Seusai bekerja, Jorell menunggu Mazaya di depan gedung perusahaan. Ia menunggu sambil berdiri dengan memainkan kartu pegawainya.
"Perasaan jam waktu pulang kerja antar karyawan semuanya sama. Kenapa dia lama sekali turunnya?"
Tak lama kemudian, Mazaya pun sudah kelihatan. Jorell langsung tersenyum dan mendekat ke Mazaya.
Mazaya langsung heran dengan keberadaan Jorell di sampingnya.
"Kontrakan kita kan searah dan sekompleks juga. Rasanya aneh saja kalau kita tidak pulang bersama. Lagipula, pulang bersama jauh lebih baik daripada pulang sendirian."
"Aku tidak berpikir sama sepertimu," balas Mazaya lalu berjalan mendahului Jorell.
Jorell pun mengikuti Mazaya dengan berjalan pelan di belakang wanita itu. Ia sengaja berjalan dengan jarak yang agak jauh. Takut saja jika akan terkena tendangan kedua dari Mazaya.
"Lagian, baru kali ini aku bertemu wanita sejenis Mazaya. Seperti harimau sumatera saja keberadaan mulai langka."
Jorell berbicara sendirian sambil terus mengikuti Mazaya. Sesampainya di rumah, Jorell meletakan tas nya dan melepaskan pakaian yang ia kenakan. Lalu menyalakan kipas angin karena kegerahan.
"Tidak mudah rupanya jadi orang biasa begini. Meski di London aku hidup sendiri. Tapi fasilitas disana cukup memadai. Aku masih bisa pakai AC. Kalau disini aku cari kontrakan yang ada AC nya, apa kata orang? Aku kan hanya pegawai biasa. Kemungkinan besar malah timbul banyak kecurigaan."
*
*
"Selamat pagi," sapa Jorel sambil tersenyum pada Mazaya, setibanya Mazaya di kantor. Jorell sengaja datang lebih awal supaya bisa menyapa Mazaya setiap paginya.
Mazaya hanya melengos saja dan menatap datar ke arah Jorell.
Rupanya ucapan selamat pagi itu tidak hanya berlangsung satu hari, tapi setiap paginya selalu berulang hingga berminggu-minggu lamanya. Tak hanya itu, Jorell bahkan tidak pernah menyerah untuk mengajak makan siang bersama pada Mazaya.
"Hari ini menunya nasi padang, soto lamongan dan magelangan. Apa kau masih tidak berniat untuk makan bersama? Kata orang, makan bersama orang lain itu bisa menambah nafsu makan lho!"
"Aku tidak tertarik," jawab Mazaya.
Hari esoknya, Jorell masih terus berusaha agar Mazaya mau makan bersama.
"Ada sate ayam, ketoprak dan mie aceh, itu menu untuk makan siangnya. Alangkah baiknya jika kau mau makan siang bersama. Aku akan memberikan setengah jatah makan siangku untukmu."
"Kau pikir aku rakus?"
"Eh, bukan itu maksudku. Aku hanya berbaik hati berbagi makanan denganmu," jawab Jorell yang tidak ingin Mazaya salah paham dengan perkataannya.
"Kau tidak pernah bosan ya mengucapkan selamat pagi padaku, mengajakku makan siang bersama tiap harinya, dan juga mengajakku untuk pulang bersamamu? Aku saja yang mendengar hal itu berulang kali benar-benar bosan." Mazaya mengeluarkan isi hatinya yang bosan dengan tingkah Jorell.
"Memangnya kata bosan itu penting ya? Aku sih hanya melakukan apa yang aku suka. Aku juga memikirkan hasil akhirnya. Apakah nantinya kau akan tergerak hatinya atau akan tetap mengeras seperti batu. Itu saja."
Lagi-lagi Mazaya pergi tanpa kata. Jorell tidak sakit hati dan menyerah begitu saja. Ia malah semakin bersemangat dan menggebu-gebu dengan sikap Mazaya itu.
Hingga di suatu hari, Mazaya akhirnya menerima ajakan Jorell untuk makan bersama. Ia beralasan bosan dan ingin terbebas dari ajakan Jorell. Jorell tersenyum senang, setidaknya ia berhasil membuat Mazaya mau makan bersama. Itu artinya kerasnya hati Mazaya masih bisa dihancurkan.
Mazaya dan Jorell pun sudah datang dan duduk satu meja dengan Stefani dan Joseph. Mereka duduk saling berhadapan.
