Chapter 4 - Daftar Negara Impian

Di pagi hari Minggu. Sesuai janji, Eta, Salsa, dan Alan pergi ke rumah Gabriel untuk mengerjakan tugas kelompok. Eta membawa laptop beserta charger-nya. Salsa sendiri malah membawa camilan di tasnya. Dan Alan, dia tidak membawa tas sama sekali. Sementara Gabriel benar-benar hanya bertugas sebagai 'tuan rumah' di sini.

Alan segera memencet bel rumah. Tak lama, Gabriel membukakan pintu dan mempersilahkan mereka untuk masuk. Di ruang belajar, berbagai makanan ringan telah tersusun rapi di dalam toples. Salsa merasa bawaannya sia-sia.

"Gab, rumahmu sangat besar. Bahkan kau tidak hanya memiliki meja belajar, tapi juga ruangannya!" Puji Salsa, wajahnya tak henti menatap kekaguman pada setiap sudut ruang mewah ini.

Sejujurnya, kalau dari sudut pandang Eta. Tempat ini bisa disebut sebagai perpustakaan karena rak-rak kayu yang berjejer mengelilingi mereka tak ada yang tak terjamah oleh buku.

"Pantas saja setiap orang yang sekelompok denganmu selalu senang mengerjakan tugas di sini." Eta berkomentar.

Tangan gadis itu dengan cekatan mengeluarkan laptop dan charger yang langsung dihubungkan ke stop kontak. Gabriel yang melihatnya langsung tersenyum.

"Ibuku selalu senang jika ada temanku yang berkunjung, jadi aku pribadi tidak masalah."

"Uh-huh."

Salsa duduk di samping Eta. Sedangkan Alan yang terlalu nyaman malah mulai menidurkan kepalanya di atas meja. Gabriel mendudukkan dirinya di samping kanan Eta.

"Dibuat tabel?" Tanyanya saat melihat layar laptop Eta.

Eta mengangguk dalam diam.

"Apa kau tidak tahu, Gab? Seharusnya kau berhenti melamun dan mendengarkan ocehan Pak Rahmat!" Ujar Salsa.

"Habisnya Pak Rahmat kalau sudah berbicara tidak bisa hanya diam di satu topik. Pasti merembet kemana-mana, lebih menyebalkannya lagi itu tidak ada hubungannya dengan materi. Terkadang aku ketiduran juga karena pelajarannya ada di periode ketujuh." Keluh Gabriel.

"Sama denganku, Gab!"

Salsa beringsut ke tempat tasnya diletakkan dan mulai mengeluarkan camilan. Dia juga mengambil toples kue di atas meja dan mulai memakan mereka semua secara bersamaan.

"Perut karet." Cela Eta.

"Oh, selain nama kelompok sosialnya, apa ada lagi?"

"Kriteria hubungan dan pola hubungan yang timbul. Minimal 15 kelompok." Jawab Eta tanpa mengalihkan fokus dari laptopnya.

"Uwah... banyak sekali." Keluh Gabriel.

"Dilarang mencari referensi dari internet."

Baru saja Gabriel mengambil smartphone dari saku celananya. Suara berbisik Eta terdengar. Gabriel mengeluh. Seharusnya Pak Rahmat yang sering curhat tidak memberikan tugas sebanyak ini hanya dalam sekali pertemuan.

"Kapan dikumpulkannya?"

"Sabtu pekan depan."

"Kurasa itu waktu yang cukup."

"Ya. Aku sudah menemukan dua. Sisanya kita cari bersama-sama. Manfaatkan Alan dan Salsa sebisa mungkin." Saran Eta dengan wajahnya yang serius, namun Gabriel tahu bahwa Eta hanya bercanda.

"Siap!"

Gabriel membangunkan Alan yang sepertinya sudah setengah tidur, "Bantu aku menemukan buku untuk referensi. Kau juga Salsa."

Salsa menaruh toples kue di tangannya dengan ekspresi pasrah, "Baiklah."

"Hei, ini takkan memakan lama 'kan?" Tanya Alan.

"Apanya? Mencari buku referensi?" Bingung Gabriel.

"Bukan, tapi kerja kelompoknya. Soalnya aku harus menjenguk kakakku di rumah sakit sore ini."

"Tidak akan lama kalau kalian serius ingin menyelesaikannya hari ini. Lagi pula sekarang jam 8 pagi, kita masih punya banyak waktu."

"Memangnya kalau serius bisa selesai kapan?" Salsa ikut nimbrung.

"Ya. Jam 3 sore juga sudah selesai, kurasa. Bagian menjilid 'kan Eta."

"Oke! Semangat dan serius diriku!" Salsa memotivasi dirinya sendiri.

Lagi-lagi Gabriel hanya memaklumi tingkah laku teman-temannya yang random. Ia menatap ke arah Eta yang berkutat pada laptop dan buku catatan. Kacamata minus miliknya nampak memastikan layar.

"Dia pasti sulit."

