Acara makan malam pun sudah selesai. Amira dan kedua orang tuanya berkumpul di ruang keluarga.
Amira menceritakan semua aktivitas dan keadaannya di sana.
Gelak tawa terdengar di ruang keluarga begitupun Aurora menikmati suasana di keluarga Prayoga.
Setidaknya Aurora bisa menghindari percakapan kuliahnya. Yang sebenarnya Aurora ingin kuliah di Jepang, tapi kedua orang tuanya menolak keras.
"Aurora sayang, bisa bantu aunty sebentar?"
"Bisa Aunty!"
Aurora mengikuti langkah Melati menuju dapur. Dimana, posisi dapur agak jauh dari ruang keluarga.
Kini tinggal Jek dan Amira saja di ruang keluarga. Sepertinya ini waktu pas bagi Amira menanyakan kenapa sang ayah kekeh memintanya pulang. Padahal, ada sesuatu yang harus Amira selesaikan terlebih dahulu. Tapi, desakan sang ayah memintanya pulang membuat Amira mau tak mau ia harus balik.
"Ayah, sebenarnya ada apa. Apa ada sesuatu yang mendesak hingga membuat ayah dan mama menyuruh Rara pulang?"
Tanya Amira cepat, ke ingin tahuan nya membuat Amira tak sabar bertanya. Apa alasannya, kenapa ia harus pulang cepat tak sesuai dengan perjanjiannya.
Jek menghela nafas berat menatap putri semata wayangnya. Tatapan Jek seperti itu membuat Amira merasa cemas. Apa benar, ada sesuatu yang mendesak hingga membuat ayahnya memaksa pulang.
"Ayah, jangan seperti itu! membuat Rara takut!"
Jek tersenyum mendengar penuturan putrinya. Apa wajahnya se menyeramkan itu, pikir Jek.
"Sini duduk dekat ayah!"
Amira dengan perasaan was-was duduk di samping Jek. Tak biasanya sang ayah memasang wajah aneh seperti itu. Karena Jek bukan tipikal orang yang selalu menunjukan keluh kesahnya.
"Sayang, usia ayah sudah semakin tua. Dua tahun lalu kakek dan nenek meninggal. Ayah ingin kamu me --"
"Stop ayah! apa ayah menyuruh Rara menikah muda. No, ayah, Rara baru lulus kuliah dan Rara ingin pengalaman bekerja dulu!"
Jek menghela nafas berat ketika putrinya memotong pembicaraannya. Se takut itukah Amira tentang pernikahan. Bahkan Amira sekarang benar-benar memasang wajah panik.
"Sayang, jangan memotong ucapan ayah, itu tak sopan!"
"Maaf ayah, tapi Rara belum siap jika menikah tahun-tahun ini!"
Sesal Amira, dia tahu apa kesalahannya. Memotong ucapan sang ayah itu tak boleh. Apalagi sampai ngegas.
Amira menunduk merasa bersalah, membuat Jek menghela nafas berat. Sepertinya putrinya masih sama seperti dulu, belum ada perubahan.
"Sayang, dengarkan ayah baik-baik dan jangan potong ucapan ayah sebelum ayah selesai bicara!"
Tegas Jek, seperti nya Jek harus sedikit keras pada putri semata wayang ya.
Amira hanya mengangguk saja, patuh akan perintah sang ayah.
"Ayah bukan ingin menikahkan Rara, tapi alasan ayah meminta Rara kembali. Karena sudah waktunya Rara menggantikan ayah di perusahaan!"
"Apa!"
Pekik Amira terkejut bahkan suaranya sampai ke dapur. Tapi, Aurora hanya diam saja karena Melati sudah memberi tahunya. Kalau Jek sedang membicarakan hal serius dengan Amira.
Amira sungguh tak menyangka dengan keputusan sang ayah. Bagaimana bisa sang ayah memintanya dirinya memegang kendali perusahaan. Sedangkan dari dulu Amira tak berminat memegangnya. Amira punya cita-cita sendiri, bukan ingin menggantikan sang ayah di perusahaan.
"Yah, sudah berapa kali Rara bilang, Rara gak mau. Rara ingin membuka usaha Rara sendiri di bidang kecantikan bukan properti dan perhotelan!"
Tegas Amira menolak keras, ternyata benar apa yang Amira takutkan. Sang ayah menyuruh ia pulang karena perusahaan.
"Nak, kamu putri ayah satu-satunya, jika bukan kamu siapa lagi."
"Tapi yah!"
"Dengarkan ayah, ayah sudah tua dan perusahaan juga sedang mengalami masalah. Ayah tak bisa memegangnya sendirian. Ayah butuh kamu membantu ayah di perusahaan sebelum kamu benar-benar memegang nya!"
Jelas Jek berharap putrinya mengerti, karena dia tak bisa memegang semuanya di usia dia yang sudah tua.
Amira terdiam bingung harus memutuskan apa. Amira tak mau menggeluti perusahaan sang ayah karena itu bukan minatnya.
Amira ingin sekali lagi menolak, namun melihat wajah ayahnya yang kacau membuat Amira tak enak hati.
Apakah ia bisa membantu sang ayah, atau dia malah menghancurkannya.
Lama ayah dan anak itu terdiam dengan pikirannya masing-masing.
Seketika, ide gila muncul dari benak Amira. Entah sadar atau tidak Amira tersenyum membuat Jek yang melihatnya bergidik ngeri. Ada apa dengan Amira kenapa tiba-tiba malah tersenyum. Jek berharap putrinya gak kerasukan jin, kalau sampai itu terjadi Jek bingung harus mengobatinya dengan cara apa.
"Rara mau membantu ayah tapi, dengan satu syarat!"
Jek menautkan kedua alisnya menatap selidik pada putrinya. Kenapa cepat sekali berubah. Biasanya Jek akan sulit membujuk putrinya bahkan harus berminggu-minggu.
"Bagaimana yah!"
Ucap Amira bernegosiasi dengan senyum cerah di bibirnya. Entah apa yang sedang Amira rencanakan. Sepertinya bukan hal yang bagus.
"Katakan, apa syaratnya!"
Pasrah Jek, seperti Jek akan kalah lagi berdebat dengan putrinya.
"Izinkan Rara bekerja di perusahaan Q.B Grup!"
Jek melotot tak percaya dengan apa yang putrinya katakan. Sungguh syarat konyol apa yang sang putri katakan. Kenapa tidak langsung bekerja saja di perusahaan nya. Toh, sama saja. Kenapa harus di Q. B grup, perusahaan yang di dirikan Farhan yang menggeluti bidang Multinasional dan otomotif.
"No sayang, ayah gak setuju!"
"Satu tahun ayah, itung-itung mengganti satu tahun di London!"
"Tapi sayang!"
"Ayah, Rara gak mau tiba-tiba masuk ke perusahaan ayah dengan jabatan enak. Apa kata orang nanti, Rara gak mau di rendahkan. Rara ingin cari pengalaman dulu dan membuktikan kalau Rara mampu dan berhak mendapatkan jabatan itu!"
Jelas Amira, dia ingin mendapatkan pengalaman kerja dulu.
Jek hanya terdiam mendengar penjelasan putrinya. Walau penjelasan putrinya ada benarnya juga. Namun, detik berikutnya Jek menatap Amira intens.
"Kenapa gak di perusahaan induk saja!"
"No, di sana sudah ada Fatih. Yang ada Rara gak konsen bekerja karena pasti sering protes!"
Jek membenarkan saja karena Amira pasti akan melawan jika bekerja dengan Fatih. Apalagi usia mereka hampir sama. Dan tentu, Amira bukan fokus kerja tapi dia pasti meminta kerja yang ringan-ringan saja.
Tapi, kenapa harus bersama Alam!
Ya, perusahaan Q.B Grup di pimpin oleh Laskar Sky Mangku Alam, adik kandung Queen.
Laki-laki dingin dan kaku!
Jek menimbang-nimbang mungkin cocok juga jika Amira bekerja dengan Alam. Apalagi Alam selalu proposional dalam bekerja. Alam tak memandang itu saudara atau teman dalam pekerjaan. Sepertinya memang cocok untuk Amira yang manja.
"Ok, satu tahun dan ayah pegang janji itu!"
"Deal!"
Jek mengangguk saja karena pasti dia akan kalah lagi jika berdebat dengan putrinya.
Sedangkan Amira bersorak ria karena sang ayah yang menyetujuinya.
Amira tersenyum seringai, sepertinya aksinya akan di mulai.
Tunggu aku Om!
Batin Amira tak sabar bertemu dengan Om nya yang super duper dingin.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments