Lily terbaring di atas ranjang yang begitu mewah. Tetapi seluruh kemewahan itu tak mampu meredam panik dan cemas di hatinya. Bagaimana tidak! Ia akan menikah Minggu depan dengan pria yang bsru saja ia kenal beberapa jam yang lalu. Apa managernya mengetahui akan hal ini?
Lily berharap besok managernya akan menjemputnya untuk pulang dan mengatakan pada pria dan Nenek itu bahwa Lily tidak bisa dinikahkan secepat itu. Semoga saja itu terjadi.
Lily kemudian terlelap tidur. Ia kemudian hanyut dalam mimpinya.
"Bluk, bluk." Lily tenggelam. Ia tenggelam ke dasar yang begitu dalam. Rasa sesak membuatnya tak kuat untuk berenang ke atas. Rasanya sekujur tubuhnya sulit untuk digerakkan. Lily pada akhirnya pasrah, ia perlahan tenggelam semakin ke dasar.
Lalu kemudian sesosok makhluk menarinya ke atas. Lily tak bisa menebak siapa dan apa itu. Yang jelas beberapa saat kemudian ia merasakan kembali sapuan udara di kulitnya. Ia dibaringkan di atas pasir. Lily terbatuk-batuk, beberapa kali ia mengeluarkan air dari mulutnya.
Lily perlahan membuka matanya. Semuanya tampak silau. Ia mengedipkan matanya berkali-kali baru ia bisa melihat dengan jelas.
Ada seorang pria, pria dengan pakaian bangsawan dan jubah merah. Wajahnya masih tak jelas di mata Lily. Pria itu nampaknya tengah menatap Lily lekat-lekat.
Begitu pria itu mengetahui bahwa Lily sudah bangun, pria itu kemudian membawa Lily lagi. Pria itu membawa Lily sambil menaiki kuda yang gagah dan berani.
Lily, yang berada dalam pangkuan pria itu mencoba mengenali wajah pria itu. Tapi sama saja, wajahnya masih buram dalam pandangan Lily. Tapi Lily bisa merasakan bahwa dia adalah pria yang tampan, gagah dan pemberani.
Lily tiba-tiba merasa ditampar pipinya. Padahal pria itu tengah menunggangi kuda. Lalu siapa yang menampar pipi Lily?
"Bangun! Bangun dasar pemalas!" Terdengar suara aneh.
Lily kemudian terjatuh dari kuda dan pria tampan itu.
"Aaargghh!" Lily kemudian bangun dari mimpinya.
Ia tengah tergeletak di lantai. Ia bisa melihat kaki seseorang, itu…itu adalah.
"Bagun! Ini bukan rumahmu Lily. Kita harus pulang sekarang." Ternyata yang membangunkannya adalah managernya.
"Pak, kukira kau siapa." Lily kemudian bangkit.
"Cepat mandi dan ganti bajumu. Kita akan pulang sekarang." Suruh manager.
"Ya. Ya. Aku tahu. Lagian aku juga tidak mau berlama-lama di sini." Jawab Lily dengan enggan.
"Kau tidak boleh begitu. Karena sebentar lagi kau akan tinggal di sini. Jadi kau harus membiasakan dirimu." Ucap manager sambil mengemasi beberapa barang bawaan Lily.
"Kau sudah tahu aku akan menikah minggu depan?" Lily kaget.
"Tidak. Aku bahkan baru tahu sekarang. Tapi, baguslah, lebih cepat lebih baik." Jawab manager dengan santai.
"Hey! Jangan berkata seperti itu. Kau seharusnya senang jika aku bisa menjadi idol lebih lama. Kau seharusnya mencegahku untuk menikah Minggu depan."
"Untuk apa? Toh setelah menikah pun kau masih bisa menjadi idol. Lagi pula, ucapan atau ancaman dari mu masih tidak sebanding dengan black card dan beberapa benda mewah itu. Setelah memperoleh itu. Aku bisa pensiun dini." Ucap manager dengan senyum tipis.
"Jasaku selam kau bekerja denganku bertahun-tahun tidak ada apa-apanya setelah kau berkata begitu." Lily tampak putus asa. Ia kemudian berjalan ke kamar mandi.
Selesai mandi dan ganti baju Lily langsung turun ke bawah. Managernya tampak tengah asik duduk sambil minum teh bersama Kai dan Nenek. Melihat itu Lily langsung turun moodnya.
"Dasar bermuka dua." Ucap Lily sambil menggulirkan ba matanya.
"Ah, kau sudah siap ternyata." Ucap manager.
"Anda terlalu basa-basi. Sudahlah, ayo cepat pulang." Ucap Lily dengan malas.
"Sayang sekali kau begitu sebentar di sini. Padahal Nenek masih ingin berlama-lama denganmu di sini." Nenek kini mengelus lengan Lily.
"Jika kau butuh teman bicara, kau bayar saja seseorang untuk menemanimu. Bukan malah menjadikanku sebagai menantumu. Haaaarrrrrggghhh!" Teriak Lily dalam hatinya.
"Emm, iya. Aku tidak bisa berlama-lama di sini karena aku masih ada beberapa tur konser Di luar kota." Ucap Lily dibuat-buat lembut.
"Memangnya berapa hasil konsermu itu." Kai meremehkan Lily.
"Kaaauuuu!" Lily hampir saja mau menghajarnya.
"Sudaaahh waktunya kita pulang. Ayo kita pulang sekarang." Manager langsung menarik lengan Lily sebelum dilayangkan ke wajah Kai. Lily diseret oleh manager untum segera keluar.
"Sampai jumpa lagi Tuan Kai dan Nyonya Jieun." Ucap manager.
"Ya, sampai jumpa lagi. Hati-hati di jalan ya." Nenek melambaikan tangannya.
Saat di mobil, Lily terus menerus menggerutu. Nampaknya ia masih marah dengan kejadian barusan.
"Sudahlah, tak baik kau mengatai calon suamimu sebanyak itu. Nanti malah…"
"Malah apa?"
"Malah makin cinta." Manager mengakhiri kalimatnya dengan tertawa terkekeh-kekeh.
"Itu tidak lucu." Ujar Lily dengan bibir yang masih cemberut.
"Lagi pula, kau belum mengenalnya. Siapa tahu jika sudah saling mengenal dia malah akan sangat sayang padamu. Dan neneknya juga sudah menyukaimu. Kau akan hidup enak di sana. Kau dapat mertua yang menyayangimu dan suami yang tampan. Belum lagi harta yang tak habis tujuh turunan. Apa lagi yang kau cari?" Jelas manager.
"Aku tidak mencintai pria itu. Dia amat sangat menyebalkan. Bagaimana bisa pria semacam itu menjadi suamiku. Tidak seperti Junho, dia laki-laki yang sempurna untukku. Kita sama-sama ahli di bidang yang sama. Kita sangat sempurna untuk satu sama lain." Lily mulai membayangkan wajah pria yang bernama Junho itu.
"Pria itu lagi. Tak henti-hentinya kau membahasnya. Sadarlah Lily, dia hanya idol yang tidak terkenal. Dia dari agensi yang kecil bahkan hampir bangkrut. Mau dibawa ke mana masa depanmu jika menikah dengan pria semacam itu." Unar manager.
"Pak Manager jangan berkata seperti itu. dia pria yang baik, sopan dan punya tujuan. Aku yakin, suatu saat dia akan menjadi idol yang sangat terkenal. Bahkan orang di seluruh dunia akan mengenalnya." Lily membela pria itu.
"Terserah kau saja." Manager pun kembali fokus menyetir.
Sesampainya di apartemen Lily, manager langsung pulang setelah mengantar Lily. Sementara Lily akan naik ke atas.
Lily tengah berjalan menuju lobby apartemen hingga tiba-tiba seseorang memanggilnya dari belakang.
"Lily." Ucap orang itu.
Lily menoleh ke belakang.
"Junho!" Lily langsung menghampiri Junho.
"Kemarin malam aku kemari. Aku ingin mengucapkan selamat atas konsermu. Tapi kau tidak ada. Kau kemana semalam?" Tanya Junho.
"Oh, aku…aku pergi menemui klien. Biasa, iklan produk lagi." Lily berlaibi.
"Oh, yasudah, ini aku bawakan buket bunga untukmu. Bunga Lily untuk Tuan Puteri Lily." Junho menyerahkannya dengan senyum yang menawan.
"Ouh, terima kasih. Eh, ayo masuk ke dalam. Aku mendapat pesan dari ibu bahwa ia memasak kimchi dan sup tahu yang banyak. Ayo." Ajak Lily. Mereka berdua pun naik ke atas.
Tanpa Lily atau Junho tau, ternyata Kai juga ada di situ mengawasi mereka berdua dari kejauhan. Kai tadinya mau memastikan bahwa Lily selamat sampai ke rumahnya. Tetapi pemandangan barusan berhasil membuat hati Kai panas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Kim
bakalan terjadi perang dunia nih🤣🤣🤣
2023-02-09
0