Ya Allah.. apa yang harus aku lakukan? aku menikah dengan seorang gadis, yang dalam hatiku, adalah yang terbaik, tapi nasib di malam pertamaku saja, sudah memperlihatkan padaku, seperti apa dia yang sesungguhnya!
Apa aku memang harus bersabar, karena pernikahan kami yang pada dasarnya tidak pernah saling mencintai, hanya bisa mengalah oleh keegoisan orang tua kami?
Bantulah hamba-mu ini Ya Allah, untuk memudahkan jalan kami menjadi satu garis lurus, dan sakinah mawadah warahmah di jalanmu.. Ya Rabb...
Sebait do'a Damar panjatkan pada sang pemilik takdir, di sisa-sisa kesadarannya sebelum pada akhirnya ia larut dalam tidur yang dingin, tidur yang amat menusuk karena harus bersentuhan dengan lantai kamar Vinara yang sangat sejuk.
Ia meringkuk, di lirik lagi sekilas Vinara yang masih tidur di kasur, namun membelakanginya, tak menampilkan wajah anggunnya sedikit saja.
Damar mendengus, menumpahkan rasa sedihnya dengan nafasnya yang tertahan sajak tadi di dalam sana.
Dia akhirnya terpejam juga, melalui malam pengantin di atas lantai, berselimut dingin, dan berteman kesepian..
Sampai pada esok hari menjelang, adzan subuh mulai terdengar di telinga Damar, membuat pria itu lekas beranjak dari tidurnya, dan bangun untuk mengambil air wudhu.
Lokasi kamar kecil yang berada di luar kamar membuat dia harus beranjak keluar dari kamar pengantinnya dengan Vinara.
Sebelum dia mengambil wudhu di kamar mandi, dia memilih untuk membangunkan dulu sang istri, mencoba mengajak Vinara untuk sama-sama melaksanakan sholat subuh berjamaah untuk pertama kalinya.
Puk! puk!
"Vin...."
Dia berusaha membangunkan istrinya selembut mungkin, dengan tepukan yang lirih di pundak Vinara..
"Vin, ayo bangun! kita sholat subuh berjamaah, yuk!" ajak Damar masih dengan lemah lembutnya.
Namun suara Damar rasanya selalu saja mengusik telinga Vinara, hingga meskipun dalam tidurpun, dia merasa terganggu dengan suara Damar yang sengaja di buat lembut itu.
"Aaaaahhhhh!! kamu ini ganggu banget si!! kalau mau sholat ya sana, sholat aja! gak usah bangunin aku! aku masih ngantuk!"
"Tapi, Vin.. ini sholat subuh pertama kita setelah jadi suami istri, apa kamu mau melewatkan nya juga?" tanya Damar masih juga lembut.
"Hehh! kalau aku sudah bilang gak, ya gak! maksa banget si jadi orang!!" namun jawaban yang keluar dari mulut Vinara bahkan tidak pernah di duga oleh Damar sama sekali.
Wanita itu malah semakin kasar dalam bicaranya, bahkan jauh berbeda seperti saat pertama kali Damar melihat Vinara di masa lalu.
"Astaghfirullah..."
Tak ada kata lain yang bisa terucap dari mulut Damar, selain beribu-ribu ucapan istighfar menghadapi istrinya yang keras ini.
Ini adalah ujian buatku, jadi aku harus bisa melaluinya....
Hanya sekilas kalimat itu saja yang menjadi penutup ucapan hatinya untuk wanita ini. Tidak ada yang bisa dia katakan, apalagi setelah penolakan keras dari istrinya barusan, dia semakin sadar, dia tak memiliki sedikitpun tahta di hati istrinya..
Ia beranjak dari kamar pengantinnya, dan berlalu menuju ke arah kamar mandi yang letaknya berada di sebelah dapur kecil milik keluarga Rama.
Nampak sang ibu mertua yang telah berada di dapur sambil menyiapkan sarapan untuk sekeluarga mereka.
Damar lekas menyapa beliau, memberi senyuman yang ramah dan sapaan yang sopan untuk ibu dari Vinara tersebut.
"Pagi, ibu..." Sapa Damar sambil menundukkan kepalanya.