...****...

Di hari Senin setelah pulang sekolah.

"Peta?!"

Raya berteriak histeris saat ia melihat sosok Eta yang berjalan mendekat ke arah mereka. Bayangkan saja, anggota bayangan yang sudah absen kumpulan selama seminggu ini akhirnya menunjukkan batang hidungnya juga.

Sontak saja Raya yang tidak memakai sepatunya berlari kencang menuju Eta. Ia menyentuh pundak Eta dan memeriksa apakah sosok di depannya ini adalah asli atau bukan.

"Aku tidak percaya ini! Kak Atlas! Eta kumpulan!"

Atlas keluar dari ruang OSIS sambil tersenyum manis. "Ternyata kamu datang, Risa. Saya kira kamu akan membolos lagi."

"Saya di sini hanya untuk mengawasi kalian. Kumpulan OSIS tidak boleh lebih dari jam 5 sore, itu pesan Pembina langsung. Karena Kak Fahmi tidak bisa datang, jadi saya yang menggantikan mengawasi OSIS." Ucap Eta.

Atlas mengangguk. Tentu saja itu tujuannya.

"Saya lupa, siapa Ketua Pelaksananya?" Tanya Eta.

Seorang pria mengangkat tangannya. Itu adalah Yuda. Teman seangkatan sekaligus teman sekelas Atlas. Dia tersenyum lalu melambaikan tangannya pada Eta.

Sekretaris OSIS rupanya.

Eta berjalan mendekat pada Yuda yang sedang memperhatikan laptop Raya. Di sana Eta bisa melihat, Raya sebagai sekretaris untuk acara class meeting ini sedang membuat proposal dan surat-surat lainnya.

"Bagaimana persiapan acaranya, Kak Yuda?"

"Sejauh ini tidak ada kendala berarti. Proposal ini juga tinggal diedit saja lalu di-print. Setelah proposal disetujui, persiapan acara baru akan dimulai. Sebenarnya sebelum proposal selesai dibuat pun, Waka Kurikulum dan Waka Kesiswaan sudah memberikan izin. Begitu juga dengan Kepala Sekolah. Tapi tetap saja, proposal itu diperlukan." Jelas Yuda.

Eta mengangguk. "Kak Atlas dan saya dicoret dari seksi acara, bagaimana sisanya? Apa ada kendala di sana?"

"Tidak ada. Awalnya setelah nama kalian dicoret hanya ada tiga orang saja. Tapi kami mengambil dari ekskul juga atas inisiatif Raya. Sekarang seksi acara ada delapan orang."

Syukurlah dia menggunakan saranku.

"Apa delapan cukup?"

"Itu sangat cukup. Lagi pula class meeting adalah acara internal sekolah. Tidak masalah panitia tidak banyak."

"Tapi karena panitia tidak banyak. Kalian harus berusaha lebih maksimal lagi." Saran Eta.

Eta meneliti lagi proposal yang sedang dibuat oleh Raya. Setelah satu periode menjabat sebagai Wakil Ketua OSIS, ada banyak hal yang telah dipelajari oleh Raya. Sekarang dia semakin cakap dalam membuat proposal.

"Kamu boleh memeriksanya, agar mengurangi kesalahannya." Usul Yuda.

Dari jauh, Atlas menatap Yuda yang duduk berdampingan dengan Eta. Atlas tahu persis bahwa Yuda telah memiliki pacar dan mereka sangat jauh dari kata hubungan toxic. Tapi melihat ini, entah kenapa Atlas tetap merasa was-was.

"Peta, setidaknya simpan dulu tasmu! Sini biar kusimpankan untukmu!" Tawar Raya, dia jengah melihat Eta masih menggendong tasnya. Raya takut jika Eta tiba-tiba pulang.

"Nih!"

Saat Eta memberikan tasnya kepada Raya, ia terkejut. Betapa beratnya tas milik Eta. Ternyata tas Eta tidak hanya besar, tapi juga dipenuhi oleh banyak barang.

"Sebenarnya apa isi tas ini!? Kenapa sangat berat!"

"Hanya buku."

"Aku tidak percaya." Gumam Raya.

Secara diam-diam Raya membuka tas milik Eta dan melihat apa yang ada di dalamnya. Ia semakin terkejut saat melihat tumpukan buku di sana. Selain buku ada kamus, penggaris, kotak pensil, kotak bekal, kotak untuk menyimpan kacamata dan payung lipat.

"Apa ini kantung Doraemon?" Bisik Atlas.

"Woah! Kak Atlas mengagetkan saja!" Pekik Raya dengan suara serendah mungkin agar kegiatan mengintipnya tidak ketahuan.

"Maaf-maaf. Saya hanya terkejut dia membawa banyak sekali barang. Apa dia tidak merasa berat saat membawanya?" Heran Atlas.

"Punggungnya sangat kuat! Dia kuat kalau mengangkat beban. Tapi kalau harus berlari keliling lapangan basket, dia hanya mampu sampai lima putaran saja." Ejek Raya. "Huh? Apa ini?"

