Hari keberangkatan Mazaya dan Jorell ke luar kota pun tiba. Mereka berdua menggunakan mobil perusahaan untuk pergi kesana. Jorell menawarkan dirinya untuk mengemudikan mobil karena tidak mau Mazaya yang mengemudikannya. Mazaya pun menurut saja, karena tidak ingin berdebat dengan Jorell. Lagipula hal itu menguntungkan baginya. Ia bisa tidur di perjalanan.
Selama perjalanan, Jorell fokus mengemudikan mobilnya karena Mazaya yang tertidur. Padahal ia ingin sekali menanyakan banyak hal pada Mazaya.
"Dasar putri tidur!" ucap Jorell ketika Mazaya tertidur dengan kepalanya yang condong ke kiri.
Setelah diamati dalam-dalam, Jorell jadi terpesona pada Mazaya. Apalagi ia bisa melihat bulu mata lentik Mazaya dan wajah tenang Mazaya.
"Ketika tidur kau tenang sekali. Tapi ketika bangun, tenang mu sungguh menghanyutkan. Apa sedari dulu sikapmu memang seperti itu?"
Jorell mulai bertanya-tanya tentang kehidupan Mazaya. Wanita itu benar-benar tertutup tentang kehidupan pribadinya. Bahkan, Jorell tidak melihat satu orang pun yang dekat dengan Mazaya saat di kantor.
"Kau benar-benar misterius rupanya."
Empat jam pun berlalu. Mazaya dan Jorell sudah sampai di hotel tempat mereka akan menginap. Mazaya memegang dua kunci kamar hotel dan memberikan salah satunya ke Jorell.
"Masuklah dan istirahat. Nanti pukul 14.00 kita akan bertemu klien di perusahannya. Jadi, sebelum jam itu, kau harus bangun dan sudah bersiap," ucap Mazaya.
"Iya, kalau nanti aku tidak bangun. Masuk saja dan bangunkan aku. Aku tidak akan mengunci pintunya," ucap Jorell lalu tiba-tiba ia menguap karena ngantuk dan lelah mengemudikan mobil.
"Kau juga istirahat. Tidur di mobil tidak berasa seperti istirahat karena masih terasa pegal," tambah Jorell lagi.
Jorell masuk ke dalam kamarnya dan Mazaya pun begitu. Kamar keduanya adalah bersampingan. Jorell nomor 025 dan Mazaya 024.
Di dalam kamar, Mazaya meletakkan tas yang dipakainya di meja. Ia pun melepaskan blazernya dan hanya memakai kaos putih saja. Kemudian ia naikan lengan bajunya hingga siku. Tangan mazaya mengambil produk pencuci wajah dari dalam tasnya lalu mencuci wajahnya di wastafel dengan produk itu. Setelahnya, Mazaya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Lama-lama Mazaya pun tertidur.
Pertemuan dengan klien pun berlangsung, meski harus menunggu lama, Mazaya dan Jorell pun tidak ambil pusing yang terpenting mereka sudah hadir tepat waktu. Toh, pihak klien lah yang membutuhkan jasa dari perusahaan Living Group.
"Maaf sekali, saya baru bisa datang. Padahal kita berada di gedung perusahaan ku. Saya baru saja selesai rapat dengan para pemegang saham."
Jorell dan Mazaya pun memakluminya.
"Sebagai referensi desainnya, saya membawakan beberapa gambar desain dari produk yang sebelumnya. Karena terlihat sederhana dan tidak menarik perhatian pembeli. Jadi, dari pihak perusahaan memutuskan untuk mengganti desainnya agar lebih menarik tampilannya dan juga menarik di mata pembeli. Warna dasar dari desainnya pihak perusahaan meminta warna hijau botol dipadukan dengan warna merah. Lalu untuk warna lainnya bisa dipadu padankan oleh pihak dari Living Group. Untuk bentuk font dari tulisannya tolong dibuat latin," ucap si klien.
Mazaya yang mendengar permintaan klien pun mulai mencernanya dan membayangkan perpaduan warna itu. Namun, ia sedikit tidak setuju jika warna hijau botol dipadukan dengan warna merah.
"Maaf pak, apa tidak sebaiknya warna merah diganti dengan kuning saja? Jika dengan warna kuning kemasan akan lebih menarik karena terlihat fresh. Kalau dengan warna merah akan sedikit mati," ucap Mazaya memberikan saran.
"Tidak, jangan diganti kuning. Warnanya sangat jelek. Lagian itu desain produk perusahaan ku mana boleh diganti. Warna merah dan hijau adalah warna khusus perusahaan kami," tolak si klien.
"Tapi, jika tidak diganti tetap saja para pembeli tidak akan tertarik pak. Kata anda tadi pihak perusahaan menyerahkan semuanya pada kami. Jadi, itulah saran saya."
"Tidak, tidak, pokoknya jangan diganti. Kau tidak tahu perpaduan warna yang serasi rupanya. Kau pegawai baru ya? Kenapa pihak Living Group justru malah mengirim orang yang tidak tahu desain kemari," kesal si bapak.
