Esok harinya....
Deraian air mata terus mengalir di pipinya, membasahi seluruh permukaan wajah cantiknya tanpa ampun.
Laki-laki di sampingnya hanya terdiam memaku, tak mampu berkata-kata lagi. Namun terlihat dengan jelas matanya yang berkaca-kaca, mencoba menahan kesedihan dan luka sayatan di hatinya.
Gadis itu bahkan tidak pernah tahu betapa pedih yang dia rasakan saat kedua telinganya mendengar perkataan dari gadisnya barusan.
"Kau sudah menerima lamaran dariku, tapi malah berpikir untuk menikah dengan pria lain! cih! betapa munafiknya kamu!" ucap Arya tanpa menoleh ke arah Vinara sedikitpun.
Vinara terus menggelengkan kepalanya, dan menolak keras julukan munafik dari sang kekasih untuknya.
"Arya, aku juga tidak tahu akan jadi begini, mereka bilang aku harus menebus semua hutang pada keluarganya di masa lalu!"
"Berapa hutang yang harus di bayar? aku yang akan melunasi semuanya!" ucap Arya dengan sangat yakin.
"Ini bukan soal uang, tapi soal janji," ucap Vinara masih dengan tangisan kesedihannya.
"Katakan saja padaku! aku yang akan melunasi semuanya, tapi tolong, jangan pernah menikah dengan orang lain selain aku! aku mohon!" ucap Arya terlihat tulus.
"Aku tidak tahu, hanya saja, aku tidak punya kekuatan untuk menolaknya!"
Sejenak Arya terdiam, mengabaikan kekasihnya yang tengah menangis terisak. Percakapan kali ini benar-benar tidak ada hal menyenangkan sama sekali.
Kabar Vinara yang akan menikahi pria bernama Damar karena sebuah hutang, membuat Arya merasa terhina di sini. Dia bahkan rela membayar berapapun nominalnya asalkan sang kekasih tidak menikah dengan pria lain.
Hanya saja, ucapan janji itu, sungguh membuat dirinya terjatuh, dan tak mampu untuk bangkit lagi.
"Aku akan datang dan bicara dengan orang tua kamu!"
Deg!
🌺🌺🌺🌺🌺
Singkat cerita, kini Vinara dan Arya telah tiba di pelataran rumah Vinara yang kecil. Letak rumah yang memang berada di tempat terpencil membuat mobil Arya begitu susahnya untuk bisa sampai di depan pintu rumah Vinara.
Namun dia sungguh berani melakukannya, menerobos semua rintangan yang menghalangi jalannya.
Blam!
Pintu mobil di tutup dengan rapat, usai dua orang itu keluar dari mobilnya.
Keduanya jalan beriringan, berusaha tegar dan tenang dalam menemui dua orang tua Vinara.
Tak membutuhkan waktu yang lama, Rama dan Danaya terlihat keluar dari rumahnya, dan menatapi sosok Arya yang begitu gagah nan tampan.
Selama ini hubungan Arya dan Vinara memang tidak terlalu terekspos oleh pihak keluarga masing-masing, termasuk juga kedua orang tua Vinara, jadi mereka berdua benar-benar memberi kejutan besar kali ini.
"Vin??" panggil ibunya tatkala dia melihat kedatangan putri cantiknya.
Vinara terlihat mendekat dan mencium tangan ayah dan ibunya, lalu mulai mengenalkan sosok Arya di sampingnya.
"Ayah, ibu!"
"Vin, dia ini siapa?" tanya Rama pada putrinya.
"Ayah, ini Arya, kenalkan, Arya, ini ayah aku!"
"Halo, om!" sapa Arya dengan sopan.
Keduanya bersalaman, dan saling menatap dengan canggung.
"Kalian masuklah, ibu buatkan teh untuk Tuan Arya!" ucap ibu Vinara dengan lemah lembut.
Arya mengangguk saja, lalu terdengar Rama yang mempersilahkan masuk untuk Arya, dan membuka pintu selebar mungkin untuk pemuda itu.
"Masuklah! tunggu ibu buatkan teh!" ucap Rama dengan ramah, meski begitu, pikirannya terasa kacau. Antara dia yang cemas karena memikirkan hubungan Vinara dengan pria ini yang terlibat begitu istimewa, dan ..
Arkh!
Pikirannya sungguh kacau balau. Dia memilih untuk duduk dan mencoba lebih tenang saja, mungkin saja tebakan dalam otaknya mengenai pemuda ini tidaklah benar.
