Dorothy yang tengah memegang ponsel milik Ronal tak lama mendengar bunyi dering panggilan dari nomor tak dikenal, bersamaan dengan kemunculan pesan chat yang memenuhi notifikasi di layar atas ponsel.
Membuatnya langsung saja menekan tombol hijau tanpa berlama-lama.
Suara perempuan dengan nada lembut langsung to the point dan mengajak Ronal untuk bertemu dengannya.
Hal ini lantas membuat Dorothy kesal maupun merasa sakit hati, namun tetap ia tahan dalam hati.
Seperti halnya ada sesuatu yang membuatnya enggan untuk meluapkan perasaannya saat ini. Mungkin saja Dorothy tidak ingin memperlebar masalah.
Mengetahui jika perempuan yang menelpon suaminya adalah perempuan yang sama dalam beberapa hari ini selalu mengirimkan surat dan berbagai macam lainnya.
Selayaknya seorang istri yang selalu memperhatikan suami tercintanya. Bahkan kelakuannya itu terlalu sering, sehingga Dorothy merasa tertampar lantaran kurang terlalu memperhatikan keinginan suaminya akhir-akhir ini.
Apalagi mengingat dirinya selalu menolak ketika dimintai jatah dengan dalih sedang datang bulan.
Ronal langsung mematikan panggilan itu memilih untuk mengabaikan perempuan yang bilang ingin bertemu dengannya.
Melihat istrinya dengan raut sedih membuatnya jadi ikutan sedih entah mengapa.
Mungkin seseorang yang telah menjadi satu, hati dan perasaan mereka akan selaras.
"Hei... aku percaya sama kamu sayang, aku percaya... Jadi kamu percaya juga ya sama aku bahwa perempuan itu hanyalah orang yang tergila-gila saja padaku, dan diriku tidak memiliki perasaan apa-apa padanya. Menurutku dia sepertinya sudah gila sampai-sampai terus meneror rumah tangga kita. Mungkin dia menginginkan kita pisah!" ucap Ronal lembut sembari mendekati istrinya yang tengah menangis dalam diam. Ia tahu lantaran hatinya ikut merasakan sakit.
Kemudian Ronal memeluk istrinya hingga membuatnya tenang walaupun masih ada isak tangis yang terdengar, tak lupa mengelus punggung istrinya dengan lembut.
"Hiks... aku nggak mau itu terjadi...!"
"Iya... kamu tenang aja, aku tidak akan tertarik dengan perempuan itu. Bukannya aku sudah memiliki kamu, istri terbaik yang pernah kumiliki."
"Hmmm, tapi aku... aku... sudah..."
"Ha... aku mengerti sayang. Kamu mungkin mengira beberapa hari ini jarak kita agak jauh lantaran sikapmu yang agak berubah padaku akhir-akhir ini bukan? Tak apa, aku maafkan. Mungkin ada kondisi dimana kamu butuh lepas dari segala rutinitas, meskipun sekarang ini kita masih di desa."
"Kalau begitu aku akan datang langsung ke tempat dirimu bekerja dan mewujudkan keinginanmu selama ini!" imbuh Ronal.
"Tidak usah sayang, aku tidak keberatan jika diriku harus bekerja lagi setelah kita kembali ke kota. Aku malah senang bisa membantumu dan mengurangi beban biaya hidup kita..."
Beberapa saat hingga tak ada lagi yang bisa meraka omongan lantaran lelah karena satu setengah jam telah meluapkan isi hati satu sama lain.
Tapi entah mengapa saat Ronal berkata ingin mengunjungi kerabat istrinya sebelum kembali ke kota, Dorothy sekilas terlihat terkejut.
"Sepertinya aku harus mencari informasi tentang kerabatnya."
"Kerabat ku sedang liburan sayang, kebetulan saat aku main kesana dia bilang seperti itu padaku!"
"Ya sudah, mungkin lewat telepon saja."
"Hmmm."
"Kamu kira aku percaya begitu saja terhadap perkataan mu, maaf Dorothy, aku ini memiliki sifat paranoid sejak lama, dan entah mengapa aku baru mengingatnya sekarang? Semenjak dirimu menunjukkan lagak mencurigakan akhir-akhir ini!" ucap Ronal dalam hati sembari menekan daya ponselnya guna menelpon seseorang, yang katanya hendak menelpon polisi untuk menyelidiki perempuan yang meneror rumahnya.
Di kamarnya, Dorothy tengah menelpon seseorang kemudian membicarakan sesuatu yang sepertinya membuatnya gelisah dan khawatir.
"Maaf aku tak bisa, hari ini aku sedang sakit!"
"Aku bisa menyembuhkan mu jadi..."
Ronal tiba-tiba saja masuk kedalam kamar, Dorothy yang menyadarinya langsung saja menindih ponselnya dengan pahanya, membuat orang yang sedang berbicara dalam panggilan jadi tidak terdengar.
Siang hari.
Mereka gunakan untuk tidur siang bersama, sementara jendela dan pintu rumah mereka tertutup dengan baik.
Hal itu Ronal lakukan untuk mengantisipasi datangnya tamu tidak diundang tak lain adalah perempuan itu.
Pagi hari tadi Ronal baru sadar jika jendela kamarnya lecet dan terdapat bekas alat yang membuat jendelanya terbuka secara paksa.
"Zzzz..."
"Zzz..."
Tap.. tap.. tap..
Disaat keduanya sudah tertidur pulas seseorang datang dan langsung mengambil ponsel milik Dorothy.
Dia tidak memiliki niat untuk merampas ponsel yang memang harganya lumayan mahal tersebut, malahan menekan aplikasi sosial media dan kontak.
Beberapa saat hingga dirinya kembali pergi.
Pukul 15.32 sampai 15.50
Ronal masih sabar menunggu masakan buatan istrinya, yang katanya baru hafal resep masakan koki dari tayangan yang ia tonton.
Dengan Ronal yang ditunjuk sebagai jurinya.
Setelah masakannya sudah siap untuk dinikmati dan dinilai, sebut Dorothy ketika menghidangkan masakannya itu di meja kecil dan suaminya menatapnya dengan datar.
Kini Dorothy melihat wajah suaminya menyantap hidangan didepannya satu persatu. Lalu...
"Rasanya tidak terlalu... berlebih, pas di lidah. Untuk ikan salmon dan saus ini aku kasih nilai delapan puluh lima, lalu sup iga ini aku nilai sembilan puluh karena bumbunya terasa meresap hingga ke sum-sum, dan terakhir... mendekat lah dulu kemari. Langsung saja aku nilai seratus!"
"Huh...!?"
Cup.
Di saat Dorothy membuka mulutnya karena tak menyangka masakannya mendapatkan nilai seratus dari Ronal yang tengah dibuat skenario berpura-pura menjadi juri bersifat dingin.
Tak disangka pula suaminya itu melahapnya juga dengan rakus. Lalu melahap bagian lain yang mana membuat Dorothy geli, namun di satu sisi dirinya merasa ter*gs*ng karenanya.
Namun mereka tidak melakukan lebih dari itu saat Ronal terlihat seperti mengingat akan sesuatu.
Setelah itu mereka berdua mandi bersama kemudian setelahnya pergi menuju pantai untuk melihat sunset yang indah.
Di sana banyak yang mereka lakukan seperti membuat rumah pasir lantaran Dorothy masih menyimpan kenangan indah saat dirinya berpacaran dengan Ronal, yaitu membuat rumah pasir lalu Dorothy menginginkan jika suatu hari dirinya akan mempunyai rumah tempat tinggalnya dengan kekasihnya di masa depan.
Flashback on
Ronal yang pada saat itu malas dalam berbicara terpaksa menanggapi ucapan pacarnya itu.
"Huh... terlalu besar menghayal tidak akan membuatmu senang jika keinginanmu itu tidak kesampaian. Aku lebih suka usaha daripada banyak menghayal!"
"Ya udah, kalau begitu aku mau jadi pengantin mu di masa depan. Tapi... setelah aku bisa membuatmu benar-benar jatuh cinta hihi?"
"Terserah, aku ini kebal terhadap cinta!" seraya ia melenggang pergi dengan ekspresi acuh.
Flashback off
Waktu yang pas dikala matahari mulai terbenam mereka berdua lalu berpegangan tangan saat duduk bersama melihat indahnya pemandangan yang ditunggu-tunggu.
Lalu keduanya berciuman dengan wajah yang memerah dan menikmati saat-saat itu. Setelahnya...
Dorothy kemudian menyandarkan kepalanya pada suaminya dan mempererat genggaman tangannya, namun jauh dalam lubuk hatinya dia merasa sedih?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Gomen nasai
Siapa ya yang datang ke rumah mereka
2023-02-26
0