Awalnya Stefani dan Joseph tidak percaya, Jorell mampu membuat Mazaya setidaknya mau duduk bersama dulu dengan mereka. Itu saja sudah sangat luar biasa. Apalagi sekarang Mazaya malah membawa makan siangnya dan semeja dengan mereka. Benar-benar luar biasa. Ditambah ini kali pertama Mazaya makan bersama dengan staf setim nya. Dulu Mazaya sering diajak oleh karyawan disana untuk makan bersama. Namun kebanyakan Mazaya selalu menolak, hingga akhirnya tak ada lagi yang mengajaknya makan siang bersama.
Di awal suasana agak sedikit canggung karena keberadaan Mazaya disana. Namun, keberadaan Jorell mampu mengubah suasana, juga dengan adanya Joseph yang suka nyeletuk jokes-jokes receh yang membuat suasana sedikit mencair. Tapi itu hanya berlaku untuk mereka bertiga kecuali Mazaya.
"Tidak usah pedulikan keberadaan ku. Bicaralah dengan santai," ucap Mazaya kemudian memasukan makanannya ke dalam mulut.
Wanita itu benar-benar cuek dengan keadaan sekitarnya. Ia bahkan bisa makan dengan santainya, di saat orang lain merasa tidak enak dan tidak nyaman.
Lagi-lagi Jorell merasa penasaran dan semakin tertarik dengan kepribadian Mazaya. Jarang sekali ia menemui wanita seperti Mazaya.
Selesai makan pun, Mazaya langsung pergi tanpa pamit. Membuat Joseph dan Stefani menganga.
"Kalian berdua ini terlalu berekspresi berlebihan. Tidak usah heran dan aneh. Karakter tiap manusia itu memang berbeda. Ada yang cuek, ada juga yang perhatian. Dan ya, Mazaya sepertinya tipe orang yang cuek. Jadi, tolong kondisikan ekspresi kalian, oke?"
Mereka berdua pun mengangguk bersamaan, seperti bawahan yang mematuhi ucapan atasannya.
"Kalau begitu aku duluan ya, habiskan lah makan kalian."
Lagi-lagi mereka berdua mengangguk bersamaan.
Lalu setelah Jorell pergi, keduanya saling bertatapan kemudian menghela napas bersamaan pula.
"Rasanya suasana tadi horor sekali. Sebenarnya aku tadi hampir saja tidak punya bahan candaan karena saking tegangnya. Tapi untunglah Jorell memancingku duluan," ungkap Joseph.
"Aku juga. Rasanya merinding. Tapi kalau diingat-ingat. Cara makan Mazaya anggun sekali. Aku bahkan tadi sedikit terpana. Ia bahkan tidak berisik ketika makan. Oh, dan lihat! Tidak ada satu pun yang tersisa di piringnya."
Seketika yang awalnya takut pada Mazaya, Stefani jadi sedikit kagum dengan cara makan Mazaya. Benar-benar berkelas.
*
*
Sebelum kembali ke ruangannya, Mazaya keluar sebentar ke coffee shop yang berada di seberang kantor. Ia membeli satu americano dan membawanya di tangan kanannya.
Ketika sampai di ruangan tim nya, ia dicegat oleh Jorell dengan dihalangi oleh tubuh laki-laki itu.
"Maumu apa sebenarnya?"
"Kau membawa apa?"
Bukannya menjawab pertanyaan Mazaya, Jorell malah bertanya apa yang dibawa Mazaya.
"Bisa lihat kan?"
Jorell mendengus sebal.
"Tinggal jawab aja susah," balas Jorell lagi.
"Kalau kau bisa melihatnya dan mengamatinya secara langsung. Kenapa aku harus repot-repot menjawab dan menjelaskan? Buang-buang waktu," balas Mazaya lagi dengan ketusnya.
"Terkadang ada sesuatu yang tidak bisa hanya dilihat dan diamati saja. Ada kalanya semua butuh jawaban dan penjelasan. Jika tanpa itu, bukankah akan terus terjadi kesalahpahaman? Bukankah sebuah komunikasi itu penting? Dan komunikasi itu, di dalamnya pasti ada banyak kalimat tanya. Tentunya kalimat tanya itu harus dijawab. Apa sekarang kau sudah mengerti, Mazaya? Hidupmu tidak akan berwarna jika terus menghindar dan menghindar. Ada kalanya kau harus keluar dari zona nyaman mu."
Seketika Mazaya terdiam. Setiap kata yang diucapkan oleh Jorell begitu mengena ke dalam hatinya.
*
*
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
pingkygirl
di lihat dari cara makan yg anggun,dugaanku mazaya bukan orang biasa..
2023-03-01
0
lovely
biasanya yg dingin ky s batu cowok alurnya bagus lain dr yg lain 😇
2023-02-17
0
Tari Gan
si mazaya tuh dinding sedingin es batu
2023-02-15
0