Di depan mata Rama, terlihat pula Arya yang juga terduduk di samping Vinara, dan terlihat dengan jelas dari sorot mata kedua orang itu yang menyimpan sesuatu darinya.
Sang ibu terlihat membawa segelas teh yang kemudian di suguhkan dengan sederhana di depan Arya.
Tak!
"Minumlah, Nak!" tawar Dayana dengan senyum ramahnya.
"Terima kasih, Bu!" balas Arya dengan sangat sopan.
"Terus terang saja, ada maksud apa kamu datang ke sini?" tanya Rama langsung pada poin utamanya, karena memang sejak awal dia sudah tidak sabar untuk mendengar penjelasan mereka berdua.
Arya terlihat menatap mata Vinara yang terlihat gugup di sampingnya. Meski gadis itu terlihat gugup, tapi Arya mencoba untuk tetap meyakinkan dirinya, dia ingin memperjelas kekeruhan yang ada dalam hubungannya dengan Vinara.
"Begini, om, maaf bukan maksud saya untuk mencampuri urusan keluarga Om Rama, saya datang kesini, karena ingin memperjelas hubungan saya dengan Vinara," ucap Arya dengan tenang.
"Hubungan apa yang kau maksud di sini?" tanya Rama sekali lagi pada Arya.
"Baru kemarin saya melamar Vinara, sebelum Vinara pulang dan katanya mendapati calon suami pilihan om yang namanya Damar."
"Melamar?" tanya Danaya agak terkejut.
"Iya, Bu, saya sudah lebih dulu melamar putri ibu, jadi menurut saya, saya lebih berhak atas anak ibu, karena pada dasarnya kami berdua juga berniat menikah karena cinta," jelas Arya masih sangat sopan.
"Jadi maksud kamu, kamu berniat menikahi anak saya dan membatalkan perjodohan Vinara dengan Damar, begitu?" tanya Rama mulai agak keras.
Dengan perlahan, Arya terlihat menganggukkan kepalanya, mengiyakan pertanyaan yang keluar dari mulut Rama, ayahnya Vinara.
Rama terlihat menggeleng, dari raut wajahnya, bisa di pastikan kalau pria itu menolak keras apa yang di katakan oleh Arya barusan.
"Tidak! tidak bisa!" ucap Rama dengan yakin.
Mendengar jawaban dari sang ayah yang mengejutkan, membuat Vinara terheran-heran.
"Ayah, kenapa tidak bisa? bukankah soal menikah dengan siapa itu urusan Vinara?" tanya Vinara mencoba menentang.
"Tidak Vinara! Damar adalah pria yang sudah di pilih oleh ayahmu sejak awal, jadi kau tidak berhak memilih pria lain selain Damar!" ucap Rama semakin yakin.
"Tidak, ayah! masa depan aku, adalah pilihanku! jangan bawa-bawa aku dalam masalah hutang ayah!!"
Plak!!
Tamparan keras langsung meluncur di pipi kiri Vinara oleh tangan sang ayah.
"Ayah, sudah!" ucap Danaya menghentikan kegilaan suaminya.
"Keterlaluan!!!" ucap Rama dengan marah pada putrinya.
"Tapi benar, kan, Yah? aku di jodohkan hanya karena hutang ayah pada mereka, aku tahu itu!!"
Arya menggapai tubuh Vinara, dan mendudukkan kembali di kursi.
"Om, aku bisa melunasi semua hutang om pada mereka, tinggal katakan saja berpaa yang harus aku bayar!" ucap Arya bukan bermaksud untuk sombong, hanya saja, Rama menangkap demikian dengan sebaliknya.
"Dasar sombong! kamu memang punya mobil, tapi mobil dan uang kamu masih belum bisa menjamin Vinara bahagia! pokoknya ayah tetap ingin kamu menikah dengan Damar! tidak ada orang lain yang bisa menikahi kamu selain dia!!"
Terlihat sang ayah berjalan menuju kamarnya dengan begitu marah.
Begitu sialnya nasibku ini!!
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Chiisan kasih
sulit juga di posisi vinara
2023-05-14
0
Amazing
Sebenarnya apa utangnya si???
Ko sampai kayak gitu
2023-04-29
1
Amazing
Iya,benar.
Tapi tetap harus dengan restu ortu
2023-04-29
1