"Apaan sih Mas, nanti hasil kerjaan Mas rusak. Apa Mas Satya mau aku suruh ngeprint ulang."
"Iiihh...jangan sekarang dong! Mas nggak lihat sudah jam berapa ini, nanti kita telat. Ayo buruan Mas, gantian ke kamar mandi. Sebentar lagi Mama pasti manggil untuk disiapin sarapan," ucap Resti sembari melepaskan diri dari pelukan Agam.
"Sebentar saja Yang, ayo dong tepati janjimu, biar aku tenang bekerja, nggak kepikiran kamu terus," mohon Agam yang kembali menarik Resti ke dalam pelukannya.
Resti akhirnya menyerah, dan dia membalas ciuman Agam meski dengan malas.
Tapi belum sempat penyatuan mereka mencapai puncak, Mama Helen teriak-teriak sambil mengetuk pintu.
"Res, Gam, bangun! Ayo bangun! Tok...tok...tok, Gam kamu kan belum siapin sarapan, ayo bangun!"
Tok...tok...tok.
"Cepat bangun Gam, cucian sudah menumpuk, kapan lagi kamu akan mencucinya!"
Tok...tok...tok.
"Ayo dong kalian cepat bangun, mama juga sudah lapar. Kalian senang jika perut Mama sakit. Siapa nanti yang akan menjaga rumah kalian!"
Resti mendorong tubuh Agam hingga olahraga merekapun berakhir dengan rasa kecewa.
Dan Resti yang melihat wajah memerah suaminya berusaha meredam, "Mas ayolah, jangan marah, nanti malam saja ya kita lanjutkan."
"Benar kata Mama, lagipula pakaian dalaman ku kotor semua. Besok aku pakai apa Mas, jika hari ini tidak kamu cuci. Aku janji deh, nanti malam berapa ronde pun aku layani."
"Masalah pakaian tidak usah dipikirkan, nanti pulang kantor beli saja yang baru. Bukankah di dekat kantor mu ada toko khusus perlengkapan wanita!"
"Nanti sore aku baru akan mencuci baju kalian. Aku hari ini capek! capek!" seru Agam dengan nada kesal sembari membanting bantal. Lalu diapun bangkit, menyambar handuk, masuk serta membanting pintu kamar mandi.
Baru kali ini Agam semarah itu, dia sangat kecewa. Gairah yang sudah di puncak, sirna seperti bara yang di siram air.
Kehebohan pagi-pagi yang dilakukan Mama Helen serta sikap Resti yang malah membenarkan tindakan sang Mama, benar-benar mengecewakan hati Agam.
Hal inilah yang paling Agam tidak suka dengan Ibu mertuanya. Harusnya beliau menghargai privasi rumahtangga anak dan menantunya.
Padahal Agam selalu berpesan, jika dia telat memasak sarapan, Mama bisa pesan sarapan via online.
Jika masalah uang untuk pembayarannya, Agam selalu menyelipkan beberapa lembaran ratusan ribu dikantung penutup kulkas. Hal itu sengaja Agam lakukan, mana tahu sang Mama ada keperluan mendadak dan uang pemberian Resti habis.
Agam menyelesaikan ritual mandinya, lalu dia melaksanakan ibadah dan setelah itu Agampun bersiap hendak pergi ke kantor.
Hari ini Agam sangat malas untuk mengerjakan apapun, lebih baik dia sarapan di kantin kantornya saja.
Melihat Agam bukannya memasak sarapan dan malah mengenakan pakaian kerjanya, Resti pun bertanya, "Mas mau kemana? Sarapan kami bagaimana Mas?"
Agam bukannya menjawab pertanyaan Resti, tapi dia mengenakan dasi sembari bertanya balik, "Mau sampai kapan kita seperti ini terus Res? Aku melakukan semuanya dengan ikhlas dan tulus untuk meringankan beban pekerjaanmu, tapi kalian malah menganggap ku seperti seorang pembantu!"
"Maaf aku pergi duluan, jika mau sarapan pesan online saja. Uangnya di tempat biasa!" ucap Agam sembari menjinjing tas kantornya dan bergegas keluar kamar.
Mama Helen yang sedang asyik membuka akun medsosnya sambil menonton TV, matanya membulat saat melihat sang menantu sudah menenteng tas kerjanya.
"Lho...kamu apa-apaan Gam, mana sarapan Mama? Cucian juga belum kamu bereskan! Ada baju yang mau Mama pakai nanti malam."
"Maaf Ma, aku ada meeting. Mengenai sarapan, aku sudah minta Resti untuk pesan via online dan masalah cucian jika aku tidak capek, nanti sore baru ku kerjakan. Aku pergi dulu Ma!" ucap Agam menggeloyor pergi.
Sebisa mungkin Agam menahan rasa kesal di hadapan mertuanya.
Melihat sikap menantunya yang pagi ini rada aneh, Mama Helen merasa penasaran. Lalu diapun ingin menanyakannya kepada Resti.
Resti yang baru keluar dari kamar dihadang sang mama, "Kenapa suamimu tidak melakukan tugasnya seperti biasa Res? Mama kan sudah lapar. Lagipula, ini masih terlalu pagi untuk dia pergi ke kantor."
"Mungkin Mas Agam lagi banyak pekerjaan di kantornya Ma. Tapi Mama jangan khawatir, aku sudah pesan sarapan buat Mama."
"Oh ya Ma, aku pergi dulu ya. Aku sarapan di kantor saja, mengenai makan siang, Mama pilih dan pesan saja langsung," ucap Resti sembari mengenakan sepatunya.
Di perjalanan, Agam menerima pesan, ternyata dari Resti dan dia mengatakan ingin makan siang bersama. Nanti Resti yang akan datang ke kantor Agam saat jam makan siang.
Agam mengernyitkan dahi, tidak pernah-pernahnya Resti mengajaknya makan siang bareng apalagi letak kantor mereka cukup jauh.
Karena tidak mendapatkan balasan Chatt nya, Resti langsung menelepon Agam.
"Hallo Mas, kenapa chatt ku nggak dibalas, bagaimana Mas? Aku bolehkan datang ke kantor Mas?"
"Hemm, terserah. Jika tidak merepotkanmu, biasanya kamu selalu tidak bisa jika aku yang minta."
"Terimakasih Mas. Hari ini kebetulan aku tugas luar, jadi apa salahnya jika aku manfaatkan waktunya sekalian buat kita."
"Baguslah jika kamu ingat aku!" jawab Agam yang masih malas untuk berbasa-basi.
"Ya sudah, selamat bekerja ya Mas. Hati-hati di jalan."
Mendapatkan perhatian kecil dari Resti, Agam jadi teringat kenangan-kenangan lama. Dulu Resti selalu perhatian kepadanya dalam semua hal.
Agam pun senyum-senyum sendiri dan dia berharap rumah tangganya bisa kembali baik seperti dulu.
Dalam lamunannya, Agam hilang konsen mengemudi saat tiba-tiba ada seorang wanita yang mendadak menyeberang jalan.
Karena kaget, Agam mengerem mendadak hingga suara decitan ban mobil tergesek aspal membuat wanita itu terkejut.
Wanita itu berteriak sembari menutup wajahnya dan akhirnya jatuh tepat di depan ban mobil Agam.
Agam buru-buru turun, dia cemas, apalagi saat tidak melihat pergerakan dari wanita itu. Namun Agam bersyukur saat melihat korbannya tidak terluka.
"Mbak! Mbak nggak apa-apa kan? Nggak ada luka kan Mbak?" tanya Agam sembari mengamati tubuh wanita tersebut.
Mendengar suara orang memanggil, wanita itupun menurunkan kedua tangannya yang masih menutupi wajah, ternyata dia menangis. Karena syock, wanita itu menyangka jika dirinya telah mati tertabrak.
Melihat wanita tersebut menangis, Agam jadi merasa bersalah, lalu dia mengambil sapu tangan dari sakunya.
"Maafkan Saya Mbak, saya lengah," ucap Agam sembari berjongkok di hadapan wanita itu dan mengulurkan saputangannya.
"Nggak apa-apa Mas, saya juga salah. Saya menyeberang terburu-buru, hingga tidak melihat saat mobil Mas melintas."
"Ini saputangannya Mas, terimakasih. Maaf, saya harus pergi."
Wanita itupun pergi meninggalkan Agam yang masih berdiri menatapnya, dia menyeberang jalan dan menuju ke sebuah apotik.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Devi Handayani
hmm kan kejadian lagi... wahhh bisa masuk nih setan bersorak soraii.... ini lah yg sering menjadi pemicu retak rumah tangga.... sadarilah para wanita hargailah suamimu karena dialah pemimpin mu😔😔😔😔😔
2023-06-02
0