"Apa?" Atlas jadi ikut penasaran.

Raya mengambil secara kertas yang menyembul di tengah buku. Kertas itu sepertinya berasal dari buku harian karena bercorak, berbeda sekali dengan kertas biasa yang hanya hitam putih.

Tepat di paling atas tengah kertas tersebut. Tertulis dengan indah tiga kata dengan menggunakan pena.

Atlas dan Raya tertegun selama beberapa detik.

'Daftar Negara Impianku'.

TBC

Terpopuler

Comments

Fit Ta

Fit Ta

suka ceritanya gk melulu soal percintaan
oke lanjut baca

2023-07-27

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 - Anggota Bayangan
3 Chapter 2 - Pasal 9 Ayat 1
4 Chapter 3 - Susunan Kepanitiaan
5 Chapter 4 - Daftar Negara Impian
6 Chapter 5 - Program Kerja Terakhir
7 Chapter 6 - Ajakan Kencan?
8 Chapter 7 - Pameran 'Dunia'
9 Chapter 8 - Pameran 'Dunia' II
10 Chapter 9 - Awkward
11 Chapter 10 - Cerita yang Membosankan
12 Chapter 11 - Atlas dan Fahmi
13 Chapter 12 - Posisi Kedua
14 Chapter 13 - Babak Penyisihan
15 Chapter 14 - Toxic Relationship
16 Chapter 15 - A T L A S
17 Chapter 16 - Semifinal
18 Chapter 17 - Anomali
19 Chapter 18 - Gejolak Emosi
20 Chapter 19 - Pelukan Hangat
21 Chapter 20 - Menyerah Ialah Jalan Terbaik
22 Chapter 21 - Bercerita Tentang Cita
23 Chapter 22 - Suatu Saat Nanti...
24 Chapter 23 - Hitungan Mundur
25 Chapter 24 - Sesi Wawancara
26 Chapter 25 - Panggilan "Risa"
27 Chapter 26 - Bukan Cinta
28 Chapter 27 - Pengurus Baru
29 Chapter 28 - Akankah Selesai Di Sini?
30 Chapter 29 - Hingga Saatnya Tiba
31 Chapter 30 - Aku dan Keluargaku
32 Chapter 31 - Insiden
33 Chapter 32 - Pergi Bersama Angin
34 Chapter 33 - Yang Tiada Terasa Berharga
35 Chapter 34 - A L A N
36 Chapter 35 - Selalu Ada yang Berubah
37 Chapter 36 - Serah Terima Jabatan
38 Chapter 37 - Keluarga Narendra
39 Chapter 38 - Akhir Terbaik
40 Chapter 39 - Peta Duniaku
41 Chapter 40 - Love Flies Away
42 Epilog
43 Pengumuman
Episodes

Updated 43 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 - Anggota Bayangan
3
Chapter 2 - Pasal 9 Ayat 1
4
Chapter 3 - Susunan Kepanitiaan
5
Chapter 4 - Daftar Negara Impian
6
Chapter 5 - Program Kerja Terakhir
7
Chapter 6 - Ajakan Kencan?
8
Chapter 7 - Pameran 'Dunia'
9
Chapter 8 - Pameran 'Dunia' II
10
Chapter 9 - Awkward
11
Chapter 10 - Cerita yang Membosankan
12
Chapter 11 - Atlas dan Fahmi
13
Chapter 12 - Posisi Kedua
14
Chapter 13 - Babak Penyisihan
15
Chapter 14 - Toxic Relationship
16
Chapter 15 - A T L A S
17
Chapter 16 - Semifinal
18
Chapter 17 - Anomali
19
Chapter 18 - Gejolak Emosi
20
Chapter 19 - Pelukan Hangat
21
Chapter 20 - Menyerah Ialah Jalan Terbaik
22
Chapter 21 - Bercerita Tentang Cita
23
Chapter 22 - Suatu Saat Nanti...
24
Chapter 23 - Hitungan Mundur
25
Chapter 24 - Sesi Wawancara
26
Chapter 25 - Panggilan "Risa"
27
Chapter 26 - Bukan Cinta
28
Chapter 27 - Pengurus Baru
29
Chapter 28 - Akankah Selesai Di Sini?
30
Chapter 29 - Hingga Saatnya Tiba
31
Chapter 30 - Aku dan Keluargaku
32
Chapter 31 - Insiden
33
Chapter 32 - Pergi Bersama Angin
34
Chapter 33 - Yang Tiada Terasa Berharga
35
Chapter 34 - A L A N
36
Chapter 35 - Selalu Ada yang Berubah
37
Chapter 36 - Serah Terima Jabatan
38
Chapter 37 - Keluarga Narendra
39
Chapter 38 - Akhir Terbaik
40
Chapter 39 - Peta Duniaku
41
Chapter 40 - Love Flies Away
42
Epilog
43
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!