Bab 4 - Semakin Tertarik

Ketika Mazaya sedang sibuk dengan desainnya, ia mendapatkan telepon dari direktur yang menyuruhnya untuk menemui dia.

Kini Mazaya sudah berada di ruangan direktur yang adalah Jeffrey Livingston, anak pertama dari Margareth.

"Kau akan ditugaskan ke luar kota untuk menangani klien penting. Perusahaan itu membutuhkan jasamu untuk membuat beberapa desain produk. Tentunya kau tidak akan pergi sendirian kesana. Aku akan memerintah seseorang untuk membantumu."

"Baik pak direktur. Saya akan melaksanakan tugas itu dengan baik."

"Ya, aku tahu. Kau memang selalu melakukan yang terbaik. Kembalilah, aku akan memilih salah satu dari staff mu untuk menemanimu. Tolong panggilkan Stefani dan suruh dia menghadap ku."

"Baik."

Mazaya keluar dari ruangan direktur dan kembali ke ruangannya. Ia memanggil Stefani untuk bertemu dengan direktur. Kemudian setelah Stefani, giliran Joseph dan terakhir Jorell.

Ketika Jorell memasuki ruangan direktur, ia memandangi ruang kerja kakaknya. Ruangan dengan fasilitas lengkap, juga ada kamar pribadi di dalamnya.

"Duduk!"

Jorell pun duduk sesuai perintah kakaknya.

"Apa kau masih mau berada di tim desain itu? Tidak ingin jadi CEO saja?" tanya sang kakak.

"Aku suka disana. Aku belum mau jadi CEO. Jadi, kakak tidak usah memaksaku seperti mama."

"Huh! Baiklah, kau akan aku tugaskan ke luar kota bersama Mazaya. Jadilah partner yang baik untuk Mazaya. Jangan membuatnya repot."

"Baiklah, aku akan menjadi partner yang baik untuknya. Tapi, Mazaya selalu cuek padaku," curhat Jorell.

"Dia memang begitu. Jadi, jangan heran."

"Aku tidak heran. Hanya sedikit kesal saja. Tapi aku malah jadi tertarik padanya," ucap Jorell sambil tersenyum.

Jefrey melihat senyuman dari adiknya itu. Terasa ada yang berbeda.

Apa Jorell menyukai Mazaya?

"Jangan buat kesalahan! Jangan berpikir yang aneh-aneh dan jangan ganggu Mazaya! Pasti kau sudah tahu banyak tentang Mazaya karena kau berada di bawah kendalinya. Aku hanya tidak ingin tim desain jadi berantakan saat kau mengacau."

"Ish! Apaan sih? Aku kan hanya bilang tertarik. Lagian buat apa mengacau? Itu bukanlah gayaku."

"Ya, ya, ya, kembalilah ke ruangan mu dan sampaikan pada Mazaya dan teman-teman mu bahwa kaulah yang akan menemaninya di luar kota."

"Siap."

Jorell masuk ke dalam ruangannya dan disambut dengan tatapan penuh penasaran dari Stefani dan Joseph karena tadi direktur bilang keputusan akan disampaikan oleh Jorell yang terakhir masuk ke ruangannya.

"Bagaimana keputusan direktur? Siapa yang akan ikut ke luar kota?" tanya Stefani yang antusias.

"Iya, siapa yang akan ikut? Apa itu aku?" Joseph juga ikut bertanya.

"Sayangnya yang ikut itu adalah aku, hehe," jawab Jorell.

Terdengar helaan napas dari Stefani dan Joseph. Mereka berdua berharap bisa ikut ke luar kota. Karena kesempatan itu akan bagus untuk kenaikan jabatannya nanti juga bonus.

"Selamat ya, kau pegawai baru tapi sudah bisa dinas ke luar kota. Aku iri sekali."

Stefani mengungkapkan isi hatinya di depan Jorell dan Joseph.

"Nanti juga akan ada masanya kau yang dinas ke luar kota Stef. Mungkin kali ini akulah yang sedang beruntung. Aku ke ruangan Mazaya dulu ya."

Joseph dan Stefani pun mengangguk lalu melanjutkan lagi pekerjaan mereka.

Langkah kaki Jorell sudah sampai di depan ruangan Mazaya. Jorell mengetuk pintu itu lalu dipersilahkan masuk oleh Mazaya.

"Ada apa?" tanya Mazaya.

"Em, jadi begini yang akan menemanimu di luar kota adalah aku," ucap Jorell.

Mazaya terkejut akan tetapi ia menyembunyikan keterkejutannya itu dengan wajah datarnya.

"Oh begitu. Ya sudah, terima kasih sudah memberitahu."

Giliran Jorell yang dibuat heran. Tidak ada ekspresi terkejut, senang atau kesal kah kalau dirinya yang ikut? Jorell sungguh tidak tahu bagaimana isi kepala Mazaya. Ia pun keluar dari ruangan Mazaya dengan ekspresi yang keheranan.

Sementara di dalam ruangan, Mazaya memperlihatkan wajah kesalnya.

"Aih! Kenapa harus Jorell? Kenapa tidak Stefani atau Joseph saja?"

Meski kesal dengan keputusan direktur. Tapi Mazaya mengakui bahwa kemampuan Jorell memang di atas Stefani dan Joseph. Dan ia pun tidak mungkin menolak atau menentang perintah dari atasannya. Ia hanya berharap Jorell tidak mengganggunya. Karena yang Mazaya tahu, Jorell selalu berusaha mendekatinya dan Mazaya tidak tahu alasan apa di belakangnya. Semua orang tahu kalau dirinya tidak pandai bergaul dan dijauhi oleh karyawan di kantor, tapi Jorell justru mendekatinya.

Waktu pulang kerja pun tiba, Jorell mendekat ke Mazaya untuk pulang bersama. Laki-laki itu terus berbicara di dekat Mazaya. Padahal Mazaya tidak memperdulikan apa yang dikatakan oleh laki-laki itu.

"Aku sudah tinggal di kontrakan itu beberapa bulan. Tapi sampai sekarang aku masih tidak tahu dimana tempat pembuangan sampah. Jadi, aku suka menumpuknya di depan rumah. Ya, walaupun terkadang aku suka membuangnya di tempat yang agak jauh. Tapi itu kan memakan banyak waktu. Beberapa hari terakhir aku selalu dimarahi oleh tetangga yang tinggal di sebelah kontrakan ku. Katanya bau sampah itu tercium hingga kontrakannya. Saat aku bertanya dimana tempat pembuangan sampah, dia malah tidak menjawab karena kesal padaku. Jadi, kalau kau akan buang sampah, ajaklah aku."

Tidak ada tanggapan apapun dari Mazaya, wanita itu hanya fokus berjalan saja.

"Mazaya, tanggapi kek. Aku kan lagi butuh bantuanmu."

Mazaya pun berhenti berjalan dan menatap ke arah Jorell.

"Hal sesederhana itu haruskah kau tidak perlu menceritakannya padaku. Tempat pembuangan sampah berada tidak jauh dari area kontrakan. Cukup jalan lurus lalu belok kiri, disana kau bisa membuang sampahmu."

Setelah mengatakan itu, Mazaya berjalan kembali. Jorell tersenyum karenanya. Sebenarnya apa yang diceritakan Jorell itu hanya karangan semata. Ia hanya ingin mengobrol dengan Mazaya. Karena sudah sekali berbasa-basi dengan Mazaya.

"Hei, tunggu aku!" teriak Jorell ketika Mazaya sudah berjalan jauh di depannya.

Jorell senyum-senyum lagi sambil memperhatikan jalan Mazaya. Wanita itu terlihat sangat elegan dengan pakaian yang ia kenakan. Alis yang tebal membuatnya terkesan jutek. Ya, walaupun sebenarnya memang sudah jutek sih. Tapi, tahi lalat di sisi kiri hidung membuatkan terlihat manis di mata Jorell. Tak lupa rambut panjang lurusnya yang selalu diikat satu tiap harinya. Padahal Jorell gemas sekali ingin melepas ikat rambut itu. Namun, ia masih belum berani melakukannya karena tidak bisa membayangkan bagaimana kesalnya Mazaya.

"Kau tinggal sendiri di kontrakan?" tanya Jorell.

"Aku tidak berniat menjawab pertanyaan itu."

"Ah, begitu. Lalu apa yang akan kau lakukan di akhir pekan ini sebelum pergi ke luar kota?" tanya Jorell lagi.

"Kalau aku, aku akan pergi mendaki bukit. Jika kau belum ada kegiatan. Mau ikut bersamaku?" tambah Jorell.

"Tidak!" tolak Mazaya.

"Pikir-pikir dulu kek, jangan langsung menolak. Aku kan jadi sakit hati mendengarnya."

"Kalau tidak ingin sakit hati. Menjauh lah dariku. Jangan ajak aku bicara kecuali hal penting."

Lalu Mazaya berjalan lebih cepat dan masuk ke dalam kontrakannya. Jorell hanya mampu melihat kepergian Mazaya itu.

"Kenapa aku jadi semakin tertarik padamu?"

*

*

TBC

Terpopuler

Comments

Bagus Rahmad

Bagus Rahmad

aahayy saya suka cerita dan karakternya thor

2023-02-16

0

Murni Tampubolon

Murni Tampubolon

ada sesuatu dengan mayzena

2023-02-15

0

Tari Gan

Tari Gan

mazaya si hati batu😂

2023-02-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!