Hari ini Amira tak langsung bekerja akibat berdebat dengan Salsa. Bahkan harus memakan waktu berjam-jam untuk memenangkan perdebatan itu.
Hingga membuat Amira lelah, untuk sekedar protes pada sang ayah yang tak bertanya terlebih dahulu padanya.
Amira ingin dari nol untuk memulai semuanya. Tapi, nyatanya sang ayah malah seenak jidatnya sudah memasukan dia ke bagian divisi marketing.
Membuat mood Amira benar-benar kacau hari ini.
Apalagi sendari tadi Moreo terus menelepon dirinya. Amira hanya bisa mengirim pesan untuk menemuinya di sebuah taman.
Amira menghela nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan langkahnya di mana sudah ada Moreo sedang menunggunya duduk di salah satu kursi.
"Maaf, aku terlambat!"
Deg ...
Amira terdiam kaku ketika Moreo langsung memeluknya erat. Bahkan Amira sulit untuk bernafas saking eratnya pelukan Moreo.
"Baby, kenapa tidak bilang jika kembali. Kau benar-benar membuatku cemas. Bahkan kamu juga tak memberi tahu Bunga akan kepulangan kamu!"
"Ada apa, apa ada yang terjadi. Semua baik-baik saja kan?"
Rentetan pertanyaan Moreo membuat Amira bingung harus menjawabnya yang mana dulu. Apa lagi sikap Moreo membuat Amira tak enak hati.
Moreo sosok pemuda yang sangat tampan, gagah, baik hati, pengertian dan penyayang. Walau Moreo terlihat di luar sangat dingin dan kaku, tapi jika bersama Amira Moreo akan terlihat hangat sehangat mentari pagi.
"Aku sesak!"
"Maaf!"
Moreo langsung melepaskan pelukannya merasa bersalah sudah memeluk Amira terlalu erat.
Mereka berdua duduk di salah satu kursi, Amira diam saja sambil terus mengatur nafasnya yang masih sesak.
Moreo setia menunggu apa yang akan Amira jelaskan. Walau Moreo sudah merasakan pasti ada hal yang tidak beres dengan sikap diam Amira.
Bahkan tatapan Amira menjadi tak terarah, seolah tatapan itu kosong, jiwa penuh beban.
"Ra!"
"Moreo, mari akhiri semuanya!"
Deg ...
Moreo terkejut dengan apa yang Amira katakan. Dadanya begitu sakit dan sesak, apa yang dia takutnya ternyata pada akhirnya terungkap juga.
Apa salahnya, apa kekurangannya! tak bisakah Amira mencintainya walau sedikit saja. Moreo tak pernah menuntut apa-apa, tapi kenapa Amira begitu tega menyakiti perasaan nya.
"Ra, ka-kamu!"
"Maafkan aku, aku tak bisa. Aku sudah mencobanya kamu tahu itu. Tapi disini, sulit sekali aku membalas perasaan mu. Tiga tahun aku mencoba membuangnya dan melupakannya namun tak bisa. Satu tahun aku mencoba menerima kehadiran kamu tapi itu juga tak bisa. Aku tak bisa mencintaimu, itu sulit hiks ...,"
Pada akhirnya Amira menitikkan air mata juga, dia tahu ia sudah menyakiti Moreo. Tapi, Amira tak mau terus-terusan menyakiti laki-laki sebaik Moreo. Itu tak akan adil buat Moreo seterusnya.
Bukankah Moreo berhak bahagia, dan Amira bukan alasan orang yang membuat Moreo bahagia tapi, Amira adalah sumber kesakitan itu.
Amira tak mau rasa sakit itu semakin menganga dan sulit untuk di sembuhkan.
Amira terus saja menepuk-nepuk dadanya yang terasa sakit dan sesak sambil menunduk dengan Isak tangis yang semakin menjadi.
Moreo menarik Amira ke dalam pelukannya, bukannya membuat Amira tenang Amira malah semakin menjadi.
"Maafkan aku tolong maafkan aku hiks ..,"
"Sudah jangan bahas itu, aku akan siap menunggu sampai kamu benar-benar memberikan hatimu untukku!"
Amira langsung melerai pelukannya ketika mendengar ucapan Moreo. Amira menatap Moreo intens, kenapa laki-laki di depannya selalu saja berkata seperti itu. Padahal Amira bukan satu atau dua kali menyakiti hati Moreo.
Amira menangkup pipi Moreo dengan bibir gemetar.
"Tidak Moreo! aku tak mau terus menyakiti kamu. Tolong, aku ingin mengakhiri ke pura-pura ini!"
"Tidak Ra, sampai kapanpun aku tak akan melepaskan kamu!"
