Di sebuah perusahaan besar yang ada di ibu kota Jakarta. Terlihat semua karyawan pada sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Suara langkah kaki terdengar nyaring memasuki ruangan CEO tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Seakan seseorang itu sudah terbiasa akan hal itu.
"Kau selalu saja masuk tanpa mengetuk pintu!"
Ketus sang CEO pada sekertaris nya yang malah tersenyum lebar tanpa takut dan merasa bersalah.
"Katakan, apa yang kau dapatkan Dom?"
"Keponakan jauh anda sudah kembali dari Jerman tepat jam sepuluh pagi kemaren. Sepertinya ada sesuatu yang mendesak membuat keponakan anda kembali lebih cepat dari jadwalnya. Dan--"
"Jangan berbelit Dominic!"
Geram Alam pada sahabatnya sekaligus asistennya sambil menatap tajam.
"Amira akan bekerja di perusahaan anda!"
"Jangan di terima!"
"Tapi sayangnya pihak HDR sudah menerimanya!"
"Oh sitt!"
"Mungkin nona muda Prayoga juga sudah sampai di kantor anda!"
Alam melotot pada asistennya, kenapa tak memberi tahu pada dirinya sejak awal.
"Gadis itu kenapa belum menyerah juga!"
Geram Alam, kenapa Amira malah memilih bekerja di perusahaan nya bukan bekerja di kantor nya sendiri.
Sungguh Alam tak habis pikir dengan apa yang Amira lakukan sejauh ini.
"Bagian mana?"
"Chief Marketing Officer (CMO), Amira melamar di bagian itu. Tepat sekali menggantikan pak Mahfudz yang sedang sakit. Kabarnya Amira cuma satu tahun kerja di sini!"
Alam menautkan kedua alisnya merasa bingung. Alam pikir Amira kekeh masuk ke perusahaan agar berusaha mendekati diri nya dengan masuk sebagai sekertaris.
Namun, nyatanya Amira memilih masuk ke bagian marketing, di mana Amira akan di sibukkan di luar kantor. Dan, tentu akan sangat sulit bertemu dirinya kecuali jika ada rapat setiap bagian jajaran.
Alam tak mau ambil pusing, lebih baik Amira di sana dari pada harus menjadi sekertaris nya yang malah setiap hari akan bertemu dengannya.
"Awasi dia jangan sampai membuat masalah! dan kau urus semuanya. Hari ini jangan ada yang masuk ke sini!"
"Baik!"
Dominic langsung keluar ruangan Alam membiarkan Alam sendiri.
Alam menerka-nerka seakan tak percaya dengan apa yang Amira lakukan. Alam yakin, Amira mempunyai rencana terselubung.
Karena Alam tahu siapa Amira, gadis keras kepala jika sedang menginginkan sesuatu.
Alam mengepalkan kedua tangannya kuat bahkan matanya memerah menahan amarah. Entah kenapa Alam berubah seperti itu. Seakan Alam membenci Amira di masa lalu.
"Kenapa kau kembali!"
Gumam Alam mengepalkan kedua tangannya kuat bahkan sampai pen yang Alam pegang menjadi patah.
Tatapan itu seolah memancarkan kesakitan yang begitu dalam. Entah apa, hanya Alam sendiri yang tahu.
.
Loby perusahaan ...
Amira berjalan dengan anggunnya menanyakan di mana ruang HDR pada sang resepsionis.
"Apa sudah membuat janji?"
"Sudah,"
"Sebentar!"
Sang resepsionis langsung menelepon pihak hdr.
"Amira!"
Amira langsung berbalik ketika namanya di panggil. Amira menautkan kedua alisnya melihat seorang laki-laki gagah berjalan kearahnya.
Perasaan Amira tak mengenali laki-laki itu, tapi kenapa bisa ia mengenali Amira.
"Siapa?"
Tanya Amira ketika laki-laki yang memanggilnya sudah berdiri tepat di hadapannya.
"Dominic, panggil saja Dom. Asisten pak Alam!"
"Oh, iya."
Jawab singkat Amira dengan nada dingin membuat sang resepsionis hanya menganga saja melihat interaksi keduanya.
Pasalnya Amira begitu berani bicara tak sopan pada sang asisten.
"Mau ke ruang hdr?"
"Ya!"
"Mari saya antar, kebetulan saya juga mau ke sana!"
Amira hanya mengangguk saja mengikuti langkah Dom menuju ruang resepsionis.
Semua karyawan berbisik-bisik mengenai Amira.
Pasalnya mereka tahu, asisten CEO itu terkenal dingin dan kejam. Tapi, kenapa sang asisten terlihat begitu menghormati karyawan baru.
Kehadiran Amira sungguh mengegerkan pada karyawan. Pasalnya penampilan Amira terlihat bahwa dia bukan orang sembarangan, apalagi Amira terkesan cuek dan dingin.
Tok ... tok ..
"Masuk!"
"Eh, pak Dom!"
Gugup Salsabila terkejut akan kehadiran Dom ke ruangannya. Pasalnya tak ada berkas atau pekerjaan yang harus Salsa laporkan.
Keterkejutan Salsa seketika hilang ketika melihat siapa yang berada di belakang Dom.
"Pagi Bu Salsa!"
Sapa Amira ramah sambil tersenyum tipis. Sedangkan Amira hanya menautkan kedua alisnya ketika Dom pergi begitu saja.
Namun, Amira tak mau ambil pusing akan hal itu. Tujuan Amira hanya bertemu pihak HDR dan bertanya dimana dia harus kerja.
"Amira ya,"
"Iya Bu!"
"Silahkan duduk!"
Amira langsung duduk dan menyerahkan berkas-berkas yang di perlukan.
"Nanti kamu berada bagian kepala divisi marketing menggantikan pak Mahfudz yang sedang sakit!"
"Tunggu! tapi Bu, bukankah saya melamar sebagai staf biasa. Kenapa saya di tempatkan di bagian marketing!"
"Jangan panggil ibu, usia saya mungkin tak jauh dari kamu. Saya tahu siapa kamu, pak Jek sendiri yang meminta menempatkan kamu di bagian ini!"
"Ayah!"
"Iya,"
"Tap--"
"Tenang saja, saya akan jaga rahasia, identitas kamu aman kok."
Amira menghela nafas lega, padahal Amira sudah sangat terkejut akan hal itu. Pasalnya ini bukan rencananya. Jika begini, semua rencana Amira akan gagal mendekati Alam.
Padahal Amira ingin di bagian staf biasa saja agar bisa keluar masuk membersihkan ruang kerja Alam.
Sial, nyatanya sang ayah malah ikut campur dan menempatkannya di bagian yang membuat Amira sulit menjangkau Alam.
Kecuali, Amira bisa bertemu Alam jika ada rapat saja dan memberikan laporan itupun pasti jangka sebulan satu kali.
"Tapi, bisakah saya jangan di tempatkan di sana. Semisal saya jadi office girl!"
Salsa malah tertawa mendengar permohonan Amira. Sungguh Salsa merasa lucu mendengarnya. Bagaimana mungkin anak seorang pengusaha ingin bekerja jadi office girl. Padahal sudah di tempatkan di bagian paling enak, bahkan orang lainpun tentu menginginkan jabatan itu.
Sedang Amira sendiri malah menautkan kedua alisnya bingung. Apa ada yang salah dengan permintaannya.
"Oh ayolah nona muda, lihatlah. Pakaian anda begitu modis namun anda melamar di bagian bawah. Apa itu tak aneh, anda melamar dengan pakaian mahal. Bagaimana jadinya jika tiba-tiba kamu bekerja jadi office girl, apa tak ada orang yang curiga!"
Amira terdiam sambil melihat pakaian, benar juga apa yang di katakan Salsa. Tapi, Amira tidak punya baju biasa, semua bajunya barang branded doang.
Sungguh Salsa merasa aneh, baru kali ini menemukan orang kaya raya, bahkan terlahir di keluarga konglomerat. Namun, ingin bekerja seperti itu. Ini benar-benar aneh dan sangat membingungkan.
Pasti siapapun itu akan merasa bingung akan tingkah dan keinginan Amira.
"Tapi aku mau di bagian itu bukan marketing!"
Kekeh Amira membuat Salsa benar-benar ingin tertawa sebanyak-banyaknya.
"Namun, sayangnya itu tak bisa. Kamu akan tetap bekerja di bagian itu!"
Amira menghembuskan nafas kasar, tidak! rencananya tak boleh gagal. Jika gagal, sia-sia dia berjuang.
"Ayah!!"
Gumam Amira benar-benar geram, kenapa malah seenak jidatnya.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments