dirinya dari semua keburukan yang dia alami ini.

Begitulah pikirnya yang dangkal, ia bahkan tak pernah tahu akan ada keajaiban apa yang akan dia alami di masa depan. Sejujurnya, Tuhan tengah menyiapkan sebuah kado istimewa untuk membayar seluruh luka yang kau alami hari ini, Vin...

Jadi berpikirlah dengan tenang dan berusahalah untuk tetap hidup, karena seburuk apapun takdir yang kau alami sekarang, kau pasti akan menuai kebaikan di masa depan.

Tidak ada yang tahu!

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Chiisan kasih

Chiisan kasih

begitulah cinta, deritanya tiada akhir

2023-06-03

1

mom_abyshaq

mom_abyshaq

sabar mar sabar

2023-04-07

0

A̳̿y̳̿y̳̿a̳̿ C̳̿a̳̿h̳̿y̳̿a̳̿

A̳̿y̳̿y̳̿a̳̿ C̳̿a̳̿h̳̿y̳̿a̳̿

sabar ya Damar, semoga vinara secepatnya bisa menerima dirimu🥰

2023-03-10

2

lihat semua
Episodes
1 #Awal Cerita
2 #Ditolak Mentah-mentah
3 #Malam Pertama Yang Menyedihkan
4 #Arya Pergi
5 #Hujan-Hujanan
6 #Habis Kedinginan
7 #Tubuh Suaminya
8 #Keranjang Berisi Baju Basah
9 #Mendengar Perdebatan Istri Dan Ayah Mertua
10 #Pindahan
11 #Rumah Damar
12 #Keluarga Tuan Ali
13 #Gara-Gara Kamar
14 #Demam
15 #Pesona Damar Saat Basah
16 #Berpamitan
17 #Foto Dalam Dekapan Vinara
18 #Kamar Kecoa
19 #Aku Juga Bisa
20 #Kehilangan Rama
21 #Keputusan Yang Rumit
22 #Canggung
23 #Menyerahkan Diriku Padamu
24 #Dia Yang Lembut
25 #Pakaian Ketat
26 #Pasar Tradisional
27 #Sentuhan Damar Yang Memabukkanku
28 #Ku Kecup Punggung Tangannya
29 #Keluarga yang Sangat Baik
30 #Bimbang
31 #Jujur
32 #Cincin Dari Suaminya
33 #Dua Sisi Yang Berbeda
34 #Jawaban Maut Dari Vinara
35 #Membuka Seluruh Perasaannya
36 #Datang Dan Pergi
37 #Drama Kelaperan
38 #Berubah Pikiran Dalam Sekejap
39 #Berjumpa Kekasihku
40 #Luapan Kerinduan Untuk Vinara
41 #Takdir Vinara
42 #Nadia Hamil?
43 #Bohong
44 #Semakin Curiga
45 #Dalam Gelap
46 #Darah
47 #Curiga
48 #Cinta Itu Buta
49 #Aku Kangen Kamu
50 #Damar Dingin
51 #Aku Tidak Mau Kalah
52 #Cemas Tiada Kabar
53 #Kemana Kamu Akan Pergi?
54 #Istriku Buaya
55 #Kebencian Damar
56 #Situasi Rumit
57 #Maaf Ibu
58 #Hari Berkabut
59 #Menikah Lagi?
60 #Kedatangan Nadia
