BAB 5. MISI DIBALIK SIKAP PAK BOS

Sesampainya di resto Bos meminta pelayan untuk menyiapkan meja serta hidangan seperti biasa, tapi Agam mengatakan jika kali ini dia yang akan traktir.

Kemudian Agam mengajak Pak Bos di meja yang telah Agam pesan beserta menunya. Setidaknya dia tidak membatalkan bookingan melainkan hanya menunda.

Setelah hidangan tersedia, Agam langsung mempersilakan Pak Bos untuk menikmatinya.

Sembari menikmati hidangan, Pak Bos pun membuka percakapan, "Belum berubahkah istrimu!"

Agam mendongak, menatap Bosnya dengan perasaan aneh. Aneh saja rasanya, kenapa Pak Bos menanyakan hal yang selama ini tidak pernah Agam ceritakan kepada siapapun termasuk teman karibnya.

Mendapatkan tatapan seperti itu dari Agam, Pak Indra pun tersenyum, lalu berkata, "Nggak perlu heran, aku bisa membaca mimik orang dan masalah yang sedang dihadapinya."

"Kamu itu harus bisa bersikap tegas, jangan biarkan kebaikan mu malah di salah artikan. Aku tahu kamu menyayangi istrimu tapi kalau istri sudah ngelunjak dan keterlaluan, jangan kamu diamkan."

"Mertua atau orang tua juga tidak berhak untuk ikut campur dengan urusan rumah tangga anak. Cukup jadi pemerhati dan penasehat jika para anak telah salah dan keluar dari jalur."

"Kamu paham apa yang aku maksud? tegaslah, sebelum terlambat. Suatu saat kamu akan mengerti kenapa dan apa yang menjadi alasan ku sampai aku berani bicara seperti ini," ucap Pak Indra.

"Ayo habiskan makananmu dan renungkan setiap perkataan ku. Kunci kebahagiaan ada di tangan kamu, maka kejar dan raih bahagiamu, mumpung kamu masih muda."

Agam hanya mengangguk, meski dia masih bingung kenapa Pak Indra sampai berbicara seperti itu, seakan beliau tahu dengan apa yang Agam rasakan selama ini.

Setelah mereka selesai makan, Pak Indra langsung mengajak Agam meninjau proyek seperti yang tadi siang beliau katakan.

Ternyata proyek itu ada di luar kota dan mengharuskan mereka untuk menginap.

Di perjalanan, Pak Indra kembali berkata, "Sekarang waktunya untuk kamu membuktikan, ada atau tidak adanya perhatian istri atau mertua kamu itu."

"Apakah mereka benar tulus mengharapkan kepulangan mu atau selama ini hanya memanfaatkan keberadaan kamu saja di sisi mereka."

Sepertinya Pak Indra memang mempunyai tujuan ingin membuka mata hati Agam tentang sikap serta perilaku keluarganya.

Agam memang belum memberi kabar kepada Resti bahwa dirinya malam ini tidak pulang, karena dia masih kecewa akan sikap Resti yang tidak memenuhi janji dan bahkan tidak memberi alasan serta tidak bisa dihubungi.

Malam ini Agam akan mencoba saran dari Pak Indra dan akan menunggu apa reaksi Resti serta ibu Helen jika malam ini dirinya tidak pulang dan tidak memberi kabar.

Agam menyandarkan kepala sambil menutup mata, dia mengenang masa-masa bahagianya dulu yang telah lama menghilang sejak istrinya sibuk bekerja.

Pak Indra menatap Agam, lalu tersenyum dan dalam hatinya diapun berkata, "Suatu saat, aku akan membuka identitas ku dan memberitahumu siapa aku sebenarnya."

"Saat ini aku hanya ingin kamu berhasil dengan kerja kerasmu sendiri dan membuka matamu agar menyadari, mana orang yang benar-benar tulus mencintai dan mana yang hanya ingin memanfaatkan dirimu saja."

"Dan pada saatnya nanti mereka yang tidak berubah juga, pasti akan menyesal telah memperlakukan mu seperti sekarang ini."

Pak Indra pun ikut memejamkan mata dan akhirnya mereka tertidur hingga tiba di sebuah penginapan yang tidak jauh dari proyek yang akan ditinjau.

Pak Sopir membangunkan keduanya, lalu merekapun masuk ke dalam penginapan untuk beristirahat.

Besok pagi, barulah mereka akan menuju proyek seperti yang Pak Indra jelaskan.

Agam sedang mandi saat ponselnya berdering, dia sengaja tidak mengangkat karena Agam menduga jika panggilan tersebut pasti dari Resti atau mungkin dari sang mertua.

Setelah selesai mandi, Agam merebahkan diri di kasur sambil mengecek ponsel dan ternyata panggilan tersebut dari Bu Helen.

Karena kesal panggilannya merasa diabaikan, Bu Helen mengirim pesan via WhatsApp. Beliau marah-marah dan meminta Agam untuk pulang secepatnya. Bu Helen mengirimkan foto cucian piring serta baju yang masih menumpuk.

Agam mengabaikan pesan tersebut, lalu dia keluar kamar untuk menikmati hiburan musik yang diadakan oleh pihak penginapan.

Ternyata di sana Pak Indra dan Pak Sopir juga sedang bersantai menikmati pertunjukan musik tersebut.

Udara dingin pegunungan sangat terasa, hingga membuat Agam mensedakepkan tangannya.

Menonton hiburan juga tidak membuat pikiran Agam lupa, kenapa Resti belum juga menghubungi dan menanyakan keberadaannya.

Pak Indra yang tahu keresahan Agam, menepuk bahunya dan berkata, "Apakah kamu sudah mendapatkan buktinya?"

Agam tersenyum kecut, ternyata mata tua yang ada di hadapannya ini benar-benar jeli dan bisa membaca pikirannya yang sedang kusut.

"Lupakan sejenak masalah mu dan nikmatilah hiburan ini agar pikiranmu jernih hingga bisa mengambil keputusan terbaik untuk hidupmu selanjutnya."

Malam semakin larut, tapi Resti belum juga meneleponnya, meski hanya sekedar mengucap kata maaf.

Agam akhirnya memilih masuk ke dalam kamar untuk beristirahat.

Pesan masuk yang ada hanya caci maki dari sang mertua yang perkataannya melantur kemana-mana, hingga Agam merasa sangat direndahkan.

Agam sangat kesal, dia mematikan ponsel, lalu menutup wajahnya dengan bantal. Perjalanan yang melelahkan akhirnya membuat Agam tertidur hingga panggilan subuh terdengar.

Dengan tidak bersemangat, Agam pun bangkit lalu menjalankan kewajiban seperti biasanya.

Setelah itu diapun menyambar hape, menghidupkan dan mengecek apakah ada kabar dari Resti atau tidak.

Kenyataannya masih sama, bahkan pesan mertuanya pagi ini lebih panjang dari malam tadi.

Agam kembali mematikan hape, lalu dia memutuskan keluar kamar untuk lari pagi.

Udara pagi sangat sejuk, Adam berlari-lari kecil di sekitar penginapan.

Dulu, kegiatan ini selalu rutin Agam lakukan, tapi sejak dirinya disibukkan dengan pekerjaan rumah, maka Agam tidak sempat lagi untuk berolahraga.

Pak Indra menatap Agam dari kejauhan sambil menggerak-gerakkan anggota tubuhnya mengikuti gerakan senam ala jantung sehat.

Selesai berolahraga, merekapun kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap sebelum sarapan bersama dan pergi ke tujuan utama.

Agam mengecek kembali hapenya dan tidak ada pesan apapun selain dari group teman-teman serta para kolega.

Akhirnya Agam memutuskan untuk bersikap masa bodo dan fokus dengan pekerjaannya hari ini.

Pak Indra mengajak Agam dan Pak Sopir untuk sarapan lalu setelanya mengajak mereka meninggalkan penginapan dan langsung menuju proyek di maksud.

Kesibukan bekerja membuat Agam lupa akan masalahnya dan saat menjelang makan siang barulah masuk panggilan dari nomor kontak Resti.

Namun Agam terlanjur kecewa, dia langsung mematikan ponsel dan kembali fokus dengan pekerjaannya.

Pukul 3 sore mereka kembali ke kota dan Pak Indra mengatakan jika besok, Agam diperbolehkan untuk tidak masuk kantor. Beliau memberi waktu untuk Agam beristirahat.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!