Dia memang seorang pria yang sopan, yang tidak pernah terlihat buruk di depan orang lain. Karena itulah, saat ayah Damar datang dan membicarakan kembali soal perjodohan di masa lalu, Rama sangat yakin untuk menerima pria ini.
Bagi Rama dan Danaya, Damar adalah sosok pria yang bisa menuntun putrinya menjadi lebih baik, meskipun perjodohan mereka terjadi karena sebuah janji, yang diiringi pula dengan hutang, tapi mereka berdua yakin, putrinya pasti akan bahagia hidup bersama Damar.
"Nak Damar, kau sudah bangun? gimana malam pertamanya? nagih, ya?" tanya sang ibu dengan masa ledekannya.
Damar hanya tersenyum bingung, dia mau jawab apa memangnya, orang semalam mereka tidak melakukan apa-apa, ya, tidak tahu nagih apa tidaknya.
"Aaah, masih malu-malu rupanya, ya sudah, maafkan ibu, ya, Nak Damar, ya sudah kalau mau ke kamar mandi, ibu mau masak dulu buat kita semua.."
Damar hanya mengangguk dan tersenyum, yang lalu setelah itu akhirnya masuklah dia ke dalam kamar mandi, dan berwudhu.
💜💜💜💜💜💜💜
"Itu artinya hutang dan janji saya sudah lunas, ya, pak!" ucap Rama di teras rumah dengan seorang pria yang datang sejak pagi.
"Sebenarnya saya tidak pernah menganggap kamu memiliki hutang pada saya, seperti yang kamu ketahui, kamu juga selalu membantu saya sewaktu di kampung, jadi bagi saya, hutang itu tidak ada apa-apanya di banding dengan bantuan yang kamu berikan pada kami sekeluarga.."
Suara obrolan mereka terdengar sampai ke telinga Vinara, yang kemudian membuat wanita itu beranjak dari tidurnya, karena merasa terganggu dengan obrolan dua pria tua di teras rumahnya.
"Aduh, berisik banget si! mereka lagi ngomongin apa coba? ganggu lagi tidur saja!!" umpat gadis itu dengan kesalnya.
Dengan terpaksa, akhirnya Vinara beranjak dari tidurnya, dan bangun untuk melihat siapa yang datang di teras.
"Saya juga sudah menyiapkan rumah untuk mereka, ya, tidak seberapa besar, yang penting cukup untuk mereka berteduh.."
"Sampai repot-repot segala anda melakukan hal ini, pak, kami jadi tidak enak, karena kami tidak memberikan apapun pada Nak Damar, hanya pesta kecil-kecilan saja, dan itu pun, hanya seberapa kecil saja dari yang anda berikan pada mereka.."
"Haha.. Pak Rama tak perlu merasa sungkan, sekarang Vinara juga jadi mantu saya, jadi sudah kewajiban saya untuk memberi dia yang saya bisa," ucap ayah Damar tanpa ragu.
Vinara tengah mendengarkan ucapan mereka berdua dari balik jendela, merasa terkejut karena ternyata ayah Damar sudah membelikan mereka berdua sebuah rumah, yang kemudian akan ia tempati berdua dengan Damar.
"Astaga! jadi nanti aku akan tinggal satu rumah sama Damar?" gumam Vinara dengan perasaan cemasnya.
"Ada apa, Vin?" tanya Damar pada sang istri, mengejutkan Vinara yang sedang berdiri di balik jendela kamar mereka.
"Ah? apa-apaan si kamu! ngagetin orang aja!"
"Memangnya kenapa kamu berdiri dan ketakutan di jendela seperti itu?" tanya Damar dengan lembut.
"Bukan urusan kamu!"
Tring!
Sebuah pesan masuk di ponsel Vinara, yang kemudian dengan bergegas, wanita itu terlihat mengambil ponselnya, dan melihat pesan masuk tersebut.
Yang jelas itu dari Arya.
Vin, aku harus pergi ke luar negeri, aku tidak mau terus memikirkan kamu yang sudah jadi milik orang lain!
Deg!
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Chiisan kasih
ya elah ibunya damar pakai di tanya malam pertamanya🤣🤣
2023-05-25
0
mom_abyshaq
hadir mae
2023-03-31
1