PART 3 ~ AKU MENEMUKANMU, ALEYA.

Berbeda halnya dengan Aleya yang sudah ketakutan setengah mati. Ia harus mencari cara agar tak bertemu lagi dengan pria itu. Hidupnya kini sudah tenang dan ia tak ingin berurusan dengan Najib. Semua lembaran cerita tentang dirinya dan Najib sudah ia tutup meskipun da tanda yang tak mungkin dihilangkan.

Sementara itu kakek Emir yang melihat cucunya mengejar seorang karyawan yang selama ini ia kagumi karena keseriusannya dalam bekerja tersenyum lebar. Walaupun kakek Emir tak begitu mengenal karyawannya itu namun sebagai pria yang sudah banyak melihat jenis-jenis sifat manusia, ia yakin akan satu hal bahwa wanita itu berbeda dengan karyawan wanita yang lain.

"Apa kamu mengenali seseorang ?" Kakek Emir menatap cucu kesayangannya, ia berharap pria muda itu menganggukkan kepalanya. Ia melihat dengan sangat jelas jika cucunya mengejar seorang karyawan.

"Aku salah orang, kek. Dia bukan orang yang aku kenal," Najib menatap sendu sang kakek. Bukannya ia tak bisa move on dari gadis itu, hanya saja Najib merasa ada sesuatu yang aneh dan karena rasa itulah sehingga ia tak bisa membuka hati untuk gadis manapun.

Najib sendiri bingung dengan keadaan dirinya yang tak bisa membiarkan wanita manapun mengetuk pintu hatinya. Padahal gadis masa lalunya tak pernah mencarinya bahkan kini menghilang bak di telan bumi. Najib sendiri penasaran penyebab menghilangnya Nazaleya Alofa.

"Apa gadis itu sangat berarti buatmu ? Kalau iya, kakek akan membantumu untuk mencarinya. Tapi kalau gadis itu tidak penting bagimu maka kakek akan mengenalkanmu dengan salah seorang karyawan yang tentu saja berbeda dengan gadis kebanyakan." Wajah kakek Emir berubah serius namun terlihat sangat antusias. Sebuah ide cemerlang tiba-tiba menyapa otaknya kala melihat sosok wanita cantik yang selama ini sangat serius bekerja.

"Entahlah kek, aku hanya ingin mengetahui kabarnya dan menanyakan sesuatu padanya, " Memang benar seperti itulah yang ingin dilakukan oleh Najib. Dulu ia tidak mungkin mencari keberadaan Aleya karena penerbangannya tak bisa ditunda. Namun kini ia memiliki banyak waktu hal itu..

"Pikirkan baik-baik sebelum menyesal karena mungkin saja gadis itu masih tersimpan rapi jauh di dalam lubuk hatimu akan tetapi kamu pun harus menyiapkan diri jikalau gadis itu telah menikah." Kakek Emir hanya sekedar mengingatkan karena sudah kodratnya seorang gadis menikah diusia yang memang cukup untuk membina sebuah rumah tangga.

Najib mendelik tajam mendengar ucapan sang kakek. Ia tak suka dengan kata-kata seperti itu. Aneh bukan ? Disaat ia sendiri mengatakan hanya ingin memperjelas sesuatu namun disaat sang kakek memberikan gambaran tentang kehidupan Aleya, ia merasa terganggu.

"Lebih baik kita pulang, jam pulang kantor pun kurang tiga jam." Kakek Emir berdiri terlebih dahulu. Seharusnya sejak tadi kakek Emir pulang dan beristirahat. Usianya tak muda lagi sehingga beliau tak bisa berada di luar rumah terlalu lama.

"Kakek aja yang pulang terlebih dahulu. Seharusnya aku tak buang-buang waktu. Hari ini aku akan memulai pekerjaanku." Tiba-tiba saja Najib memiliki ide untuk menuntaskan rasa penasarannya.

Najib tak yakin 100% salah mengenali seseorang. Sejak dulu ingatannya sangat baik dan orang-orang pun mengakuinya. Kalaupun Aleya kini sudah dewasa namun tidak mungkin postur tubuhnya berubah drastis dan karyawan tadi benar-benar sangat mirip dengan Aleya. Hanya saja Najib belum sempat melihat wajahnya.

Akhirnya kakek Emir mengalah dan memilih pulang ke rumah beristirahat setelah dipaksa oleh Najib. Urusan paksa memaksa memang Najib nomor satu, belum ada yang bisa menang melawannya.

Najib bergegas kembali ke ruangannya. Sapaan karyawan kebetulan berpapasan dengannya tak ia pedulikan. Najib hanya fokus dengan sesuatu yang harus ia lakukan.

Ting

Lift berhenti dan Najib keluar dengan langkah bb tergesa-gesa membuat sang sekretaris bingung sendiri. Bukankah tadi bos barunya itu pergi bersama pak Emir namun kini pria tampan itu kembali.

"Panggilkan Andika, suruh ke ruanganku !" Titah Najib lalu masuk ke ruangannya. Melisa menatap punggung tegak bos barunya yang menghilang dibalik pintu kayu besar nan kokoh dengan tatapan yang tak terbaca. Tak ingin diperintah kedua kalinya, Melihat segera bergegas ke ruangan asisten yang sebenarnya tadi dilewati oleh pak bosnya.

Tok tok tok

Ceklek

"Pak, dipanggil pak bos sekarang." Melisa hanya menonjolkan kepalanya memanggil Andika. Pekerjaannya masih banyak dan ia harus menyelesaikannya sebelum pulang agar besok pekerjaannya tak menumpuk.

Meskipun bingung, Andika tetap berjalan dengan cepat menuju ruang kerja CEO. Mungkinkah ada sesuatu yang membuat CEO kembali ? Andika semakin mempercepat langkahnya hingga hanya hitungan detik ia sudah berada di depan meja CEO.

"Bapak memanggil saya ?"

"Jangan terlalu kaku seperti itu. Kedepannya jika hanya ada kita berdua, kamu cukup memanggil namaku saja." Najib berusaha memperlakukan Andika seperti halnya ia memperlakukan David, sahabatnya. Lagipula Andika dan David memiliki kesamaan. Sama-sama ramah sehingga bisa mengimbangi dirinya terlalu kaku.

"Mana bisalah bos, terkesan kurang sopan," Andika bukannya tak ingin dekat dengan sang bos hanya saja ia belum memiliki keberanian untuk melakukannya.

"Ya sudah gak apa-apa tapi kamu harus biasakan. Jangan terlalu formal jika hanya kita berdua. Oh ya, aku mau melihat data semua karyawan yang berada di gedung ini. " Najib tak ingin melanjutkan perdebatan dengan asistennya. Sekarang yang lebih penting adalah data para karyawan.

Meskipun bingung bin heran karena CEO baru yang seharusnya menanyakan pekerjaan-pekerjaan penting tapi justru ingin mengetahui data para karyawan. Sesuatu yang sangat tidak penting menurutnya. Andika tak ingin banyak bertanya dihari pertama, ia segera membuka data karyawan perusahaan dan memberikan laptop pada Najib.

"Silahkan dilihat pak," Andika menggeser laptop agar Najib bisa melihatnya. Dan tanpa membuang-buang waktu, Najib langsung memusatkan perhatiannya pada laptop dihadapannya.

"Kamu keluar saja, selesaikan pekerjaanmu." Najib tak mengalihkan pandangannya dari layar yang kini sudah menampilkan nama-nama karyawan.

Andika lalu keluar ruangan sesuai perintah bosnya. Walaupun masih penasaran namun ia tak mungkin bertanya sesuatu yang tidak ada hubungan dengan pekerjaannya. Andika tak ingin dicap sebagai pria kepo oleh Najib karena hanya wanita yang biasanya tak busa menahan meingintahuannya tentang sesuatu.

Mata Najib memindai satu per satu nama-nama karyawan. Najib mencari nama Nazaleya Alofa sesuai dengan keahlian gadis itu saat mereka masih putih abu-abu. Aleya sangat pandai meyakinkan seseorang dan pandai dalam hitung-hitungan sehingga Najib mempersempit pencariannya pada divisi pemasaran dan divisi keuangan.

"Binggo !!!" Najib bersorak membaca nama Nazaleya Alofa pada divisi keuangan. Sekali lagi ia mengeja nama NAZALEYA ALOFA kali ini disertai dengan sebuah ide cemerlang.

Najib menyandarkan kepalanya pada kursi kerjanya yang empuk. Smirk menghiasi wajah tampannya, entah apa yang dipikirkannya saat ini.

"Aku menemukanmu, Aleya !!"

🌷🌷🌷🌷🌷

SELAMAT PAGI JELANG SIANG, READERS,,,

TERIMA KASIH ATAS DUKUNGANNYA

Terpopuler

Comments

Nanda Jihan

Nanda Jihan

up

2023-02-09

1

Nandi Ni

Nandi Ni

Memang tanda apa yg membekas pd hubungan mereka yg belum tuntas thor ? jadi penisirin,apakah mereka pernah.....

2023-02-09

2

Lydia

Lydia

Lanjut Author.... terima kasih 😁

2023-02-09

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!