BAB 2. RINDU LAYANAN ISTRI

"Mas aku duluan ya, ada pekerjaan kantor yang masih harus ku selesaikan. Takut ngantuk nanti jika tidak dikerjakan sekarang."

Belum mendapatkan jawaban dari Agam, Resti sudah menggeloyor pergi.

Agam menggelengkan kepala, dia merasa hubungan rumah tangganya makin hari semakin tidak harmonis. Agam mengacak-acak makanannya, seleranya jadi hilang bersama perginya sang istri dari sana.

Kemudian Agam menyimpan sisa makanan ke dalam kulkas, lalu dia membereskan meja dan mencuci alat-alat makan yang kotor.

Setelah semuanya bersih, Agam pun kembali ke kamar untuk melihat Resti. Dia berharap bisa membantu menyelesaikan pekerjaan Resti hingga mereka bisa memiliki waktu untuk bercengkerama sebelum mata mengantuk.

Resti tidak bergeming sedikitpun saat melihat pintu kamar terbuka, dia tahu itu pasti Agam. Resti tetap fokus menatap layar laptop dan kertas yang berserakan di atas meja kerjanya.

Agam menyandarkan kepalanya di bahu Resti, dia ingin bermanja sembari memperhatikan apa yang bisa dia bantu agar pekerjaan Resti terselesaikan dengan cepat.

"Mas ah...awas dong! Aku lagi kerja, nanti nggak siap jika kamu terus menggangguku! Pergilah! cari kesibukan sendiri atau tidur lebih bagus, daripada berbuat hal yang tidak berguna!" ucap Resti tanpa menoleh sedikitpun.

Mak jleb, seperti ada sesuatu yang menusuk jantung Agam, dia tidak menyangka jika dirinya cuma pengganggu dan apa yang dia lakukan untuk menyenangkan sang istri, menurut Resti tidak berguna.

Agam mengangkat kepalanya, dia menenangkan hati, "Sabar Gam. Kamu sih, sudah tahu istri sibuk masih juga mengganggu. Kamu yang salah Gam bukan Resti."

Sementara sisi lain hatinya mengatakan, "Kamu bodoh Gam, untuk apa kamu perhatian dengan istri yang tidak pernah mempedulikanmu!"

"Resti itu egois, mending kamu cari kesenangan lain. Masih banyak wanita di luaran sana yang mau memperhatikan dan melayanimu seperti raja."

"Nggak, nggak, nggak...aku mencintai Resti dan aku nggak akan pernah mengkhianati dia!"

Perang batin Agam kali ini dimenangkan oleh rasa cintanya, dia tidak beranjak pergi tapi malah berkata, "Sini, biar aku saja yang kerjakan Res. Kamu tunggu saja di sana, aku janji dalam 30 menit pasti selesai."

"Nggak usah Mas, jangan bercanda kamu, aku saja belum tentu bisa menyelesaikannya dalam waktu satu jam, apalagi kamu!"

"Kalau aku bisa, aku boleh ya minta jatah malam ini," bisik Agam di telinga Resti.

Ada gelenyer aneh di tubuh Resti, tapi dia langsung menepisnya. Resti merasa lelah dan malam ini dia malas untuk meladeni rayuan Agam.

"Bagaimana Sayang, percaya deh aku pasti bisa. Jika hasil pekerjaanku nanti salah, kamu boleh menghukumku. Aku tidak akan meminta jatahku selama sebulan," ucap Agam sembari meringis dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Resti belum menjawab, tapi dia masih mempertimbangkannya. Sebulan, bakal nyaman Resti tidur, tanpa diusik oleh Agam.

Akhirnya Restipun setuju, "Baiklah, tapi Mas harus pegang janji ya!"

"Oke siap Tuan Putri! tapi serius ya, malam ini aku lagi kepengen. Sudah lebih dari seminggu kita tidak melakukannya," ucap Agam lagi sembari mengambil kertas yang ada di tangan Resti.

"Oh ya satu lagi Yang, kasi DP dulu dong, biar semangat kerjanya," pinta Agam sembari menunjuk bibir sendiri dan tersenyum mesum.

Memang sejak di kantor tadi, Agam sudah merindukan dan membayangkan momen romantis bersama dengan sang istri. Rasanya sudah penuh dan kepala Agam pusing, seminggu lebih syahwatnya tak tersalurkan.

Resti bangkit, dengan malas diapun melakukannya. Resti mencium bibir Agam dan kesempatan itu Agam manfaatkan sebaik mungkin. Dia tidak melepaskan pagutannya hingga Resti kesulitan bernafas.

Gelenyer panas di tubuh Agam kian meningkat, rasanya Agam ingin langsung menggendong tubuh Resti ke peraduan yang dia rindukan.

Namun, Resti buru-buru mendorong tubuh Agam dan berkata, "Cepat kerjakan Mas! jadi kalau ada kesalahan aku masih punya waktu untuk memperbaikinya. Tidak mungkin besok pagi ku perbaiki, bakal telat aku ke kantor!"

"Baiklah Sayang, tunggu aku di sana ya. Ingat! jangan ketiduran," ucap Agam sembari mencuri kecupan lagi.

Resti manyun sambil mengusap bibirnya, lalu dia berbalik dan duduk di sisi tempat tidur. Resti bersandar sembari mengotak-atik ponsel, berselancar membuka akun medsosnya.

Sementara Agam, jari-jemarinya mulai menari-nari di atas papan keyboard yang ada di hadapannya.

Agam yang memang memiliki kecerdasan genius, di tambah lagi terlatih di bidang komputer dan pengelolaan file perusahaan tidak mengalami kesulitan sama sekali.

Dia tersenyum puas saat ketikan terakhir selesai. Bahkan Agam cuma menghabiskan waktu 25 menit saja.

Agam menjentikkan jarinya, menutup laptop dan merapikan kertas-kertas yang berserakan di atas meja. Dia memang terbiasa menyelesaikan semua pekerjaan dengan sangat rapi.

Bahkan di kantor, Agam sering mendapatkan pujian dari atasan maupun dari rekan kerjanya, tentang hasil pekerjaan dan kebersihan ruangan pribadinya.

Agam tidak mengandalkan cleaning service ataupun OB untuk merapikan ruangannya sendiri.

Hasil print sudah ada di tangan dan Agam lalu berbalik ingin menagih janjinya. Tapi hatinya tiba-tiba mencelos saat melihat Resti sudah bergelung di balik selimut.

Kembali lagi rasa kecewa menyelinap di hati Agam, dia terpaksa meredam hasrat dan rindu untuk bercengkrama dengan istri tercintanya.

Agam meletakkan hasil pekerjaannya di atas nakas, lalu dia menuju kamar mandi, bersiap melaksanakan ibadah yang sempat tertunda karena menyelesaikan pekerjaan sang istri.

Selesai dengan kewajibannya, Agam merebahkan diri di samping Resti sembari menatapnya.

"Kenapa semakin sulit untuk meraih kebahagiaan bersama mu Res, aku lebih bangga dengan Resti ku yang dulu. Resti yang ceria, perhatian dan tidak mengukur semua dengan uang," monolog Rey sembari mengusap pipi Resti.

Agam mencoba memejamkan mata, tapi lagi-lagi dia rindu ingin dipuaskan.

Kemudian Agampun bangkit, masuk ke dalam kamar mandi dan dia terpaksa memuaskan dirinya sendiri ketimbang tidak bisa tidur.

Setelah terpuaskan, Agam pun membersihkan dirinya kembali dan bersiap untuk tidur. Besok pagi dia harus bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan dan menyelesaikan pekerjaan lainnya.

Mama Helen belum juga pulang, beliau membawa kunci sendiri jadi tidak perlu membangunkan anak atau menantunya jika terlambat pulang.

Agam memeluk pinggang Resti dan matanya pun terpejam hingga terbangun saat suara panggilan terdengar berkumandang.

Saat membuka mata, dia melihat Resti sedang memperhatikan dan memeriksa hasil pekerjaannya.

Resti tersenyum puas, ternyata suaminya bisa dia andalkan.

Agam menarik tangan Resti hingga tubuh Resti berada di atasnya, dia menatap lekat manik mata Resti sembari berkata, "Aku tagih janjimu, kamu lihatkan di situ tertera jam berapa aku menyelesaikannya?"

"Kalau kurang yakin, kamu bisa cek kembali salinan filenya. Kamu ingkar janji Res tadi malam, jadi sekarang aku minta gantinya."

Tanpa meminta persetujuan dari Resti Agam langsung ******* bibir lembut sang istri.

Apakah Resti akan melayani kemauan Agam pagi ini? lanjut dong ke Bab berikutnya ya.

Terpopuler

Comments

Devi Handayani

Devi Handayani

duh jadi isteri galak bgt yaa.... ntar klo dia dah ga cinta ama kamu baru tau rasaa🤨🤨🤨🤨🤨🤨

2023-06-02

0

Devi Handayani

Devi Handayani

dosa kamu resti nolak suamimu.... jangan salahkan dia klo berpaling nanti😠😠😠😠😠😠

2023-06-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!