" Mencoba Lembaran Baru"

Alzam Tidak bisa memejamkan matanya mengingat ucapan Abraham, seakan semau perkataan sang ayah terngiang-ngiang di kepala Alzam. Selama kelulusannya tiga tahun Alzam hanya berkurung diri di dalam kamar. Tidak ada niat Alzam untuk melanjutkan studinya.

Bukannya Alzam tak ingin, hanya saja rasa takutnya terhadap orang dan keramaian memicu timbulnya rasa insicure dalam dirinya. Ingatan masa saat usianya 11 tahun berputar dalam memory otaknya seperti roller coaster seakan tak pernah pergi.

Lelaki itu menghela nafas panjangnya. apakah dia harus membuka lembaran untuk kehidupannya tetapi Alzam bingung bagaimana caranya. Rasa takut itu seakan masih saja menghantui Dalma dirinya.

Saat Alzam sedang berpikir, terdengar ketukan pintu dari kamar Alzam.

"masuk," ucap Alzam.

Saat pintu itu terbuka menampakkan Kenzo, membawa selembar kertas yang berada di tangannya. Alzam melihat itu merasa bingung. Kenzo menjatuhkan bokongnya di samping Alzam memberikan Alzam sebuah browser berisi keterangan kampus di mana Kenzo berkuliah.

"Kuliah lah di sini! aku akan menemanimu, jika ada yang mengusik dirimu beritahu padaku," terang Kenzo sambil mengacak rambutnya Alzam, entah keberanian dari mana. Selama 10 tahun ini Kenzo baru berani mengacak rambut atau menyentuh Alzam. Walau wajah Alzam kini berubah menjadi kepala karena ulah Kenzo.

"Itu yang terkahir! Jangan pernah menyentuh ku lagi!," ujar Alzam dengan begitu dingin. wajahnya benar-benar datar seperti jalan trotoar. Entah kapan terakhir lelaki itu tersenyum, Kenzo sama sekali belum pernah melihatnya.

"Jangan pernah takut untuk memulai semuanya! Tidak ada kata terlambat! Hilangkan lah pikiran yang menghantui mu itu secara pelan-pelan! Aku tau itu susah tapi semuanya bisa di mulai dari dirimu sendiri Alzam!" jelas Kenzo melirik ke arah sepupunya.

"Jadikan cemoohan orang-orang menjadi motivasi untuk mu," tambah Kenzo.

mendengar penjelasan Kenzo, Alzam hanya terdiam membisu. Tidak ada stau katapun terlontar dari mulutnya itu.

"Apakah kamu tidak merasa aneh berada di sekitar ku?, Apa kamu tidak merasa Bau dengan tubuh ku?," tanya Alzam menatap ke arah sepupunya.

Mendegar pertanyaan Alzam, Kenzo benar-benar bahagia. Akhirnya Alzam bisa berbicara kepadanya.

"Aku tidak merasa aneh berada di samping mu! lagian aku suka dengan bau tubuh mu!," balas Kenzo sambil mengedipkan matanya ke arah Alzam.

Melihat Kenzo melakukan itu, Alzam berbalik. Rasanya dalam perut Alzam ingin memuntahkan isi perutnya. Alzam hanya kekurangan kepercayaan dirinya. Tetapi tetap saja Alzam hanya seorang laki-laki normal pada umumnya.

"aku masih normal!," Ujar Alzam. Mendengar perkataan Alzam Kenzo terkekeh. walau jawaban Alzam begitu datar seperti robot tetapi setidaknya Alzam merespon ucapannya.

Malam semakin larut Kenzo berpamitan untuk tidur, Alzam hanya mengangguk dan menyuruh Kenzo untuk tidak lupa menutup pintu kamarnya kembali saya keluar nanti. Saat kepergian sepupunya, Alzam membaca browser yang di bawa Kenzo Dalam lubuk hati Alzam yang paling dalam sangat ingin berkuliah seperti ini.

Tapi Apakah dirinya bisa melakukan hal seperti ini. Hampir 10 tahun Alzam sudah terbiasa sendiri dan rasa traumanya akan kah bisa hilang?.

"Apa aku bisa melakukannya! aku tidak memercayai diriku sendiri," lirih Alzam.

Malam itu Alzam terhanyut dalam pikirannya. lelaki itu sangat dilema, antara memilih mengikuti jalan pikirannya atau memilih permintaan Abraham. Jika ingin berkata sejujurnya Alzam sangat ingin menjadi seperti orang normal pada umumnya. Perlahan tapi pasti Alzam akhirnya terlelap dalam tidurnya, Masuk ke alam mimpi yang sangat indah.

"Alzam sini! Alzam!" suara seorang wanita memanggil Alzam. Alzam tak bisa melihat wajahnya hanya saja wnaita itu tiba-tiba menarik tangan Alzam sambil terus tertawa. Saat wanita itu berbalik Alzam tidak bisa melihat jelas wajah wanita itu.

"kamu siapa!," gumam Alzam.

...****************...

Matahari seidikit malu untuk menunjukan dirinya pagi ini, walau seperti itu berkas-berkas cahayanya masih sedikit memancar. berkas cahayanya seidkit masuk ke dalam cela jendela kaca Alzam akibat semalam akhirnya matahari bisa mengenai wajah Alzam di lagi hari.

Lelaki itu merasa terganggu, membuka matanya. mata coklat, hidung mancung dan bibir tipis merahnya terlihat sangat indah saat ini. Jika saja wnaita yang melihat Alzam bangun lagi seperti ini pasti akan langsung melahap Alzam.

Alzam mengusap wajahnya lalu melihat ke arah nakas terdapat jam deker yang masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Dengan langkah gontai Alzam masuk ke dalam kamar mandi untuk melakukan ritual paginya sebelum melakukan aktivitas apapun. walau itu hanya di dalam kamar bukan.

Cukup lama Alzam berada di bawah shower akhirnya lelaki itu keluar memakai handuk yang melilit di pinggang nya. Rambutnya yang basah benar-benar menambah paras wajah tampan Alzam saat ini.

Alzam Tak menyimpan kaca ataupun cermin walau di kamar mandi nya. Hanya satu alasan Alzam melakukan hal itu. Alzam sangat jijik melihat dirinya sendiri hingga Alzam sama sekali tidak pernah bercermin atau berfoto di handphone miliknya.

Jika kalian melihat isi ponsel Alzam hanya berisikan gambar anime favorit nya yang sering ia nonton di waktu senggangnya.

Perut tengah Alzam tidka bersahabat, lelaki itu sudah memakai baju kaos oblong dengan celana sebatas lutut berjalan keluar kamar menuju meja makan yang sudah di tepati oleh Abraham dan Kenzo.

Abraham menatap putranya, wajah alzam sama saja seperti biasanya tidak ada perubahan yang terjadi. Di meja makan pun itu tidak ada yang berbicara. semuanya tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Hingga Alzam membuka suaranya. memanggil Abraham.

"ayah!," panggil Alzam.

"iya sayang!," jawab Abraham semangat.

"Apakah Alzam pantas untuk melanjutkan studi Alzam?," tanya Alzam menatap Abraham dengan sendu.

"Sangat pantas nak! kamu sangat pantas untuk melanjutkan studi mu! ayah tau kamu cerdas Alzam! Ayah yakin jika kamu berkuliah kamu pasti banyak memiliki teman," Jawa Abraham dengan penuh semangat.

Mendengar ucapan sang ayah Alzam hanya tersenyum pahit. Lelaki itu berpikir apa yang Abraham katakan hanya ingin membuat Alzam tenang tapi sebenernya Alzam tidak sebaik apa yah di katakan oleh Abraham.

"Aku tidak seperti itu ayah! Aku tau Ayah hanya untuk membuat ku tenang bukan," ujar Alzam menaruh sarapan rotinya di atas meja.

"Tidak Alzam paman mengatakan hal sebenarnya dan aku merasa kamu lantas untuk berkuliah," sambung Kenzo.

Mendengar ucapan Alzam semalam dan permintaan sang ayah. Alzam sedikit membuka pikirannya walau itu agak sedikit rumit tapi sepertinya Alzam harus melakukan itu.

"Aku akan melanjutkan studiku di kampus Kenzo! Tetapi aku ingin saat keluar wajahku harus tertutup masker! Aku hanya tidak ingin terlihat aneh ," terang Alzam.

Bahagia, yah Abraham sangat bahagia mendengar ucapan Alzam. selama 10 tahun akhirnya Alzam mengatakan hal seperti ini. setidaknya perjuangan Abraham dan Kenzo membuahkan hasil.

"benarkah Alzam! Aku dan Paman akan mendaftar kan mu ke kampus ku!" seru Kenzo bahagia.

Alzam melihat wajah Abraham yang begitu bahagia sedikit membuat hati Alzam tersentuh. Tetapi dalam pikiran Alzam rasa takut itu masih saja menghantuinya.

"Apa kau benar-benar bisa melupakannya?,"....

Bersambung...

jangan lupa untuk:

👍 Like

💬 Komentar

❤️ Favorit

🎟️ Vote

☕🥀 Berikan hadiah jika kalian menyukai novel ini

Terpopuler

Comments

in_JUMI

in_JUMI

yee, yang pertama komen
semangat kk, jangan lupa mampir back ke cerita aku y

2023-03-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!