61 #Pada Acara Tahlilan
62 #Aku Terasa Berbeda
63 #Mencurigai Kehamilan Palsu Nadia
64 #Bantu Aku Sintia!
65 #Lahiran
66 #Di Ruang Persalinan
67 #Kita Lihat Saja Nanti
68 #Sebulan
69 #Apapun Itu
70 #Sikapnya Memang Aneh
71 #Pisahkan Aku Dan Dia
72 #Nadia, Mengapa Aku Menyesal?
73 #Arya Yang Berbeda
74 #Masih Saja Aneh
75 #Kamu Kasar
76 #Dia Dan Anak Itu
77 #Dia Yang Hangat
78 #Mereka Berkomplot?
79 #Vinara Masih Marah?
80 #Sendiri Di Sampingnya
81 #Sisakan Sedikit Untukku
82 #Arya Dan Nadia
83 #Ada Apa Dengan Vinara?
84 #Vinara Melahirkan
85 #Hanya Pada Dia
86 #Cemburu
87 #Menolong Sintia?
88 #Tidak Akan Pernah Putus
89 #Sarah Pergi
90 #Sintia Berbuat Ulah
91 #Hampir Mati
92 #Masa Lalu
93 #Cukup Aku Saja, Kamu Jangan!
94 #Baru Aku Merasa
95 #Hangat dan Sakit Sekali
96 #Mereka Kejam
97 #Menjenguk Sintia
98 #Karena Hutang
99 #Arya Lebih Dari Aku?
100 #Mereka Berdua
101 #Arya Yang Sedih
102 #Berita Mengejutkan
103 #Dengan Dia
104 #Mimpi Yang Sangat Buruk
105 #Pertengkaran Vinara Dan Nadia
106 #Bertengkar Lagi
107 #Meratapi Sebuah Kenangan
108 #Apa Aku Serius?
109 #Sandiwara
110 #Dia Yang Disana
111 #Damar, Sejak Kapan?
112 #Terserah Kamu
113 #Drama Menjelang Pertunangan
114 #Berdebat
115 #Takdirku
116 #Nadia..
117 #Tiga Hari
118 #Kamu Menghina Aku
119 #Aku Terima Cacianmu Itu
120 #Tangisan Nadia
121 #Akhirnya Semuanya Telah Berakhir
122 #Dua Sisi Yang Berbeda
123 #Sintia Yang Memuakkan
124 #Semoga Jalannya Sedikit Diperlambat
125 #Ibuku
126 #Sebuah Penyesalan
127 #Kenapa Dengan Aku?
128 #Kenapa Aku Baru Diberi Kesadaran?
129 #Mendadak Ragu
130 #Keributan
131 #Bukan Karena Aku
132 #Kenalkan Aku Yang Baru
133 #Kamu Yakin Apa Ragu
134 #Sah
135 #Terbayang-Bayang
136 #Bagaimana Harusnya Aku?
137 #Dalam Do'aku
138 #Masa Lalu Merubah Seseorang
139 #Cinta Dalam Diam
140 #Semua Sudah Digariskan
141 #Takdir Yang Berbalik
142 #Diamnya Sintia
143 #Kematian Sintia
144 #Bertemu
145 #Wanita Gila
146 #Dari Sintia
147 #Arya Lagi
148 #Masalah Arya
149 #Rumah Lama Itu..
150 #Gila
151 #Dia Menghancurkan Aku
152 #Aku Dan Hati Kecilku
153 #Selamat Datang Aku Yang Baru
154 #Cukuplah Sendiri
Episodes