"Pak!"
Mazaya mulai terpancing emosinya. Ia tidak terima kalau dikatai tidak tahu desain. Ia bahkan mati-matian belajar desain karena saking sukanya.
Ketika akan bicara lagi, Mazaya ditahan oleh Jorell dan Jorell lah yang menggantikan Mazaya menghadapi klien yang banyak maunya.
"Mohon maaf sekali pak, apa yang dikatakan ketua tim saya memang benar. Tapi, jika bapak masih tetap ingin memadukan dua warna itu kami akan mengikutinya. Tapi jangan salahkan pihak kami nantinya jika tidak banyak orang yang tertarik dengan produk bapak. Karena sebuah kemasan itu adalah salah satu bagian penting dari sebuah produk."
Secara tidak langsung Jorell memberikan pilihan pada si klien. Semuanya tergantung pada keputusan orang itu. Alhasil, si klien pun menurut saja, tapi jika kemasan itu tidak menarik perhatian pembeli, pihak perusahaan itu akan memberikan ultimatum pada pihak Living Group.
"Iya, kami akan bertanggungjawab. Bapak tenang saja. Kami juga tidak mungkin mengecewakan pelanggan juga membuat kerugian untuk perusahaan Living Group. Kalau begitu kami pamit pak. Terima kasih atas kerja samanya. Desain kemasan paling lama akan selesai dalam waktu seminggu berserta mockup desainnya."
Jorell dan Mazaya pun pergi dari sana. Keberadaan Jorell membantu Mazaya untuk mengahadapi klien tersebut.
Saat ingin menyentuh pundak Mazaya untuk menenangkan wanita itu. Secara tidak langsung, tubuh Mazaya menolak karena ia berjalan lebih cepat dan memilih duduk di bawah pohon di depan perusaan kliennya.
"Kalau menghadapi klien itu harus tetap tenang meskipun mereka bisa saja tidak menghargai kita. Aku tahu, aku hanya pegawai baru. Tapi, aku sudah berpengalaman karena pernah magang di perusahaan dengan banyaknya permintaan. Bahkan terkadang mereka suka sekali minta revisi di waktu yang tidak masuk akal."
"Aku tahu. Hanya saja wanita yang sedang dalam masa datang bulan akan lebih sensitif dan mudah terpancing emosinya," jawab Mazaya.
"Oh, kau sedang datang bulan ya? Jadi kalau sudah selesai, kau tidak akan marah-marah dan akan bersikap ramah padaku kan?"
Mazaya menatap Jorell lalu melengos begitu saja ke parkiran. Ia sudah masuk lebih dulu ke dalam mobil dan menunggu Jorell masuk dan menjalankan mobilnya.
"Aku kira kau akan pergi sendiri dan meninggalkan aku disini," ucap Jorell saat memasangkan sabuk pengamannya.
"Sebenci-bencinya aku ke orang. Aku tidak akan mungkin menyakiti orang itu. Jadi untuk apa aku melakukan itu padamu?"
"Jangan bilang, kau membenciku ya?" tanya Jorell.
Mazaya terdiam dan enggan menjawab. Ia malah asik dengan ponselnya. Jorell pun akhirnya menjalankan mobil itu sambil terus menerka-nerka apakah dirinya dibenci oleh Mazaya atau tidak. Tapi memang sikap wanita di sampingnya ini cuek ke semua orang. Jadi akan sedikit susah untuk menebaknya.
*
*
Hari kedua di luar kota, Jorell dan Mazaya sudah bertemu dengan klien kedua. Untungnya, klien itu tidak banyak permintaan, jadinya mereka sedikit lega.
Jorell mengajak Mazaya untuk jalan-jalan sebelum esok hari mereka harus kembali.
"Tadi aku browsing di internet. Katanya di dekat hotel ini, ada pasar malam. Katanya sih kalau jalan kaki waktu tempuh kita kesana hanya 15 menit. Mau mampir kesana sebentar? Besok kan kita sudah harus kembali. Rasanya, sayang sekali jika tidak memanfaatkan waktu dinas ke luar kota sambil menikmati liburan. Iya kan? Bagaimana?"
"Tidak, aku lelah ingin istirahat," tolak Mazaya.
"Kan, kan, kan. Kau ini kebiasaan sekali menolak tanpa dipikir dulu. Sayang banget lho kalau melewatkan ini. Dengan pergi ke pasar malam kita bisa menghilangkan rasa lelah dan suntuk dari dunia kerja. Mau ya? Please!"
Jorell memaksa dengan sedikit memelas. Karena ia pun tidak mau jika ke pasar malam sendirian.
Mazaya yang melihat Jorell yang ingin sekali ke pasar malam pun akhirnya mengangguk lalu masuk ke dalam kamarnya.
"Kau mau?" tanya Jorell memastikan.
"Iya," jawab Mazaya.
"Yes! Yes! Yes!"
Jorell kegirangan saking senangnya. Ia pun masuk ke dalam kamarnya dengan sambil bernyanyi.
*
*
Malam pun tiba, Jorell mengenakan pakaian casual berwarna hitam dengan celana panjang berwarna moca. Tak lupa ia memakai gel rambut untuk merapihkan rambutnya.
Sebelum keluar dari kamarnya, Jorel mengambil jaketnya untuk dipegang di tangan kirinya.
Tok tok tok
Jorell mengetuk pintu kamar Mazaya, agar wanita itu cepat keluar.
Tak lama kemudian, Mazaya keluar dengan mengenakan sweater berwarna mint dan celana berwarna hitam panjang. Tak lupa ia membawa tas selempang kecil untuk menyimpan barang pribadinya.
Keduanya terlihat seperti akan kencan dengan pakaian yang casual. Meski Mazaya tidak merias wajahnya, Jorell mengakui bahwa Mazaya memang cantik natural.
Mazaya dan Jorell memilih berjalan kaki ke pasar malam dengan alasan menghemat waktu. Karena pasti jalanan akan macet jika mereka memakai mobil. Lagipula dengan berjalan mereka jadi lebih bisa menikmati suasana malam dengan cahaya bulan dan cahaya bintang di langit.
Sebenarnya ini adalah kali pertama Jorell pergi ke pasar malam. Makanya ia sampai memelas dan memaksa Mazaya. Jadi anak seorang pimpinan membuat aktivitas Jorell terbatas. Tidak boleh beli ini dan itu. Tidak boleh pergi kesana dan kesitu. Semuanya seperti sudah tersusun dengan rapi oleh ibunya.
Jadi, ketika ada kesempatan langka seperti ini. Ia ingin memanfaatkan waktu itu dan melakukan apapun yang ia mau.
Sesampainya di pasar malam, mata Jorell berbinar. Ia benar-benar takjub dengan banyaknya manusia disana. Selama ini, Jorell hanya bisa melihat itu di internet tanpa tahu bagaimana rasanya.
Ia pun saking senangnya sampai tanpa sadar menarik tangan Mazaya untuk masuk lebih dalam ke pasar malam.
Jorell melihat banyaknya stand makanan, dan beberapa wahana permainan. Yang ingin ia rasakan hanyalah suasananya dan berbagai macam makanan. Karena untuk wahana, ia sudah pernah naik beberapa dari mereka.
"Tolong singkirkan tanganmu!" ucap Mazaya ketika keduanya berhenti berjalan.
"Eh, maaf-maaf." Jorell melepas tangannya dari tangan Mazaya.
Setelah itu keduanya, berjalan dari ujung timur sampai ke ujung barat. Tidak ada rasa cape atau bisa yang mereka rasakan.
Mazaya berhenti berjalan. Matanya tertuju pada satu wahana yang mengingatkannya pada masa kecilnya dulu yaitu bianglala.
Jorell pun memerhatikan itu, dan mengajak Mazaya untuk naik wahana itu.
"Ayok naik itu! Kau terlihat ingin sekali menaikinya. Karena aku baik hati, aku akan dengan senang menemanimu menaikinya."
Kali ini Mazaya tidak menolak, karena pikirannya tengah bernostalgia pada masa kecilnya yang bahagia.
Ketika berada di bianglala, Mazaya melihat ke sekelilingnya. Semua orang bisa terlihat ketika ia berada di atas bianglala. Hingga tanpa sadar ada senyuman yang berkembang dari bibir Mazaya. Jorell yang tak sengaja melihat itu pun jadi terpesona.
Senyuman Mazaya yang ia lihat untuk pertama kalinya.
Manis sekali.
Tanpa sadar, dada Jorell berdebar karena senyuman itu. Ia langsung menyentuh dadanya.
Deg! Deg! Deg!
Mazaya yang terlalu fokus menikmati wahana, tidak memperhatikan Jorell.
Sampai bianglala pun berhenti. Mazaya dan Jorell pun turun dan melihat hal lain lagi. Mazaya membeli corn dong dan memakannya sambil berdiri. Lagi-lagi bayangan masa lalunya muncul di kepalanya. Bayangan indah ketika ia ke pasar malam bersama ayahnya.
"Terima kasih sudah mengajakku kesini."
Jorell terkejut mendengarnya. Ada rasa-rasa aneh dan curiga ketika Mazaya berterimakasih padanya. Namun, ia tetap menjawab.
"Sama-sama, berarti jika lain kali aku mengajakmu jalan-jalan. Kau tidak akan menolak lagi kan?" tanya Jorell.
"Sudah dikasih hati jangan minta jantung."
Itulah jawaban dari Mazaya yang membuat Jorell jadi sedikit meringis.
Hari sudah semakin malam, keduanya pun kembali ke hotel.
*
*
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Tari Gan
aelahhj kapan gunung es mencair nya....
2023-02-19
0
Bambang Setyo
Semakin dijutekin malah semakin penasaran ya jo...
2023-02-16
0