Bab 3

“Lupakan saja. Yang jelas, semua ini hanya bisa dilakukan olehmu. Jangan banyak tanya lagi.” Ucap Kai dengan datar.

Mereka pun tiba di sebuah Komplek Villa mewah. Bukankah hunian ini adalah hunian para konglomerat? Tanya Lily dalam hatinya. Ia tampak tak yakin, ia pun menatap wajah Kai dengan penasaran.

“Tak usah menatapku seperti itu. Aku memang tinggal di sini.” Nampaknya Kai sudah tahu isi pikrian Lily.

“Sial, dia sudah mengetahuinya.” Lily mendengus pelan.

Tiba-tiba Kai mencondongkan badannya ke arah Lily. Lily tampak kaget, apa yang sebenarnya pria ini mau perbuat? Kai semakin mencondongkan tubuhnya hingga Lily dapat merasakan embusan napas pria itu.

“Heh! Kau jangan berbuat yang tidak-tidak ya!” Lily tiba-tiba berubah posisi menjadi waspada.

“Dasar wanita aneh. Kau jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku hanya ingin melepaskan sit belt mu.”

“Ouh.” Lily tampak malu.

Mereka pun keluar dari mobil. Lily berjalan sambil berdecak kagum tak henti-hentinya. Seumur hidupnya, ia belum pernah menginjakkan kaki di tempat yang seperti ini. sebuah hunian mewah, lihatlah gagang pintunya saja terbuat dari emas. Dan lantainya, tampak seperti pantulan air. Lampu kristal yang menghiasi setiap sudut ruangan, dan tangga serta perabotan lain yang berlapis emas. Lily benar-benar dibuat silau.

Lily tersadarkan dari bius kemewahan itu oleh kedatangan seorang wanita tua dengan badan kurus. Wanita itu tengah duduk di kursi roda ditemani oleh tiga oang yang menjaganya. Nampaknya itu adalah perawat pribadinya.

“Apa dia wanita yang telah kau ceritakan itu Kai?” Tanya wanita tua itu.

“Nenek.” Kai langsung menyalami neneknya dan memeluknya dengan erat.

“Apa nenek sudah minum obat?” Tanya Kai dengan ekspresi cemas.

“Nenek belum...” Seorang perawat hendak menjawabnya tetapi keburu dihentikan oleh Nenek.

“Sssshh! Kau tak usah khawatirkan soal itu. Sekarang nenek ingin tahu tentang wanita ini.” Nenek mendekati Lily dengan antusias.

“Kau sangat cantik.” Puji nenek kepada Lily.

“Nek, dia baru pertama kali melihatku. Dan mungkin baru kenal denganku juga.” Jelas Kai.

“Ah, sudahlah. Kau tak usah kahwatirkan itu. Bukankah cinta tumbuh seiring dengan berjalannya waktu? Betulkan nak?” Nenek menatap wajah Lily.

“Eee---iiya mungkin.” Jawab Lily dengan ragu.

“Akh, gadis yang pemalu.” Ujar Nenek.

“Kai, ajak dia duduk di meja makan. nenek sudah siapkan hidangan yang istimewa untuknya.” Kata Nenek.

“Apa? Makan? di tengah malam seperti ini? apa dia sedang bercanda?” gumam Lily dalam hatinya.

“Nek, ini sudah larut malam. mungkin dia juga ingin istrahat. Dan seharusnya nenek juga begitu. Nenek seharusnya sudah tidur sejak jam sembilan malam tadi.” Kini Kai mendikte neneknya seperti kepada anak kecil.

“Nenek bukan anak kecil lagi Kai. Jangan dikte nenek!” Nenek tampak tak senang.

“Nak, nenek sudah menyiapkan hidangan itu sejak sore. Setidaknya kau cicipi sedikit ya. kau mau kan?” Nenek tampak memaksa.

“Neeek...” Kai mencoba mengehntikan neneknya.

“Biarkan gadis ini yang menentukan!” Nenek tak mau kalah dengan cucunya.

“Aduh, bagaimana ini. aku sudah lelah, aku rindu kasur empukku dan Tunyong. Arrgghh aku lupa tentang Tunyong. Kasihan, anak itu pasti tidur sendirian malam ini.” Gumam Lily dalam hatinya.

“Emmm, baiklah.” Ucap Lily mengiyakan permintaan dari nenek.

“Tuhh kan Kai!” Nenek tampak mengejek cucunya.

“Hdeuuh.” Kai tampak pusing dengan ulah neneknya.

Mereka pun duduk melingkari meja makan yang luasnya sama dengan luas ukuran kasur king size. Meja itu terbuat dari batu giok dengan sentuhan emas. Lily merasa sudah kenyang dengan melihat meja dan kursinya saja. Belum lagi gelas kristal, piring dan guci dari Cina dan benda mewah lainnya. Dan hidangannya, tentu saja menjadi artis utamanya. Kalkun, wagyu, tenderloin, salmon, cavier, lobster, daging unta, dan masih banyak lagi. Belum lagi kudapan manisnya yang juga tak kalah mewah. Lily yang tadinya merasa kenyang kini mendadak lapar saat melihat hidangan yang ada di depannya.

“Ayo cicipi nak.” Ucap Nenek.

Lily, yang lupa diri, langsung lupa dengan table manner nya. ia langsung saja melahap makanan yang ada di hadapannya. Melihat Lily yang rakus makan Kai mulai merasa menyesal karena telah mebawa wanita itu untuk makan bersama neneknya.

“Wanita itu makan seperti tak pernah menemukan makanan sebelumnya.” Gumama Kai pelan.

“Biarkan saja, nenek senang melihat dia makan dengan lahap.” Ucap Nenek yang ternyata medengar gumaman Kai.

“Nenek tidak apa-apa? Bukankah sebelumnya, pada wanita lain nenek...”

“Sudahlah, lupakan waktu itu. Nenek sudah jatuh hati pada wanita ini. dia akan menjadi istri yang baik untukmu Kai. Dan dia akan memberimu banyak keturunan. Lihat saja, panggulnya yang besar, dadanya, dan...”

“Nenek tak usah menerangkannya sejelas itu.”

“Hehe, maksud nenek, dia wanita yang subur.”

“Ya, ya. sudahlah. Aku mulai tercemari oleh nenek.”

“Hey, kau jangan bersikap sok polos seperti itu Kai. Kau sudah sangat dewasa untuk mengerti hal ini. lagi pula kau sendiri yang akan merasakannya, hehe.” Nenek terkekeh.

“Nenek...” Kai benar-benar tak habis pikir pada neneknya.

Lily mulai kekenyangan. Ia tak sanggup lagi menghabiskan makanan yang ada di hadapannya. Rasanya perutnya sudah sangat penuh.

“Kau sudah kenyang Nak?” Tanya Nenek sambil tersenyum hangat.

“Hehe, sudah. Terimakasih atas jamuannya.” Jawab Lily.

“AAArrrggg.” Lily bersendawa dengan sangat kencang. Melihat kelakuan LILY Kai tampak tak senang.

“Hehe, maafkan aku.” Lily merasa malu.

“Tak apa nak. Itu tandanya kau menikmati makanannya.” Bela nenek.

“Lihatlah nek! Wanita ini yang akan menajdi calon istriku? Dia bahkan tak yahu adab makan.” Kai tampak tak senang.

“Hey. Jangan asal bicara ya! aku tahu soal adab makan. aku hanya....hanya....hanya kelepasan.” Lily malah semakin malu.

“Sudahlah jangan bertengkar, tidak baik calon suami istri banyak bertengkar. Kalian seharusnya semakin mengakrabkan diri satu sama lain. Agar semakin cepat rasa cinta timbul diantara kalian berdua.” Nenek menengahi mereka.

“Aku tidak akan jatuh cinta pada gadis semacam itu.” Ucap Kai.

“Siapa yang kau sebut wanita semacam itu? Kau lupa ya kalo aku seorang idol? Kau akan menyesali kata-katamu.” Timpal Lily.

“Dan kau lupa siapa aku ya? apa semua yang ada di tempat ini tak kunjung menyadarkanmu?” Kai tampak arogan.

“Sudah! Sudah! Nenek tak mau mendengar lagi kalian bertengkar. Nenek sudah putuskan. Kalian akan menikah minggu depan!” Ucap nenek dengan serius.

“Apa?” tanya mereka bersamaan.

“Nenek harus mengurus semuanya dengan cepat. Sebelum semuanya menjadi berantakan.” Ucap nenek.

“Tapi Nek, tidak secepat itu juga.” Kai tampak tak setuju.

“Kau jangan banyak alasan, kau sendiri yang sudah menyetujuinya. Kau sudah memabwanya kemari berarti kau sudah setuju.” Jawab nenek.

“Tapi Nek, saya masih terikat kontrak dengan agensi saya. Dan amsih banyak hal lainnya.” Lily juga ikut membantah.

“Agensi itu? mereka tak akan berani menghalangimu. Nenek bisa membeli agensi itu malam ini juga jika mereka berani menghalangimu. Kau tak usah khawatir soal hal-hal semacam itu. Semuanya sudah diatur.” Ucap Nenek dengan sangat serius.

“Tapi neeeeek!” Mereka berdua menolak bersamaan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!