"Kamu jahat!"
"Siapa di sini yang jahat Ra, itu kamu!"
"Untuk itu lepaskan aku!"
"Aku tak mau!"
"Lalu aku harus apa hah, tolong jangan buat diriku menjadi jahat terhadap perasaan mu!"
"Kamu hanya butuh waktu Ra, aku tahu itu. Ini hanya masalah waktu, aku yakin kamu bisa mencintaiku!"
Amira tertawa kecut, menertawakan kebodohan dirinya sendiri.
Lagi-lagi Moreo membawa Amira ke dalam pelukannya. Moreo tahu, Amira sedang hilang arah dan banyak pikiran hingga membuat Amira bertingkah seperti ini.
Amira berusaha mengendalikan dirinya sendiri dengan susah payah agar ia tak menangis lagi. Dia harus kuat untuk mengakhiri semuanya.
Ya, Amira tak boleh lemah lagi dia harus benar-benar mengakhiri semuanya.
Amira kembali melepaskan pelukan Moreo, lalu Amira menghapus air matanya kasar.
Amira tersenyum tipis menatap Moreo membuat Moreo merasa aneh. Pasalnya cepat sekali Amira berubah yang tadi sedih menjadi tersenyum.
Namun, nyatanya Moreo selama ini belum bisa memahami siapa Amira sebenarnya.
Justru senyuman itu senyuman yang mengerikan yang Amira tunjukan. Bukan senyum baik-baik saja.
Karena di balik senyuman itu, tersimpan rasa sakit yang begitu pedih. Karena Amira bukan wanita yang akan lama-lama menangis di hadapan orang lain.
"Ra,"
Moreo semakin merasa aneh melihat senyuman Amira yang semakin melebar. Moreo merasa ini bukan hanya sekedar sebuah senyuman. Karena Moreo merasa senyuman itu terasa aneh.
Amira berdiri dengan kuatnya, dengan senyuman masih menghiasi bibirnya. Namun, mata itu memancarkan ketegasan dan sorot aura dingin yang tak biasa.
"Kita akhiri semuanya!"
"Ra,"
Kini Moreo meninggi, karena tak suka lagi-lagi Amira mengatakan itu.
"Aku tak perlu menunggu persetujuan mu, karena kamu sudah tahu perjanjian itu. Aku memang jahat tapi kamu lebih jahat jika mempertahankan aku hingga tanpa sadar kau sudah membuat aku menjadi sosok yang semakin jahat!"
"Aku tahu, kamu tulus mencintai ku, untuk itu aku tak mau memberikan sebuah harapan yang pada akhirnya tak bisa ku berikan apa yang kamu mau. Kisah kita stop sampai di sini!"
"Ra!"
"Kamu orang baik, aku tahu itu. Untuk itu kamu berhak bahagia. Cari lah gadis lain yang bisa membalas perasaan mu bukan aku!"
"Aku menyayangimu, tapi sebagai seorang sahabat tak lebih dari itu!"
Moreo memejamkan kedua matanya dengan tangan mengepal erat. Hatinya sangat sesak dengan setiap lontaran kata yang Amira ucapkan. Kata-kata itu bagai sembilan pisau yang mengoyak jantungnya, sangat sakit dan sesak.
"Kamu sedang tak baik-baik saja, aku antar pulang!"
Ucap Moreo tak mau membahas itu lagi, sampai kapanpun Moreo tak akan pernah melepaskan Amira.
Plak ...
Amira menepis tangan Moreo dengan tatapan tajam. Kenapa sekarang yang terasa kejam adalah Moreo.
"Jangan buat aku membencimu karena cinta yang kamu tawarkan!"
"Ternyata kamu belum juga mengerti akan akan sikap ku!"
"Ra, kamu sedang kacau. Kita bahas ini nanti saja ya!"
"Ku anggap hubungan kita cukup sampai di sini!"
Cetus Amira dingin sambil meninggalkan Moreo begitu saja.
"Ra, tunggu Amira!!"
Moreo mengejar langkah Amira yang begitu cepat. Bagaimana mungkin Moreo sanggup melepas cinta pertama nya.
Grep ...
Moreo memeluk Amira dari belakang begitu erat dengan nafas memburu.
"Tolong beri aku waktu lagi untuk membuat mu jatuh cinta padaku!"
Mohon Moreo berharap Amira akan merubah keputusannya.
Tanpa mereka sadari sepasang mata menatap mereka tajam. Bahkan tangannya mengepal erat dengan rahang mengeras. Melihat bagaimana Moreo memeluk Amira yang sedang terlihat merajuk.
"Cih, menjijikan!"
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments