Terjebak Cinta Jorell
Bandara Soekarno Hatta
"Akhirnya aku kembali lagi ke tanah air setelah bertahun-tahun di negeri orang," ucap seorang pria berperawakan tinggi, berparas tampan dan berkepribadian hangat sambil tersenyum melihat suasana di sekitarnya. Dari pancaran matanya saja sudah terlihat bahwa laki-laki itu begitu merindukan tanah kelahirannya.
Ketika ia melihat seseorang memegang papan nama bertuliskan 'Jorell Livingston'. Ia langsung tahu bahwa orang tersebutlah yang akan menjemputnya. Jorell pun langsung mendekat ke orang tersebut.
"Selamat datang kembali Tuan Muda," ucap orang tersebut yang rupanya adalah supir kepercayaan Margareth, mamanya Jorell.
"Terima kasih Pak Li. Lama juga kita sudah tidak berjumpa."
"Biar saya bawakan kopernya Tuan Muda."
Pak Li menawarkan dirinya untuk membawa koper dari Jorell. Namun dengan halus Jorell menolak.
"Tidak perlu. Aku bisa membawanya sendiri Pak Li."
"Baiklah, Tuan Muda memang selalu seperti ini."
Hanya dibalas dengan senyuman oleh Jorell. Sudah bukan rahasia umum lagi, semua pekerja di rumah Jorell sudah tahu jika kepribadian tuan muda mereka ini sangat ramah dan berhati hangat. Bahkan terkadang, tuan mudanya menolak untuk dilayani oleh pelayan, makanya ia memilih London sebagai tempatnya mencari ilmu sekaligus melarikan diri dari hidupnya yang serba mewah.
Setengah jam kemudian, Jorell sudah sampai di rumahnya. Ia disambut dengan baik oleh sang mama tapi tidak dengan kakaknya yang sibuk di perusahaan.
"Akhirnya kau pulang juga. Mama sudah menunggu lama sekali. Karena kau sudah pulang, besok mama akan langsung umumkan pengangkatan mu sebagai CEO di perusahaan Living Group," ucap Margareth.
Jorell paham akan permintaan mamanya itu. Karena memang anak mamanya hanya dua, Jefrey Livingston anak pertama dan Jorell Livingston dirinya sendiri sebagai anak kedua. Jefrey sudah memiliki posisi sebagai direktur di perusahaan tersebut. Namun, ia benar-benar tidak menginginkan posisi CEO itu.
"Bolehkah aku meminta sesuatu ma? Aku benar-benar tidak menginginkan posisi itu. Aku ingin jadi karyawan biasa saja," tolak Jorell.
"Kenapa? Coba katakan alasannya?" tanya Margareth.
"Aku ingin merasakan bagaimana kehidupan karyawan biasa. Aku juga ingin tahu bagaimana sikap dan perilaku para bawahan yang akan aku pimpin nantinya. Setidaknya aku sudah mengenal mereka dulu sebelum aku benar-benar jadi pemimpin mereka," jawab Jorell.
Margareth tampak sedikit berpikir tentang alasan anaknya itu. Namun, jika diingat-ingat kembali, ini memang permintaan anaknya untuk pertama kalinya. Tanpa pikir panjang, Margareth pun mengizinkan dengan syarat Jorell harus membantu Jefrey ketika dalam kesulitan.
"Pasti ma, aku akan membantu Kak Jefrey," balas Jorell.
"Ya sudah, sana pergi ke kamar dan istirahat. Mama akan urus semua berkas yang kau butuhkan dan menempatkan mu di bidang yang sesuai dengan kemampuanmu," ujar Margareth meminta Jorell untuk beristirahat.
"Ada satu permintaan lagi ma," ucap Jorell membuat alis Margareth sedikit terangkat. Permintaan anak keduanya ini selalu berada di luar nalarnya, dan aneh-aneh.
"Apa lagi?"
"Mulai besok aku tidak akan tinggal di rumah ini. Aku sudah mendapatkan tempat tinggal di sebuah kontrakan kecil dekat perusahaan. Aku hanya ingin merasakan jadi orang biasa tanpa adanya kemewahan ini dan semua fasilitas dari mama."
Margareth jadi pusing sendiri dengan permintaan Jorell yang benar-benar di luar dugaan. Jika hanya jadi karyawan biasa oke-oke saja baginya. Tapi, menjadi orang biasa dan tinggal di lingkungan mereka. Margareth tidak mau membayangkan semua itu. Anaknya yang ia besarkan dengan segala kemewahan dan fasilitas serba ada harus hidup dengan serba kekurangan. Tidak, Margareth tidak mau itu terjadi.
"Rel, mama menolak untuk permintaan keduamu itu. Kau harus tetap tinggal di rumah ini!" Margareth menentang permintaan Jorell.
"Please ma! Aku sudah terbiasa dengan semua itu. Mama tidak perlu khawatir. Aku janji, jika aku mulai bosan dan tidak kuat tinggal di rumah kontrakan, aku akan kembali ke rumah. Janji! Nggak bohong!"
Melihat keseriusan dari Jorell lagi-lagi Margareth mengiyakan permintaan anak keduanya meski agak sedikit tidak rela.
*
*
Hari pertama bekerja pun dimulai. Jorell datang ke perusahaan dengan diantar oleh Pak Li tapi minta diturunkan di jalan agak jauh dari perusahaan. Ia tidak ingin orang-orang akan tahu siapa dirinya yang sebenarnya.
Jorell masuk dengan kartu identitas yang sudah lengkap. Ia tinggal menaruh kartu pegawainya di pintu masuk dan pintu pun akan terbuka. Ia berjalan dengan santai, tanpa perlu memikirkan hal apapun karena memang pegawai disana tidak ada yang tahu kalau dirinya adalah anak dari presdir perusahaan Living Group kecuali pegawai dengan jabatan yang tinggi. Terlalu lama menetap di London membuat Jorell tidak terlalu dikenal di perusahaan.
Ketika melihat tulisan di papan ruangan 'Tim Desain' Jorell pun langsung masuk kesana. Ia terdiam sejenak ketika tidak ada seorang pun yang menyapanya dan mereka malah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Seorang wanita dengan setelan pakaian berwarna pastel berjalan ke arahnya. Wanita itu memberikan beberapa tumbuk laporan padanya.
"Fotokopi laporan itu jadi 2. Setelah itu kembali lagi," perintah wanita itu.
Jorell yang memang ingin merasakan bagaimana menjadi karyawan biasa pun menuruti saja perintah wanita itu dan pergi ke ruang fotokopi. Setelah selesai dengan tugasnya, Jorell kembali lagi ke ruangan.
Lagi-lagi wanita itu memberikan tugas untuknya.
"Antarkan berkas ini ke ruangan direktur. Jika direktur belum setuju dengan rancangan desain kemasan yang dibuat. Dengarkan saja sarannya dan tulis semuanya di buku catatan ini," ujar wanita itu sambil memberi buku catatan kecil beserta sebuah pulpen.
Selesai dari ruangan direktur, Jorell lagi-lagi mendapatkan tugas ini dan itu hingga membuat laki-laki itu sedikit kewalahan.
Setelah asik menyuruh Jorell, Mazaya pun akhirnya tersadar bahwa di tim nya akan ada karyawan baru. Ia kemudian melihat ke arah Jorell.
"Kau kah karyawan baru itu?" tanya Mazaya.
Jorell pun langsung mengangguk dan tersenyum ramah. Namun senyumannya itu tidak berbalas karena Mazaya hanya memperlihatkan wajah datarnya.
"Perkenalkan dirimu!" pinta Mazaya.
"Namaku Jorell, ini adalah pengalaman pertamaku bekerja. Mohon bantuannya semuanya," ucap Jorell sambil tersenyum lagi.
Senyuman itu disambut dengan senyuman juga oleh karyawan wanita.
"Aku Stefani, panggil saja Stef atau Fani. Senyaman mu saja pokoknya."
"Ah, baik."
"Aku Joseph, satu-satunya pria tampan di tim desain ini. Tapi karena kini ada kau kemungkinan gelar itu tidak lagi jadi milikku. Ngomong-ngomong kau perawatan di salon mana?"
Jorell jadi menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena pertanyaan yang muncul dari mulut Joseph. Karena sejujurnya ia tidak pernah perawatan sama sekali. Mungkin saja semuanya karena memang ia berasal dari bibir unggul.
"Mazaya Dewangga itu namaku. Disini aku adalah ketuanya. Untuk tugas-tugasmu nantinya akan aku berikan tiap harinya. Jadi aku harap kau benar-benar mampu menjalankan tugas dengan baik. Karena aku benci dengan orang ceroboh dan tidak mau berusaha. Tidak peduli kau karyawan baru atau lama, semua diperlakukan sesuai kinerja yang dilakukannya. Itulah caraku melihat orang."
Mazaya mengatakan itu dengan tatapan dan raut wajah yang datar. Tak ada sedikit pun senyum yang terlukis di bibirnya.
Dengan begitu, Jorell bisa memastikan bahwa Mazaya itu orangnya tegas, pekerja keras, tidak banyak bicara untuk urusan tidak penting, tapi sekalinya tidak suka ia akan bicara blak-blakan, dan juga terkesan cuek akan orang di sekitarnya. Bisa dikatakan Mazaya adalah tipe wanita dingin dan kaku.
*
*
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Ira-Hazirah Sweetz
menarik seperti nya ceritanya
next
2023-03-02
0
lovely
mampirr
2023-02-17
0
Bunda
Hadir kaaaa
2023-02-09
1