Updated 154 Episodes

1
#Awal Cerita
2
#Ditolak Mentah-mentah
3
#Malam Pertama Yang Menyedihkan
4
#Arya Pergi
5
#Hujan-Hujanan
6
#Habis Kedinginan
7
#Tubuh Suaminya
8
#Keranjang Berisi Baju Basah
9
#Mendengar Perdebatan Istri Dan Ayah Mertua
10
#Pindahan
11
#Rumah Damar
12
#Keluarga Tuan Ali
13
#Gara-Gara Kamar
14
#Demam
15
#Pesona Damar Saat Basah
16
#Berpamitan
17
#Foto Dalam Dekapan Vinara
18
#Kamar Kecoa
19
#Aku Juga Bisa
20
#Kehilangan Rama
21
#Keputusan Yang Rumit
22
#Canggung
23
#Menyerahkan Diriku Padamu
24
#Dia Yang Lembut
25
#Pakaian Ketat
26
#Pasar Tradisional
27
#Sentuhan Damar Yang Memabukkanku
28
#Ku Kecup Punggung Tangannya
29
#Keluarga yang Sangat Baik
30
#Bimbang
31
#Jujur
32
#Cincin Dari Suaminya
33
#Dua Sisi Yang Berbeda
34
#Jawaban Maut Dari Vinara
35
#Membuka Seluruh Perasaannya
36
#Datang Dan Pergi
37
#Drama Kelaperan
38
#Berubah Pikiran Dalam Sekejap
39
#Berjumpa Kekasihku
40
#Luapan Kerinduan Untuk Vinara
41
#Takdir Vinara
42
#Nadia Hamil?
43
#Bohong
44
#Semakin Curiga
45
#Dalam Gelap
46
#Darah
47
#Curiga
48
#Cinta Itu Buta
49
#Aku Kangen Kamu
50
#Damar Dingin
51
#Aku Tidak Mau Kalah
52
#Cemas Tiada Kabar
53
#Kemana Kamu Akan Pergi?
54
#Istriku Buaya
55
#Kebencian Damar
56
#Situasi Rumit
57
#Maaf Ibu
58
#Hari Berkabut
59
#Menikah Lagi?
60
#Kedatangan Nadia
61
#Pada Acara Tahlilan
62
#Aku Terasa Berbeda
63
#Mencurigai Kehamilan Palsu Nadia
64
#Bantu Aku Sintia!
65
#Lahiran
66
#Di Ruang Persalinan
67
#Kita Lihat Saja Nanti
68
#Sebulan
69
#Apapun Itu
70
#Sikapnya Memang Aneh
71
#Pisahkan Aku Dan Dia
72
#Nadia, Mengapa Aku Menyesal?
73
#Arya Yang Berbeda
74
#Masih Saja Aneh
75
#Kamu Kasar
76
#Dia Dan Anak Itu
77
#Dia Yang Hangat
78
#Mereka Berkomplot?
79
#Vinara Masih Marah?
80
#Sendiri Di Sampingnya
81
#Sisakan Sedikit Untukku
82
#Arya Dan Nadia
83
#Ada Apa Dengan Vinara?
84
#Vinara Melahirkan
85
#Hanya Pada Dia
86
#Cemburu
87
#Menolong Sintia?
88
#Tidak Akan Pernah Putus
89
#Sarah Pergi
90
#Sintia Berbuat Ulah
91
#Hampir Mati
92
#Masa Lalu
93
#Cukup Aku Saja, Kamu Jangan!
94
#Baru Aku Merasa
95
#Hangat dan Sakit Sekali
96
#Mereka Kejam
97
#Menjenguk Sintia
98
#Karena Hutang
99
#Arya Lebih Dari Aku?
100
#Mereka Berdua
101
#Arya Yang Sedih
102
#Berita Mengejutkan
103
#Dengan Dia
104
#Mimpi Yang Sangat Buruk
105
#Pertengkaran Vinara Dan Nadia
106
#Bertengkar Lagi
107
#Meratapi Sebuah Kenangan
108
#Apa Aku Serius?
109
#Sandiwara
110
#Dia Yang Disana
111
#Damar, Sejak Kapan?
112
#Terserah Kamu
113
#Drama Menjelang Pertunangan
114
#Berdebat
115
#Takdirku
116
#Nadia..
117
#Tiga Hari
118
#Kamu Menghina Aku
119
#Aku Terima Cacianmu Itu
120
#Tangisan Nadia
121
#Akhirnya Semuanya Telah Berakhir
122
#Dua Sisi Yang Berbeda
123
#Sintia Yang Memuakkan
124
#Semoga Jalannya Sedikit Diperlambat
125
#Ibuku
126
#Sebuah Penyesalan
127
#Kenapa Dengan Aku?
128
#Kenapa Aku Baru Diberi Kesadaran?
129
#Mendadak Ragu
130
#Keributan
131
#Bukan Karena Aku
132
#Kenalkan Aku Yang Baru
133
#Kamu Yakin Apa Ragu
134
#Sah
135
#Terbayang-Bayang
136
#Bagaimana Harusnya Aku?
137
#Dalam Do'aku
138
#Masa Lalu Merubah Seseorang
139
#Cinta Dalam Diam
140
#Semua Sudah Digariskan
141
#Takdir Yang Berbalik
142
#Diamnya Sintia
143
#Kematian Sintia
144
#Bertemu
145
#Wanita Gila
146
#Dari Sintia
147
#Arya Lagi
148
#Masalah Arya
149
#Rumah Lama Itu..
150
#Gila
151
#Dia Menghancurkan Aku
152
#Aku Dan Hati Kecilku
153
#Selamat Datang Aku Yang Baru
154
#Cukuplah Sendiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!