"Heh Diah! siapin makanan?" ujar ibu mertua.
"Iya bu, Diah siapin makanan pesanan dulu ya bu. Diah minta maaf, akan sedikit telat."
"Duh, kamu ini jadi menantu bebel deh. Tolong deh, kamu buatin makan siang dulu. Meja kok kosong? udah mah perut kosong enggak bisa taruh anak di rahim sendiri, ini setiap ibu pulang. Ada aja bikin senewen, emang kamu jadi menantu enggak bisa di andalkan Kok bisa Fariz nikah sama kamu, jangan jangan kena guna guna." ujarnya, dan berlalu ke kamar.
Diah merasa syok, benar benar ibu mertuanya tidak pake rem saat bicara, jika Diah mengadu pada suaminya tentang ibunya. Jawaban Fariz selalu membela dan tidak pernah menjaga hatinya. Alasannya ia lebih percaya pada ibunya, dari yang terbaik dianggap baik.
'Jika menjaga hati ibu adalah kebaikan, apa perlu menyakiti batin istri dianggap lumrah?' batin Diah, menahan sesak.
Diah merasa perlu bersabar, hingga akhirnya ia kini masih berada di rumah mertua. Diah menumpang tidur, karena semalam dia tak ingin ada keributan. Alasan sama, yakni kecapean sehingga tidur di kursi tamu. Bahkan jarak rumah Diah dan Mertua, hanya dibatas dinding, karena bangunan sebelah untuk adik mas Fariz.
Diah merasa sang ayah mempunyai istri muda, ibunya menerima jika di madu. Tapi kali ini jika ia alami, dan mengatakan ibu mertuanya terlihat baik baik jika kedatangan sang ibu, dan selalu menyakitkan mengadu, apakah perasaan ibunya tidak hancur.
'Ah, benar aku harus sembunyikan semua sakit ini.' batin.
KLAKSON MOBIL MENYILAUKAN AREA HALAMAN.
Diah menghampiri mas Fariz, mencium tangan dan mencoba tersenyum guna menyapa layaknya sang istri.
"Mas, pasti lelah. Aku bawain ya!" senyum tak lupa Fariz mencium kening Diah.
Beberapa Jam Kemudian.
Diah dan Fariz menyapa dan mencuci tangan. lalu berkumpul makan malam. Fariz sangat bahagia, ia merasa keluarganya di penuhi bidadari orang tersayang yang penuh berarti. Kala ibu Diah, datang menjenguk Diah. Sehingga Diah benar benar syok, kedatangan ibunya saat ini.
"Diah, kamu masak gih. Di kulkas jangan lupa goreng aja frozen. Ibu mu datang, kita harus makan bersama." senyum ibu mertua, bagai punya dua muka.
"Iya bu." menurut Diah, dimana sudah pasti setelahnya ia harus mengganti apa yang ia pakai bahan di kulkas, karena sikapnya manis tapi nyatanya hitungan.
"Lain kali Mama dan Ibu ga perlu repot masak, kita bisa pesan online. Jangan seperti ini, Fariz merasa ga enak. Kenapa mama ga pake jasa pembantu masak sih Mah? Kan Fariz udah bilang, buat bantu mama. Mama dan Ibu ga perlu capek capek?!" ungkap Fariz tak ingin melihat sang mama lelah.
"Fariz, jangan mubajir. Mending kamu harus banyak menabung untuk calon cucu Mama nanti. Masa udah mau jadi Oma, harus merepotkan kamu. Kapan kabar bahagia itu tiba?"
Diah terdiam, ia sebenarnya merasakan mood aneh. Tapi tidak yakin jika itu hamil atau bukan. Yang jelas saat ini, Diah menahan rasa sakit akan kepura puraan suaminya Fariz
'Dari mana kamu bisa bayar cicilan mobil, juga membiaya adikmu mas. Sekarang bicara pake pembantu? kamu pikir aku mesin atm?' batin Diah.
"Bukan begitu, Mama dan semua di sini udah tanggung jawab Fariz. Fariz mau Mama, Diah dan Ibu senang senang aja menikmati hidup. Biar Fariz yang selaku kepala tanggung jawab di sini memikirkan hal lain."
"Ya udah, kita makan yuk! Mas, aku sendokin segini dulu ya?" memotong pembicaraan Diah, karena sudah kesal akan drama Fariz.
Ibu dan mama mertua tahu, jika Diah tak suka melihat Fariz terus saja berdebat di meja makan. Maka dari itu, ia merasa tak bersalah akan suasana makan malam yang tak asing.
Hingga tak terasa, mereka bersama kembali berbincang setelah makan. Namun tak terasa, Diah pamit untuk ke kamar menemani mas Fariz yang akan membersihkan diri. Hal itu pun di dukung sang mama mertua, karena ia tak sendiri ada besannya yang masih setia berbincang bincang di ruang tamu.
DI KAMAR.
Diah ingat memori pertama kali setelah menikah, tapi itu kini tak bisa Diah tahan dan ingat kejadian kamarnya yang di pakai wanita lain.
"Mas, kamu sedang apa. Kok senyum senyum sendiri?" tanya Diah yang menaruh air minuman dan herbal sebelum tidur untuk sang suami.
"Sini sayang, duduk di samping mas!" menepuk kasur.
Diah bersandar di bahu mas Fariz, ia tersenyum kala melihat sebuah chating Love online. Dengan tersadar Diah memahami dan menanyakan.
"Mas, itu kamu sadap nomor, dia itu ...?"
"Mas hanya ingin menertawakan cara Emir, sudah sampai mana ia mengejar wanita sayang. Lihat saja percakapannya, mas akan sabotase. Tapi kamu jangan cemburu, ini pyur mengerjai. Sama hal kaya kamu dulu kan?" goda Fariz saat itu.
Hingga di mana senyum Diah meredup akan perkataan suaminya. Ia sungguh bingung, karena dirinya tak pernah sama sekali mempunyai akun sosmed atau memainkan sebuah situs seperti itu.
Namun yang di katakan adalah tentang suaminya dan adiknya, seharusnya dirinya tak tersinggung.
"Heiy, sayang. Kamu kenapa, jangan nangis! Mas ga bermaksud melukai hatimu. Oke mas ga akan ikut campur." cetus Fariz yang membuka akun milik Emir lagi ya.
"Mas, jelaskan wanita bernama Mira! Sudah sampai mana hubungan kalian!"
Deg.
Terdiam Fariz, sehingga ingatan dirinya bertemu Mira, yang akan menjadi istri baru sebagai perantara anak saja.
Namun benar saja, dari pintu lain Mira pun datang, sehingga Diah mencoba berpura pura mengambil minum, agar ibunya tak datang mengetuk kamarnya, dimana wanita asing dari pintu lain datang menemui suaminya.
Mira merasa kerepotan, kala ia menatap Fariz. Ia sebal ingat ketika saat berada di sebuah mall, ia memanggilnya Adiyahtunisa. Yakni nama Diah.
"Mas, aku ambil minum dulu. Sebaiknya kalian jangan bicara terlalu besar, takut ibu datang. Dan kamu, jangan lagi ke kamar ini. Status mu belum resmi istri mas Fariz." ujar Diah.
Halah!! cibir Mira menahan kesal.
"Mir, sini dong. Jangan jauh jauh!" menepuk kasur sebelahnya, Fariz pada Mira.
"Ok! Ceraikan Diah mas! aku cuma datang minta itu aja!" pinta Mira.
Saat Mira kembali dan Fariz ingin menjawab, tatapan sorot tajam Diah membuat ucapan Fariz beku.
EHEUUUM!!
"Apa kamu tidak tahu malu mas? kamu tidur dengan santai dengan wanita lain. Tapi aku di rumah bagai babu! tega kamu mas Fariz!" teriak Diah melempar ponselnya.
"Ibuku pasti sudah bicara, ke ibumu. Jika aku bakal menikah lagi, jadi kedatangan ibumu malam ini. Dia pasti tahu Diah." teriak Fariz, membuat Diah benar benar gila, menoleh pada dua sejoli yang sedang di mabuk asmara, terlebih mereka belum halal.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments